Makalah Antropologi
Budaya Berbahasa Indonesia
“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UTS Pada Mata Kuliah Antropologi Semester
4”
DI SUSUN OLEH:
Ahmad Marzuki (12350007)
Dosen Pembimbing
Dendy
Sutanto, M.Si
JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
IAIN RADEN FATAH PALEMBANG
PROVINSI SUMATERA SELATAN
2014
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah,
puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, Makalah
Antropologi “Budaya Berbahasa Indonesia” ini dapat kami selesaikan.
Teriring salam dan salawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
merintis jalan menuju ridha dan maghfirah Ilahi. Beliau jua yang dapat
dijadikan suri tauladan yang baik bagi semua pengikutnya.
Dalam
kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dendy
Sutanto, M.Si selaku dosen mata kuliah Antropologi serta semua pihak yang telah
memberikan saran-saran serta bimbingan kepada kami dalam membuat makalah ini.
Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat banyak
kekurangan serta kesalahan. Maka, dengan kerendahan hati, kami mengharapkan
kritikan dan saran agar kami dapat memperbaiki dan harapan lebih baik lagi
dalam membuat sebuah makalah.
Semoga
makalah ini menepati fungsinya sesuai yang diharapkan dan barokah bagi
pembacanya, Aamiin…
Wassalam.
Palembang, April
2014
Penyusun Makalah
Ahmad Marzuki
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa
dalam penggunaan (language in use) bukanlah sekedar alat komunikasi,
tetapi lebih dari itu bahasa dalam penggunaan merupakan bagian dari pesan dalam
komunikasi. Brown dan Yule mengidentifikasikan hal di atas dengan istilah ‘transaksional’
dan ‘interpersonal’, sementara Halliday mengetengahkan istilah ‘ideasional’
dan ‘interpersonal’ dan menambahkan satu fungsi lagi, yaitu fungsi ‘tekstual’.
Istilah transaksional atau ideasional mengacu pada fungsi bahasa untuk mengirim
‘isi pesan’ komunikasi, istilah interpersonal mengacu pada fungsi bahasa untuk
membentuk ‘hubungan sosial’ dalam komunikasi tersebut, dan istilah tekstual
mengacu pada fungsi ‘pengorganisasian’ gabungan kedua fungsi tersebut.
Sebagai
bagian dari pesan, bahasa merupakan media untuk saling berhubungan antar
penutur dan petutur. Dalam konteks transaksional ini, manusia berinteraksi
untuk membangun hubungan sosial dan memelihara hubungan sosial itu dengan
menggunakan bahasa pula.
Namun,
seiring perkembangan zaman penggunaan bahasa khususnya bagi kita sendiri yaitu
Bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai tercampur oleh percampuran kata-kata
atau istilah-istilah asing yang mengakar dalam kehidupan masyarakat sehar-hari.
Maka
dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai Bagaimana Budaya Komunikasi
itu? Bagaimana Budaya Berbahasa Indonesia? Bagaimana fenomena-fenomena
munculnya bahasa gaul?
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Pengertian Budaya Komunikasi?
2.
Bagaimana
Hubungan Budaya Dan Bahasa?
3.
Bagaimana
Budaya Berbahasa Indonesia?
4.
Bagaimana
Budaya Komunikasi Indonesia?
5.
Bagaimana
Fenomena Bahasa Gaul Dalam Berkomunikasi?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk
Memahami Pengertian Dari Budaya Komunikasi.
2.
Untuk
Memahami Bagaimana Hubungan Antara Budaya Dan Bahasa.
3.
Untuk
Memahami Bagaimana Budaya Berbahasa Indonesia.
4.
Untuk
Memahami Bagaimana Budaya Komunikasi Indonesia
5.
Untuk
Memahami Bagaimana Fenomena Bahasa Gaul Dalam Berkomunikasi.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Budaya Komunikasi
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa sansakerta buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal. Maka budaya
merupakan hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Dalam
bahasa Inggris, budaya disebut dengan culture. Culture berasal dari
bahasa latin colere yang berarti mengolah dan mengerjakan. Definisi ini
akhirnya berkembang menjadi segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
merubah alam.
E.B
Tylor mendefinisikan bahwa budaya adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan serta kebiasaan
yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Edward T. Hall mengatakan,
budaya adalah alat kehidupan bagi manusia, sehingga tidak ada satupun kehidupan
yang tidak bersentuhan dengan budaya.
Sedangkan
Selo Soemardjan dan Seolaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai hasil
karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture). Rasa
yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaedah-kaedah dan nilai-nilai
kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam
arti luas. Cipta merulakan kemampuan mental, kemampuan berfikir dari
orang-orang yang hidup bermasyarakat. Cipta menghasilkan filsafat serta ilmu
pengetahuan.
Kata
komunikasi atau communicatio, yang bersumber dari istilah communis yang
berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua atau lebih.
Dalam kehidupan sehari-hari selain makhluk individu, manusia juga membutuhkan
interaksi dengan orang lain. Dari interaksi itulah terjadi komunikasi untuk
menyampaikan pesan, saling bertukar informasi dengan orang lain untuk tujuan tertentu.
Evrett
M. Roogers, mengemukakan pendapatnya yaitu komunikasi adalah suatu proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerimaan atau lebih
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Sedangkan
menurut Theodore M. Newcomb setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu
transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber
kepada penerima.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan alat kehidupan
bagi manusia. Budaya juga dikatakan sebagai kepribadian, cara seseorang
memecahkan masalah, mengekpresikan diri, cara berfikir, bahkan termasuk juga
sistem transportasi, perencanaan kota. Komunikasi dilakukan untuk menyampaikan
maksud hati atau keinginan kepada orang lain.
Bahasa
adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada
lawan bicara atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri
dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah
membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Secara umum, bahasa
berfungsi sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk
mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.
Sama
halnya dengan budaya, komunikasi akhirnya dapat memperlihatkan kepribadian dari
komunikatornya atau dapat digunakan sebagai ajang mengekspresikan diri serta
menyampaikan hasil pemikiran manusia. Ringkasanya dapat disimpulkan bahwa
budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Budaya komunikasi
akhirnya mengarah kepada pola atau bentuk gaya hidup. Bagaimana komunikasi
menjadu suatu budaya yang melahirkan suatu pola atau gaya hidup tersendiri
dalam masyarakat. Pola atau gaya hidup inipun akhirnya menjadi suatu identitas
tersendiri bagi suatu masyarakat tertentu termasuk masyarakat indonesia.
Dunia
komunikasi juga sering disebut sebagai budaya baru yang diciptakan oleh
komunikasi-komunikasi modern. Budaya baru ini dapat menjadi suatu masalah yang
rumit karena asalnya dari apa saja yang diungkapkan, disana juga muncul
cara-cara berkomunikasi yang baru dengan bahasa yang baru, teknik-teknik yang
baru dan psikologi yang baru.
Budaya
komunikasi membuat dunia semakin sempit, jarak jauh menjadi dekat dan apa saja
menjadi tidak mudah disembunyikan. Budaya komunikasi juga memungkinkan cepatnya
akses penggabungan budaya atau proses alkulturasi budaya.
B.
Hubungan Budaya dan Bahasa
Ada
berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan
bahasa itu merupaan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan
bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun mempunyai
hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dipisahkan. Ada yang mengataan bahwa
bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam
kebudayaan akan tercermin didalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan
bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan dan cara berfikir manusia atau masyarakat
penuturnya.
Menurut
Koentjaraningrat bahasa merupakan bagian
dari kebudayaan. Maka hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan
yang subordinatif, dimana bahasa berada dibawah ruang lingkup kebudayaan.
Namun
pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai
hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya
sama tinggi. Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua
sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem yang
mengatur interaksi manusia didalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu
sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
Dengan
demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar siam, dua buah
fenomena sangat erat sekali bagaikan dua
sisi mata uang, sisi yang satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain
sebagai sistem kebudayaan.
C.
Budaya Berbahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi untuk Republik Indonesia, Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya karena bangsa Indonesia telah merdeka dan setelah
adanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudah diterbitkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sebelumnya Bahasa Indonesia adalah bahasa
campuran dari bahasa Melayu, namun seiring berkembangnya teknologi dan pada
awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai
Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904
Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) dibawah Inggris
mengadopsi ejaan Wilkinson.
Ejaan
Van Ophuijsen diawali dari penyusunan kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896)
Van Ophuijsen dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim. Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie Voor de Volkslectuur (Komisi
Bacaan Rakyar- KBR) pada tahun 1908.
Kelak lembaga ini menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini,
dibawah pimpinan D.A. Rinkes,
melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil
di berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah.
Perkembangan program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah membentuk sekitas 700 perpustakaan. Bahasa Indonesia
secara resmi diakui sebagai bahasa persatuan bangsa pada saat sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
D.
Budaya Komunikasi Indonesia
Budaya
komunikasi di Indonesia secara dominan sifatnya adalah high contex culture. Budaya
ini memfokuskan pemberian makna yang sangat tinggi pada konteks atau pesan
nonverbal. Budaya konteks tinggi ini membuat masyarakat kurang menghargai pesan
verbal (ucapan). Mereka akan lebih mementingkan bahasa tubuh (nonverbal) saat
berkomunikasi. Kalau perlu, orang lain (komunikan) diharapkan dapat langsung
mengerti bagaimana keinginan si komunikator tanpa harus mengucapkan inti
permasalahan yang dimaksud.
Untuk
mencapai inti dari keinginannya, komunikator budaya konteks tinggi cendrung
berbicara memutar. Mereka justru menghindari
penyampaian langsung substansi pokok keinginan. Istilahnya, membiarkan
orang lain menebak keinginan mereka melalui aspek nonverbal yang lebih dominan
ditonjolkan. Sebaliknya, jika ada orang yang mengungkapkan keinginannya secara
blak-blakan dan jujur, ia justru dicurigai kasar atau ambisius. Orang itu cendrung
dianggap berbeda atau aneh dalam konteks yang mengarah negatif.
Pribahasa
yang hidup di masyarakat seperti “sedikit bicara banyak bekerja”, “tong kosong
nyaring bunyinya”, “air beriak tanda tak dalam” cukup merefleksikan budaya
konteks tinggi masyarakat Indonesia yang tidak menyukai pembicaraan.
Bahasa
verbal hanya sekedar dilakukan untuk beramah-ramah, mengingat Indonesia yang
terkenal sebagai bangsa yang ramah. Terkadang, yang diucapkan tidaklah terlalu
penting untuk diucapkan, bahkan bertolak belakang dengan tujuan komunikasi yang
hendak dicapai. Yang penting ngomong atau menyapa.
E.
Fenomena Bahasa Gaul Dalam Berkomunikasi
Dibalik
budaya berbahasa kita dalam berkomunikasi yang dinilai ramah, sopan dan santun,
namun apakah kita sudah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar?
Sering kita temui banyak orang yang salah dalam berbahasa Indonesia, bahkan
kesalahan ini terus dibiarkan dan akhirnya dijadikan menjadi bahasa keseharian
mereka karena mereka terbiasa berbicara dengan bahasa yang salah.
Bahkan
sekarang banyak beredar bahasa gaul yang sering anak-anak gaul remaja pakai
dalam berbicara dikehidupan keseharian
mereka. Bahhkan bahasa gaul ini telah dikenal dan digunakan sejak tahun 1970.
Selain karena seing digunakan oleh para remaja untuk menyampaikan suatu hal
secara rahasia (tanpa diketahui guru dan orang tua mereka), juga banyak media
(televisi, radio, film, majalah, dan lain-lain) yang menggunakan kata-kata itu,
sehingga bahasa gaul menjadi sangat popular.
Media
sangat memegang peranan penting dalam proses sosialisasi tersebut. Sebagai
contoh adalah masyarakatnya kata “cape
dehh” dan lain-lain. Berikut ini beberapa bahasa gaul yang sering kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari:
a.
ALAY,
singkatan dari Anak Layangan, yaitu orang-orang kampung yang bergaya norak.
Alay sering diidentikkan dengan hal-hal yang norak dan narsis.
b.
KOOL,
sekilas cara membacanya sama dengan cool (keren), padahal kata ini
merupakan singkatan dari Koalitas Orang
Lowclass, yang artinya mirip dengan Alay.
c.
MENEKETEHE,
kata ini sebenarnya berasal dari kata “Mana Kutahu” dan diplesetkan oleh Tora Sudiro sekitar awal 2000-an di
acara Extravaganza TransTV.
d.
LOL,
kata ini belakangan sering dipakai, terutama dalam komunikasi Chatting, baik di
YM, FB, Twitter, ataupun komunitas yang lain. Kata itu merupakan singkatan dari
Laugh Out Loud yang berarti “tertawa terbahak-bahak”.
e.
LO
atau Lu, kata ini sama seperti “Gue” yang sudah digunakan oleh Suku Betawi
sejak bertahun-tahun lalu dan menjadi kata untuk menyebut Anda atau Kamu.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masyarakat
Indonesia yang majemuk yang sangat kaya dengan berbagai macam bahasa daerah
memiliki bahas persatuan yaitu Bahasa
Indonesia. Walaupun demikian disisi lain perbedaan ini justru berfungsi
mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut.
Media
merupakan alat yang berperan penting dalam proses sosialisasi bahasa indonesia.
Karena kebudayaan komunikasi indonesia yang cendrung masyarakatnya nonverbal,
maka apapun yang ditayangkan dalam televisi, radio, film, majalah dan lain-lain
akan mempengaruhi bagaimana masyarakat dalam berkomunikasi.
B.
Saran
Kita
sebagai Masyarakat Indonesia, seharusnya lebih menjunjung tinggi Bahasa
Indonesia sebagai salah satu Budaya Bangsa. Jangan sampai terjadi perubahan
Logat bahasa yang notabenya tidak sesuai dengan budaya komunikasi kita yang
dianggap ramah, sopan dan santun.
DAFTAR
PUSTAKA
Bainar, Hajjah, dkk.. 2006. Ilmu
Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar. Jakarta: jenki Satria.
Devita, Rindra. 2008. “Basa-basi
Trademark” Budaya Komunikasi Indonesia
(rindradevita.wordpress.com/2008/08/07/basa-basi-trademark-budaya-komunikasi-indonesia/).
Diakses pada 24 April 2014
Khaer, Abdul dan Leonia Agustina.
2004. Sosiolinguistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kusumohamidjojo. 2010. Filsafat
kebudayaan: Proses Realisasi Manusia. Yogyakarta: Jalasutra.
Mawardi dan Nur Hidayati. 2009. IAD-IBD-ISD
cetakan VI. Bandung: Pustaka Setia.
Najib. 2013. Budaya Bahasa
(najib.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/06/09/bahasa-dan-budaya/). Diakses
pada 23 April 2014.
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali Press.
Tilaar, H.A.R. 1999. Pendidikan,
Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar