LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama
Mahasiswa : Ahmad Marzuki
Nomor
Mahasiswa : 12350007
Nama
Percobaan : Pembauan
Nomor
Percobaan : VII
Nama
Orang Percobaan : Ahmad Marzuki
Nama
Pelaku Percobaan : Ahmad Marzuki
Tanggal
Percobaan : 22 Desember 2013
Tempat
Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran
Islam IAIN Raden Fatah Palembang
I.
Tujuan
Percobaan
Untuk
membuktikan apakah indera pembau lebih peka
terhadap zat yang berupa gas daripada zat padat.
II.
Dasar
Teori
Hidung
adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu
dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang
sudah busuk dengan yang masih segar dengan mudah hanya dengan mencium aroma
makanan tersebut. Saat baru lahir, indera penciuman bayi lebih kuat dari
manusia dewasa karena dengan indera ini bayi dapat mengenali ibunya. Indera
penciuman manusia dapat mendetekesi 2000-4000 bau yang berbeda.
Indera
penciuman merupakan alat visera (alat dalam rongga badan) yang erat hubungannya
dengan gastrointestinalis. Reseptor penciuman merupakan kemoreseptor
yang dirangsang oleh molekul larutan di dalam mukus. Reseptor penciuman
juga merupakan reseptor jauh (telereseptor). Olfaktori adalah organ
pendeteksi bau yang berasal dari makanan. Daerah sensitif indera pembau
terletak di bagian atas rongga hidung. Struktur indera pembau terdiri dari sel
penyokong yang berupa sel epitel dan sel pembau yang berupa
neuron sebagai reseptor. Sel pembau memiliki tonjolan ujung dendrit berupa
rambut yang terletak pada selaput lendir hidung. Yang lainnya berupa tonjolan
akson membentuk berkas yang disebut saraf otak I (nervus olfaktorius/saraf
olfaktori). Saraf ini akan menembus tulang tapis, masuk ke dalam otak,
kemudian bersinaps dengan neuron traktus olfaktorius pada bulbus
olfaktori.
Hidung
dibagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang disebut dengan nostril.
Dinding pemisah disebut septum, yang terbuat dari tulang yang sangat
tipis. Rongga hidung dilapisi dengan rambut dan membran yang mensekresi
lendir lengket. Rongga hidung (nasal cavity) berfungsi untuk mengalirkan
udara dari luar ke tenggorokan menuju paru-paru. Rongga hidung ini dihubungkan
dengan bagian belakang tenggorokan. Rongga hidung dipisahkan oleh langit-langit
mulut kita yang disebut dengan polate. Mucous membran berfungsi
menghangatkan udara dan melembabkannya. Bagian ini membuat lendir/ingus yang
berguna untuk menangkap debu, bakteri, dan partikel lainnya yang membahayakan
paru-paru. Reseptor olfaktorius terletak di bagian khusus mukosa
hidung dan berpigmen kekuning-kuningan. Tiap reseptor olfaktorius
merupakan satu neuron. Membran mukosa olfaktorius merupakan
tempat di dalam badan dengan susunan saraf terdekat ke dunia luar. Neuron
mempunyai dendrit pendek dan tebal dengan ujung yang membesar dinamakan batang
olfaktorius. Dari batang ini, silia diproyeksikan ke permukaan mukus.
Silia merupakan prosesus yang tidak bermielin. Membran
mukosa olfaktorius selalu ditutupi oleh mukus yang dihasilkan oleh glandula
bowman yang berada di bawah lamina basalis.
Zat
yang memiliki sifat bau berupa uap atau gas mencapai reseptor bau. Zat ini
dapat larut dalam lendir pada selaput lendir hidung sehingga terjadi pengikatan
zat dengan protein membran pada dendrit. Kemudian timbul implus
yang dijalarkan dari saraf olfaktori ke olfaktorius, lalu menuju
otak untuk:
1.
Diinterpretasikan
di korteks otak pada daerah pembau primer.
2.
Dihubungkan
dengan pusat lainnya (misal, dengan pusat muntah)
3.
Disimpan
di korteks otak sebagai memori.
Target
implus yang disampaikan di otak adalah:
1.
Membedakan
bau pada korteks olfaktori primer dan area asosiasi olfaktori.
2.
Sistem
limbik dimana implus (sinyal olfaktori) mengaktifkan
emosi/perilaku yang berhubungan dengan bau.
3.
Pusat
hipotalamik, pengatur makanan, reseptor otonom, dan kontrol
hormon terutama hormon reproduksi.
4.
Formasi
retikular.
Sel-sel
reseptor untuk penciuman adalah sel-sel saraf bipolar yang berasal dari
susunan saraf pusat sensori . Dendritnya tidak berupa serabut, tetapi
berupa batang pendek yang sama lebarnya dengan somasel . Ujung dendrit
ini agak melebar dan terdapat rambut-rambut atau silia. Diantara sel-sel
saraf indera ini ada sel-sel saraf penyokong yang pada ujungnya terdapat mikrovili.
Diantara sel-sel tersebut ada muara kelenjar getah sel-sel penyokong dan getah
kelenjar itu ditutupi sel saraf indera tersebut ialah substansi yang dapat
larut didalam zat cair yang menutupi sikia sel tersebut.
Substansi
yang berbau biasanya mempunyai 3–4 sampai 18–20 atom ( molekul–molekul ) dengan
jumlah atom yang sama tetapi dengan rumus bangun yang berbeda juga berbeda baunya.
III.
Alat
Yang Digunakan
1.
Tempat
membakar kemenyan
2.
Sebutir
kemenyan
IV.
Jalannya
Percobaan
PP
sekaligus sebagai OP membaui sebutir kemenyan yang belum dibakar, lalu kemenyan
tersebut dibakar ternyata OP dapat membaui kemenyan yang telah dibakar
tersebut. Dan ternyata kemenyan yang telah dibakar baunya lebih menyengatkan
dibandingkan dengan yang belum dibakar.
V.
Hasil
Percobaan
PP
sekaligus sebagai OP membaui sebutir kemenyan yang belum dibakar. Lalu,
kemenyan tersebut dibakar dan OP diminta
apakah dapat membaui kemenyan yang telah dibakar tersebut. Adakah
perbedaannya antara sebelum dan sesudah
dibakar. Hasilnya, ada perbedaan dalam bau kemenyan tersebut. Kemenyan yang
dibakar lebih menyengat daripada kemenyan yang belum dibakar.
VI.
Kesimpulan
Pada
saat kita bernafas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk kedalam hidung kita.
Zat kimia yang merupakan sumber bau akan dilarutkan oleh selaput lendir.
Kemudian akan merangsang rambut-rambut halus pada sel pembau. Sel pembau akan
meneruskan rangsangan ini ke otak dan akan diolah sehingga kita bisa mengetahui
jenis bau dari zat kimia tersebut.
Karena
itu ada beberapa syarat agar kita dapat mencium bau:
1.
Zat
harus menguap sehingga dapat masuk ke dalam hidung.
2.
Zat
harus sedikit larut ke dalam air sehingga dapat melalui muscus dan ke olfaktaria.
3.
Zat
harus larut dalam lipid, karena rambut-rambut olfaktoria dan
ujung sel utama terdiri dari zat-zat lipid.
Setiap
zat penimbul bau hanya merangsang satu reseptor saja. Sehingga otak dapat
membedakan berbagai bau.
Palembang, 22
Desember 2013
|
Praktikan,
|
|
|
|
Ahmad Marzuki
|
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, diah, dkk. 2007. Biologi
untuk Kelas 2 SMU. Jakarta: Esis.
Bevelander, Gerrit & Judith A.
Ramaley. 1988. Dasar- Dasar Histologi. Ed ke-8 Terjemahan Wisnu Gunarso.
Jakarta: Erlangga.
Champbell. 2004. Biologi Edisi
Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh
Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
http:// biologi.itey.blogspot.com/2010/01/hidung-
indera-penciuman.html. diakses pada 23 Desember 2013.
Wijaya, Jati. 2007. Aktif Biologi
2A. Jakarta : Penerbit Ganeca Exact.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar