ARTIKEL
IAD/IBD/ISD
DI SUSUN OLEH :
NAMA :
Ahmad Marzuki
NIM : 12350007
KELAS : PI
1 (Satu)
MATA KULIAH : IAD/IBD/ISD
JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM RADEN FATAH PALEMBANG
2012
Artikel Ilmu
Alamiah Dasar (IAD)
PEMANASAN
GLOBAL
Apa itu
Pemanasan Global
"Panas banget ya
hari ini!” Seringkah Anda mendengar pernyataan tersebut terlontar dari
orang-orang di sekitar Anda ataupun dari diri Anda sendiri? Anda tidak salah,
data-data yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan
suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di
sekitar kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan
fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini.
Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak
menentu dari tahun ke tahun. Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam
yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses
kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu
global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu
Global Warming (Pemanasan Global). Apakah pemanasan global itu? Secara singkat
pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi.
Pertanyaannya adalah: mengapa suhu permukaan bumi bisa meningkat?
Penyebab Pemanasan Global
Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa
dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi
terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas
manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan
global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti
yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap
beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung
dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru
yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan
dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat
persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang
mereka temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab
langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor
terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas
rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada
kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga
listrik.
Apa Penyebab Utama Pemanasan Global?
Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock's
Long Shadow: Enviromental Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB
mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang
terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh
transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan
meliputi 9 % karbon dioksida, 37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih
kuat dari CO2), 65 % nitro oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari
CO2), serta 64% amonia penyebab hujan asam. Peternakan menyita 30% dari seluruh
permukaan tanah kering di Bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan
ladang untuk menanam pakan ternak. Peternakan juga penyebab dari 80%
penggundulan Hutan Amazon.
Sedangkan laporan yang baru saja dirilis World Watch
Institut menyatakan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sedikitnya 51
persen dari pemanasan global.
Penulisnya, Dr. Robert Goodland, mantan penasihat utama
bidang lingkungan untuk Bank Dunia, dan staf riset Bank Dunia Jeff Anhang,
membuatnya berdasarkan “Bayangan Panjang Peternakan”, laporan yang diterbitkan
pada tahun 2006 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Mereka
menghitung bidang yang sebelumnya dan memperbarui hal lainnya, termasuk
siklus hidup emisi produksi ikan yang diternakkan, CO2 dari pernapasan hewan,
dan koreksi perhitungan sebenarnya yang menghasilkan lebih dari dua kali lipat
jumlah hewan ternak yang dilaporkan di planet ini.
Emisi metana dari hewan ternak juga berperan sebesar 72
kali lebih dalam menyerap panas di atmosfer daripada CO2. Hal ini mewakili
kenaikan yang lebih akurat dari perhitungan asli FAO dengan potensi pemanasan
sebesar 23 kali. Meskipun demikian, para peneliti itu memberitahu bahwa
perkiraan mereka adalah minimal, dan karena itu total emisi 51 persen masih
konservatif.
Sumber : http://vegclimatealliance.org
Artikel Ilmu Budaya Dasar (IBD)
SEJARAH
BUDAYA PEMBATIKAN DI INDONESIA
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat
dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah
Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada
masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal
sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan
raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik
rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau
awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal
abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau
sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak
daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian
Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan
perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain
untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia
zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan
hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena
banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini
dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat
terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah
tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya
pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik
wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil
tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri
dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon
mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta
garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jaman Majapahit
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan
Majahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto
adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan
asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan
perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat
perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman
kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri
dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada
saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama
Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang
dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon
dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka
petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal
diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga
membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat
di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto
ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik
yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang
ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila, tinggi
dan sebagainya.
Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang
dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap
dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat
di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar
Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai
pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo
banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh,
karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan
pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu
pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul
lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto
adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih
dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari
seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga
mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro
tahun 1825.
Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait
namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah
Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak
bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulungagung berikutnya lebih dipenagruhi
corak batik Solo dan Yogyakarta.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik
karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya
dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa
Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di
Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat beberapa
keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung. Selain dari
tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga
ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga
dan babarannya batik tulis.
Jaman Penyebaran Islam
Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya
adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di
daerah ini. Riwayat Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat
hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu.
Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit
yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang
membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah
mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah
Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal
dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan
agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan
kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah
Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja
Kraton Solo.
Waktu itu seni batik baru terbatas dalam
lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan
Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya.
disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini.
Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo.
Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam
masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan
dan agama.
Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat
sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini
meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan,
Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu
obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari
kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kain
putihnya juga memakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import
bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.
Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal
setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng
dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam
pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik
dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha
batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah
perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik
kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian
terkenal seluruh Indonesia.
Sumber
: http://djonny.sman1pramb-yog.sch.id
Artikel Ilmu
Sosial Dasar (ISD)
KENAKALAN REMAJA, PERAN ORANG TUA, GURU
DAN LINGKUNGAN
Sebenarnya menjaga sikap dan tindak tanduk positif itu
tidak hanya tanggung jawab para guru dan keluarganya, tetapi semua orang, Guru
yang selalu mengusahakan keluarganya menjadi garda terdepan dalam memberikan
pendidikan dengan sebuah contoh, adalah cerminan komitmen dan pendalaman makna
dari seorang guru. Sang guru harus berusaha agar keluarganya baik dan tidak
korupsi agar ia dapat mengajari kepada murid-muridnya yang merupakan remaja
generasi penerus bangsa memiliki moral dan ahlak baik dan tidak korupsi,
berusaha tidak berbohong agar murid-muridnya sebagai remaja yang baik tidak
menjadi pendusta, tidak terjaebak dalam kenakalan remaja.
Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah
dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang
pasti akan membenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan
tanggung jawab seorang guru . Sejak saya baru berusia 6 tahun hingga dewasa,
orang tua saya yang merupakan seorang guru, selalu memberikan instruksi yang
mengingatkan kami para anak-anaknya adalah anak seorang guru yang harus selalu
menjaga tingkah laku agar selalu baik dan jangan sampai melakukan sebuah kesalahan
. Seberat itukah, seharus itukah kami bertindak Lantas apa hubungan profesi
orang tua dengan dengan anak-anaknya, apakah hanya anak seorang guru yang harus
demikian ?.
Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus
dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di
dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis
saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam
kehidupan sehari-hari.
Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang
di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah
dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para
remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang
murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain
tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu
penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja.
Sepertinya filosofi sang guru ini layak untuk di jadikan
filosofi hidup, karena hampir setiap orang akan menjadi seorang ayah dan ibu
yang notabenenya merupakan guru yang terdekat bagi anak-anak penerus bangsa
ini. Akan sulit bagi seorang ayah untuk melarang anak remajanya untuk tidak
merokok jika seorang ayahnya adalah perokok. Akan sulit bagi seorang ibu untuk
mengajari anak-anak remaja untuk selalu jujur, jika dirumah sang ibu selalu
berdusta kepada ayah dan lingkungannya, atau sebaliknya. jadi bagaimana mungkin
orang tua melarang remaja untuk tidak nakal sementara mereka sendiri nakal?
Suatu siang saya agak miris melihat seorang remaja SMP
sedang asik mengisap sebatang rokok bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu
terlihat dari seragam yang dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja.
Siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut,
sepertinya tidak adil kalau kita hanya menyalahkan si anak remaja itu saja,
anak itu terlahir bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi seperti
apa kelak di hari tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar
kertas putih itu . Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru,
baik guru yang ada di rumah ( orang tua ), di sekolah ( guru), atau pun
lingkungannya hingga secara tanpa disadari mencetak para remaja tersebut untuk
melakukan perbuatan yang dapat digolongkan ke dalam kenakalan remaja.
Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap
keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan
fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan
remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama
yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar,
bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan
orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid
misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang
remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua tidak mudah memang untuk menjadi
seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang
akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi
di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk
menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para
remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas.
Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi
saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus
dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh
apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia
bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia
juga dapat melakukan kesalahan.
Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru
dirumah), Guru di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para
remaja bermain dan belajar) harus di bentuk. Diawali dengan komunikasi yang
baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang intensif antara keduanya
akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung bagi pendidikan para
remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para remaja
yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan
pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak
tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi
perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja.
Terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan
penting dalam membentuk pola perilaku para remaja, setelah semua informasi
tentang pertumbuhan anaknya di dapat, orang tuapun harus pandai mengelola
informasi itu dengan benar.
Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya
filosofi seorang guru dapat dijadikan pegangan bagi kita semua terutama bagi
para orang tua untuk menangkal kenakalan remaja, mari kita bersama-sama untuk
menjadi guru bagi anak-anak dan para remaja kita para remaja belia, dengan
selalu memberi contoh kebenaran dan memberi dorongan untuk berbuat kebenaran.
Sang guru bagi para remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat
ia di besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik
mudah-mudahan generasi remaja kita akan ada di jalan yang benar dan selamat
dari "kenakalan remaja" yang merusak kehidupan dan masa depan para
remaja.
Sumber : http://www.ubb.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar