LAPORAN
OBSERVASI KELOMPOK
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEDAGANG DI KANTIN FAKULTAS TARBIYAH
UIN RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN 2014
Disusun
Oleh :
AHMAD MARZUKI 12350007
AISYACH ROHMAWATI 12350009
ALVIA MAULANI 12350012
Dosen
Pengampu :
MITA
OCTARINA, S.Psi, M.Psi
JURUSAN PSIKOLOGI
ISLAM
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2014
I.
Nama Observasi
Komunikasi Interpersonal Pedagang Di
Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang Tahun 2014
II.
Identitas Observer dan Observee
1.
Identitas Observer
Nama : Afif Yanto 12350002
Ahmad Marzuki 12350007
Aisyach Rohmawati 12350009
Alvia Maulani 12350012
2.
Identitas Observee
Ketika observasi berlangsung, observer mengetahui nama observee
dari setiap pelanggan yang ingin memesan makanan dan minuman dengan inisial
“E”.
III.
Latar Belakang
Dalam kehidupan di dunia, setiap
makhluk hidup memerlukan interaksi dan komunikasi satu sama lain, khususnya
bagi umat manusia. Interaksi dan komunikasi ini sangat diperlukan karena
manusia ditakdirkan menjadi makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri
dari jalinan relasi sosial, dimana manusia akan senantiasa berusaha untuk
menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam menjalankan kehidupannya, manusia
tidak pernah lepas dari bantuan orang lain, oleh karena itu manusia saling
membutuhkan sesamanya untuk dapat saling melengkapi dan berkolaborasi dalam pemenuhan
kebutuhan hidup satu sama lainnya.
Manusia selalu berkomunikasi dengan
makhluk hidup lainnya, baik secara verbal maupun nonverbal, langsung ataupun
tidak langsung. Manusia selalu merasa ingin menjadi lebih baik dari waktu ke
waktu, dengan komunikasi manusia mampu mengubah sikap dan keyakinan serta
prilaku atau menggerakkan tindakan, serta menghibur. Karena fungsi dari
komunikasi itu sendiri untuk menginformasikan (to inform), mendidik (to
educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence).
Jadi, bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan aspek yang memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia.
Komunikasi yang baik diperlukan
untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat agar terwujudnya
keserasian dan keharmonisan hubungan dalam lingkungan massyarakat. Makna dari
interaksi sosial itu sendiri merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Syarat terjadinya interaksi
sosial adalah adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.[1]
Menurut Schramm komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan. Sebab
tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat,
maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi.[2]
Menurut Rogers bersama D. Lawrence
Kincaid komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya
akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.[3]
Dari berbagai jenis komunikasi, komunikasi interpersonal merupakan jenis
komunikasi yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, karena ada
sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya mampu dipenuhi dan
dipuaskan melalui komunikasi dengan sesamanya. Deddy Mulyana memberikan
definisi komunikasi interpersonal atau antarpribadi sebagai komunikasi antara
orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal.[4]
Hubungan yang terjalin antara para pedagang kantin dan pelanggannya merupakan
salah satu jenis komunikasi interpersonal.
Pedagang kantin merupakan para
pedagang yang berjualan di tempat yang telah disediakan, dan menetap disana
tanpa berpindah-pindah tempat lokasi. Namun seiring perkembangan zaman, semakin
banyak muncul persaingan antara pedagang. Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden
Fatah Palembang misalnya, observer melihat betapa luar biasanya hubungan yang
diciptakan oleh pedagang terhadap pelanggan kantinnya. Maka pada observasi kali
ini, observer bermaksud melakukan pembahasan mengenai “Komunikasi
Interpersonal Pedagang di Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang
Tahun 2014”.
IV.
Tujuan Observasi
Tujuan observasi yang dilakukan pada
kali ini adalah untuk mengetahui komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh
Pedagang di Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang Tahun 2014.
V.
Dasar Teori
1.
Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merujuk
pada komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang. Konteks
interpersonal membahas tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana
mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan.[5]
Menurut Deddy Mulyana, komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal ataupun non- verbal.[6]
Selain itu, menurut Onong Uchjana
pentingnya situasi komunikasi interpersonal adalah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dalam proses komunikasi dialogis
nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya saling
pengertian (Mutual Understanding) dan empati.
Kebanyakan komunikasi interpersonal
berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara
lisan. Misalnya, ketika pembeli berkata “mau beli itu” (lisan) sekaligus
menunjuk barang yang ingin dibeli kepada pedagang (verbal). Komunikasi
interpersonal dengan masing-masing orang berbeda tingkat kedalaman
komunikasinya.
2.
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Adapun tujuan dari komunikasi
interpersonal menurut Joseph A. Devito antara lain:[7]
a.
To
Learn (mempelajari)
“To learn : acquire knowledge of
oneself, other the world, acquire skills, interpersonal communication enables
you to learn about yourself”. Ketika
seseorang berkomunikasi dengan orang lain, orang tersebut belajar mengenai diri
sendiri selain juga tentang orang lain, kenyataannya, persepsi dari seseorang
sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah dipelajari tentang diri sendiri
dan orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan
antarpribadi. Pedagang dapat mengetahui bagaimana karakteristik pembeli melalui
komunikasi.
b.
To
relate (untuk berhubungan)
“To relate : establishe and maintain
interpersonal relationship”.
Dengan komunikasi interpersonal dapat membantu kita untuk berhubungan terutama
memelihara hubungan sosial yang telah terjadi sebelumnya.
c.
To
Influence (untuk mempengaruhi)
“To influence : control, direct”. Dalam perjumpaan sehari-hari seseorang berusaha mengajak orang
lain melakukan sesuatu, meyakini bahwa sesuatu itu benar atau salah, menyetujui
atau mengecam gagasan tertentu dan sebagainya.
d.
To
Play (untuk bermain)
“To play : escape from work, enjoy
oneself”. Berarti komunikasi sebagi
permainan dimaksudkan sebagai kesenangan jalan keluar dan relaksasi.
e.
To
Help (untuk membantu)
“To help : minister to needs others,
console”. Membantu seseorang untuk
mengkritik, menyatakan sebuah empati, mendengarkan dan mendukung orang lain
pada saat berbicara. Misalnya, ketika pembeli bercerita tentang masalah
keuangan yang dimilikinya, pedagang mendengarkan dengan penuh empati. Kemudian
pedagang memberikan hutang (pembayaran yang dibayar kemudian) kepada pembeli
sebagai wujud rasa toleransi dan empati.
3.
Tahap-tahap dalam Komunikasi Interpersonal
Hubungan interpersonal merupakan
hubungan yang berkembang, ada enam tahap dalam pengembangan hubungan,
tahap-tahap tersebut adalah:[8]
a)
Contact
(Kontak)
“Contact : First Impression.
Perceptual contact-see, hear, read message from or perhaps smell the person”. Pada tahap pertama ini kita membuat kontak. Perceptual contact atau
persepsi pada kontak awal yang memberikan gambaran tentang penampilan fisik dan
mental. Seperti jenis kelamin, perkiraan umur, kepercayaan, dan sebagainya.
Pada tahap inilah penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling
terbuka untuk diamati secara mudah sehingga menimbulkan kesan pertama. Dalam
empati menit pertama dari interaksi awal, seseorang akan memutuskan apakah
ingin melanjutkan hubungan atau tidak. Setelah persepsi ini, biasanya ada
kontak interaksional (interactional contact). Disini terjadi pertukaran
informasi dasar awal untuk keterlibatan lebih intens, kualitas-kualitas lain
seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkat
pada tahap ini.
b)
Involment
(Keterlibatan)
“involvement : a sense of mutuality,
of being connected develops, try to learn more about the other person, a kind
of testing goes on and intensifying”.
Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita mengikatkan
diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita.
Pada tahap ini kita mencoba mengetahui banyak hal tentang orang lain.
c)
Intimacy
(Keakraban)
“Intimacy : commit yourself still
futher to the other person and establish a relationship”. Pada tahap keakraban terbagi menjadi dua fase. Fase komitmen
interpersonal (interpersonal commitment phase) adalah fase dimana
diantara mereka saling berkomitmen satu sama lain dengan cara pribadi.
Sedangkan fase kedua yaitu ikatan sosial (social bonding) merupakan fase
komitmen yang dibuat oleh publik. Mungkin ke keluarga dan teman atau ke
masyarakat luas. Kita akan mengikat diri lebih jauh pada orang lain, sehingga
terbina hubungan primer (primary relationship), dimana orang ini menjadi
sahabat baik atau kekasih. Pedagang dan pembeli saling mengikat diri yang
memungkinkan terbina primary relationship.
d)
Deterioration
(Perusakan)
“Deteriotation: a weakening of the
relationhip, dissatisfication”. Ketika
ikatan diantara kedua belah pihak melemah. Fase pertama dalam perusakan adalah interpersonal
dissatisfication adanya ketidakpuasan dalam berinteraksi. Jika rasa
ketidakpuasan semakin tumbuh, kemudian masuk pada fase interpersonal
deterioriation. Pada fase perusakan, anda mulai merasa bahwa hubungan ini
mungkin tidaklah sepenting yang anda pikirkan sebelumnya. Anda berdua semakin
jauh. Semakin sedikit waktu senggang yang anda lalui bersama dan bila anda
berdua bertemu, anda saling berdiam diri, tidak lagi banyak mengungkap diri.
Jika tahap perusakan ini berlanjut anda memasuki tahap pemutusan.
e)
Repair
(Perbaikan)
“repair : changing behavior or
changing expectations”. Pada fase
pertama, yaitu intrapersonal repair dimana mulai menganalisis
permasalahan dan mempertimbangkan jalan untuk penyelesaian masalah
(pertimbangan untuk merubah kebiasaan dan merubah harapan). Fase kedua yaitu interpersonal
repair dengan berdikusi saling berbicara dan bernegosiasi untuk dapat saling
memperbaiki hubungan.
f)
Dissolution
(Pemutusan)
“Dissolution : the bonds between the
individuals are broken”. Tahap
pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Tahap ini
diawali dengan interpersonal separation, dengan saling memisahkan diri
satu sama lain, seperti tinggal di tempat yang berbeda dan hidup masing-masing.
Berikutnya adalah fase social dissolution adalah berakhirnya sebuah
hubungan yang sudah terjalin sebelumnya karena ada masalah, faktor lingkungan,
atau faktor-faktor lain yang menghambat jalannya suatu hubungan.
4.
Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam
Komunikasi Interpersonal
Pola-pola komunikasi interpesonal
mempunyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal, makin sering orang
melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan
mereka, yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan. Tetapi
bagaimana komunikasi itu dilakukan. Berikut adalahfaktor-faktor yang
menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik:[9]
1.
Percaya
(trust). Percaya menentukan efektivitas komunikasi. Karena dengan
percaya akan membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan
informasi serta memperluas peluang komunikator untuk mencapai maksudnya. Dengan
saling mempercayai, pedagang dan pembeli tak lagi enggan untuk bercerita
tentang masalah-masalah seputar kehidupan pribadi mereka.
2.
Sikap
suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam sebuah komunikasi.
Orang-orang yang bersikap defensif adalah orang yang tidak menerima, tidak
jujur, dan tidak empatis. Orang yang bersikap defensif cenderung lebih banyak
melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi
ketimbang memahami pesan orang lain.
3.
Sikap
terbuka. Dengan sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling
menghargai, dan paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan
interpersonal, kepada kepada kedua pihak yang menjalin hubungan.
VI.
Pembahasan
Obsrver menilai mengenai pakaian
yang dikenakan observee pada kali ini, dengan anggapan bahwa observee memakai
kaos panjang, bercelana jeans hitam adalah upaya dari observee untuk membaur
dengan mahasiswa yang notabenya ingin berpenampilan simpel. Dilain sisi,
dengan penampilan yang tidak terlalu rumit ini memudahkan observee untuk
memberikan pelayanan terbaiknya kepada para pelanggan-pelanggannya. Hal ini
tentu selaras dengan teori yang observer gunakan yakni teori komunikasi
interpersonal dimana untuk membentuk komunikasi interpersonal, hal pertama yang
dilakukan mulai dari membuat kontak. Dari membuat kontak ini, observee
memberikan gambaran mengenai fisik dan mental. Karena dengan penampilan yang simple
ini semakin membuat observee merasa bersahabat dengan
pelanggan-pelanggannya.
Kemudian dilihat dari interaksi
serta penggunaan bahasa yang observee gunakan, observer menilai bahwa observee
sedang membangun rasa percaya terhadap pelanggannya. Observee tidak sungkan
untuk bercanda tawa dengan salah satu pelanggan yang sedang berbelanja di
kantinnya tersebut. Hal ini seperti yang dujelaskan dalam teori komunikasi,
tentang bagaimana menumbuhkan hubungan interpersonal yakni Trust (Percaya).
Kedisiplinan observee dalam menjaga
kebersihan kantinnya merupakan salah satu bentuk upaya membuat nyaman pelanggan
yang berbelanja di kantinnya. Ditambah dengan penggunaan sound system
untuk mengatur suasana yang menyenangkan untuk berkumpul bersama dengan
teman-teman. Sehingga para pelanggan dari observee ini sudah merasakan
keakraban yang tidak didapatkan dari tempat kantin lainnya sehingga mereka
selalu menjadi pembeli langganan di kantin tempat berdagang observee tersebut.
Kemudian yang terakhir dilihat dari
kemauan observee untuk tetap berdiri di samping meja penyiapan pesanan, sambil
memegang dagu dan melihat sekitarnya, namun dengan pandangan yang penuh empati.
Hal ini tentu saja ada maksud tersendiri dari observee, yakni kesediaan
observee untuk siap siaga jika ada pelanggan yang membutuhkan hal-hal lain,
seperti memesan makanan tambahan dan sebagainya. Dengan melakukan hal tersebut,
otomatis pelanggan merasakan saling keterbukaan antara pedagang dan pembeli,
sehingga oembeli tidak sungkan mengatakan hal apa yang ia butuhkan, seperti
ketika salah satu pelanggan maju kedepan untuk mengambil cabe tambahan.
VII.
Metode Pencatatan
Dalam pengambilan data, observer
hanya mengamati dan kemudian menceritakan hasil observasi secara Anecdotal
Record atau sama dengan daftar riwayat kelakuan yaitu berisi catatan
mengenai prilaku-prilaku luar biasa yang dianggap penting secara mendetail
mengenai tugas tertentu yang memiliki keunikan.
Kemudian, observer juga menggunakan Mechanical
Devices yang merupakan alat mekanik yang
digunakan untuk memotret peristiwa- peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh
observee.
VIII.
Waktu, Tempat, Setting
Selama melakukan observasi, observer
melakukan pengamatan hanya satu kali, yaitu mengenai komunikasi interpersonal
yang digunakan pedagang, dengan setting alamiah yang dilakukan pada:
Hari / Tanggal : Selasa, 9 Desember 2014
Tempat
: Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah
Palembang
Waktu : Jam 10.00-12.00 WIB
IX.
Hasil Observasi
1.
Rangkuman Hasil Observasi
Pada hari selasa tepat pada tanggal
9 desember 2014, observer mengamati pedagang di kantin Fakultas Tarbiyah UIN
Raden Fatah Palembang mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukannya
kepada pembeli. Pedagang ini adalah seorang wanita yang masih berumuran dewasa
dini sekitar 22 tahun, wanita ini kami inisialkan dengan sebutan “E”. E menjual
berbagai macam makanan dan minuman seperti Mie Instan, Roti, Bakso Bakar, Es,
Kopi dan lain-lain. E menggunakan kaos panjang berwarna merah, jilbab hitam,
bercelana jeans berwarna hitam, memakai kacamata lensa bening, memakain sendal
jepit dan tidak memakai aksesoris apapun seperti jam, gelang dan lainnya.
Dalam menjalankan aktivitasnya, E
menunjukkan orang yang disiplin dan sigap. Hal ini terlihat ketika E sedang
dalam keadaan tidak ada pembeli, selalu ada hal yang ia lakukan pada saat itu,
seperti mencuci piring, menyiapkan air dari galon, membersikan tempat ia
memasak, serta mengelap meja tempat ia menyiapkan makanan serta minuman untuk
pembeli.
Ketika ada mahasiswi yang ingin
memesan makanan dan minuman, dengan cerianya E menanyakan “mau pesan apa mbak”,
sambil mengeluarkan senyuman tipis, setelah tau apa yang dipesan dari mahasiwi
tersebut ia dengan segera menyiapkannya, serta mengantarkan ke tempat meja
mahasiswi tadi.
Kemudian, setelah ia selesai
mengantarkan pesanan ke meja pembeli tadi, E langsung kembali ketempatnya, dan
melakukan aktivitas seperti sebelumnya yaitu membersikan tempat memasak dan
meja penyiapan pesanan.
Merasa pesanan sudah lengkap,
pembeli membayar kepada si E, dan E-pun memberikan senyuman dan ucapan terima
kasih. Setelah pembeli pergi dari tempat ia berdagang, ia dengan segera membersihkan
tempat meja pelanggannya tersebut dengan lap dan membawa piring dan gelas kotor
ketempat penyuciannya yang berada disamping kantin kanan tempat ia berdagang.
Selama 1 jam observasi, observer
melihat bahwa tempat berdagang E ini selalu dipenuhi mahasiswa dan mahasiswi.
Mereka bergantian untuk duduk ditempat yang telah disediakan. Meskipun ramai,
namun terlihat jelas tidak ada suasana keramaian yang bising karena ditempat E
berdagang juga ada Sound System untu memutar lagu, sehingga suasana
menjadi menyenangkan.
Ketika pembeli masih menikmati
makanan dan minumannya, E terlihat berdiri disamping meja berdagangnya, sambil
memegang dagu, mata melihat ke kiri dan kekanan, sesekali melirik ke arah jam
yanga da di kantinnya sambil menunggu apakah pelanggannya tadi membutuhkan
hal-hal yang lain.
Kemudian ketika akan memasuki jam
istirahat, E mulai kembali mempersiapkan barang dagangannya, seperti merapikan
roti, mengelap meja dan lain-lain. Observer selalu melihat E menggunakan bahasa
yang lembut kepada pelanggannya, dan tidak jarang juga E bercanda dengan salah
satu pelanggannya tadi.
E mempersilahkan mahasiswa yang
ingin menambah air minum atau cabe untuk bakso bakar jika masih kurang. Ketika
berdagang juga E nampaknya dibantu oleh orang lain untuk menyiapkan makanan dan
minuman yang pelanggannya pesan.
2.
Laporan Verbatim
Baris ke
|
Uraian
|
Tema
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
|
Pada hari
selasa tepat pada tanggal 9 desember 2014, observer mengamati pedagang di
kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang mengenai komunikasi
interpersonal yang dilakukannya kepada pembeli. Pedagang ini adalah seorang
wanita yang masih berumuran dewasa dini sekitar 22 tahun, wanita ini kami
inisialkan dengan sebutan “E”.
E menjual
berbagai macam makanan dan minuman seperti Mie Instan, Roti, Bakso Bakar, Es,
Kopi dan lain-lain. E menggunakan kaos panjang berwarna merah, jilbab hitam,
bercelana jeans dengan warna hitam, memakai kacamata lensa bening, memakain
sendal jepit dan tidak memakai aksesoris apapun seperti jam, gelang dan
lainnya. Dalam menjalankan aktivitasnya, E menunjukkan orang yang disiplin
dan sigap. Hal ini terlihat ketika E sedang dalam keadaan tidak ada pembeli,
selalu ada hal yang ia lakukan pada saat itu, seperti mencuci piring,
menyiapkan air dari galon, membersikan tempat ia memasak, serta mengelap meja
tempat ia menyiapkan makanan serta minuman untuk pembeli. Ketika ada
mahasiswi yang ingin memesan makanan dan minuman, dengan cerianya E
menanyakan “mau pesan apa mbak”, sambil mengeluarkan senyuman tipis, setelah
tau apa yang dipesan dari mahasiwi tersebut ia dengan segera menyiapkannya,
serta mengantarkan ke tempat meja mahasiswi tadi. Setelah ia selesai
mengantarkan pesanan ke meja pembeli tadi, E langsung kembali ketempatnya,
kemudian membersikan tempat memasak dan meja penyiapan pesanan. Pembeli
membayar kepada si E, dan E-pun memberikan senyuman dan ucapan terima kasih.
Setelah pembeli pergi dari tempat ia berdagang, ia dengan segera membersihkan
tempat meja pelanggannya tersebut dengan lap dan membawa piring dan gelas
kotor ketempat penyuciannya yang berada disamping kantin kanan tempat ia
berdagang. Tempat berdagang E ini selalu dipenuhi mahasiswa dan mahasiswi.
Mereka bergantian untuk duduk ditempat yang telah disediakan. Meskipun ramai,
namun terlihat jelas tidak ada suasana keramaian yang bising karena ditempat
E berdagang juga ada Sound System untu memutar lagu, sehingga suasana
menjadi menyenangkan. E terlihat berdiri disamping meja berdagangnya, sambil
memegang dagu, mata melihat ke kiri dan kekanan, sesekali melirik ke arah jam
yang ada di dinding kantinya sambil
menunggu apakah pelanggannya tadi membutuhkan hal-hal yang lain. E mulai
kembali mempersiapkan barang dagangannya, seperti merapikan roti, mengelap
meja dan lain-lain. Observer selalu melihat E menggunakan bahasa yang lembut
kepada pelanggannya, dan tidak jarang juga E bercanda dengan salah satu
pelanggannya tadi. E mempersilahkan mahasiswa yang ingin menambah air minum
atau cabe untuk bakso bakar jika masih kurang. Ketika berdagang juga E
nampaknya dibantu oleh orang lain untuk menyiapkan makanan dan minuman yang
pelanggannya pesan.
|
Fokus
Pengamatan terhadap pedagang kantin (1-8)
Barang-barang
yang dijual (9-10)
Ciri-ciri
observee (11-16)
Aktivitas
observee ketika tidak ada pelanggan (17-24)
Komunikasi
dan Interaksi Observee (25-31)
Bersih-bersih
dalam kantin (32-35)
Senyum kepada
pembeli (36-37)
Bersih-bersih
diluar kantin (38-42)
Suasana
Kantin (43-50)
Berdiri,
menunggu pelanggan (51-55)
Mempersiapkan
dagangan (56-58)
Berbahasa
sopan dan lembut (59-61)
Pelayanan
kepada pelanggan (62-67)
|
X.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil observasi
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa seorang pedagang kantin di
fakultas tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang mekalukan sebuah komunikasi
interpersonal, karena dengan komunikasi interpersonal, akan menciptakan suatu
hubungan yang erat antara pedagang dan pembeli.
XI.
Rekomendasi
Komunikasi interpersonal akan
membuat hubungan yang semakin erat antara pedagang dan pembeli. Dengan
komunikasi interpersonal, seorang pembeli merasakan sikap saling keterbukaan
antara dirinya dengan pedagang. Namun, semakin berkembangnya zaman, persaingan
antara pedagang semakin besar. Jadi, kami mencoba menyampaikan pendapat agar
seseorang yang ingin berdagang harusnya memahami bagaimana komunikasi
interpersonal ini terlebih dahulu, supaya menjadi pedagang yang disenangi oleh
pembeli langganannya karena kepuasannya terhadap pedagang.
DAFTAR
PUSTAKA
A. Devito, Joseph. 2009. The
Interpersonal Communication Book.USA: Pearson Education.
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi
Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Hafied, Cangara. 2005. Pengantar
Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sihabudin, Rahmi. 2008. Komunikasi
Antar Manusia. Serang: PSIK FISIP UNTIRTA.
West, Tuner. 2008. Pengantar
Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Lampiran
[1] Burhan Bungin,
2008, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, Hlm. 55
[2] Rahmi
Sihabudin, 2008, Komunikasi Antar Manusia, Serang: PSIK FISIP UNTIRTA, Hlm.
13
[3] Cangara
Hafied, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grafindo, Hlm. 19
[5] Tuner West,
2008, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi, Jakarta:
Salemba Humanika, Hlm. 36
[7] Joseph A.
Devito, 2009, The Interpersonal Communication Boo,USA: Pearson
Education, Hlm. 17
[8] Joseph A.
Devito, Ibid, Hlm. 211
[9] Jalaluddin
Rakhmat, 2004, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, Hlm.
129
Casino Bonus Codes - December 2021
BalasHapusNo deposit poormansguidetocasinogambling bonus casino promotions. We หารายได้เสริม recommend 2021 casino bonus codes 1xbet app and promos for new septcasino.com players. We also list new casino bonuses 바카라 for December 2021.