LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama
Mahasiswa : Ahmad Marzuki
Nomor
Mahasiswa : 12350007
Nama
Percobaan : Melihat Buta Warna
Nomor
Percobaan : II
Nama
Orang Pecrobaan : Alhadid Mukaroma
Nama
Pelaku Percobaan : Ahmad Marzuki
Tanggal
Percobaan : 07 Desember 2013
Tempat
Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran
Islam IAIN Raden Fatah Palembang
I.
Tujuan
Percobaan
Untuk
melihat apakah seseorang mengalami buta warna.
II.
Dasar
Teori
Buta
warna adalah penyakit keturunan yang disebabkan oleh gen resif c (asal
dari perkataan Inggris Color blind) karena gen-nya terdapat dalam
kromosom x. Perempuan memiliki 2 kromosom x, maka seorang
perempuan dapat normal homozigotik (CC), normal heterozigotik (Cc)
atau yang amat jarang dijumpai homozigotik (cc) sehingga buta
warna. Laki-laki hanya memiliki sebuah kromosom x, sehingga ia hanya
dapat normal (C-) atau buta warna (c-) saja. Seorang
perempual normal yang kawin dengan laki-laki buta warna (c-) akan
mempunyai anak normal. Baik laki-laki maupun perempuan.
Buta
warna merupakan kelainan genetik atau bawaan yang diturunkan dari orang
tua kepada anaknya. Kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena
kelainan ini dibawa oleh kromosom x, artinya kromosom y tidak
membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta
warna pada laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan terdapat istilah “pembawa
sifat” hal ini menunjukan ada satu kromosom x yang membawa sifat
buta warna. Perempuan dengan “pembawa sifat” secara fisik tidak
mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya.
Tetapi perempuan dengan “pembawa sifat” berpotensi menurunkan faktor
buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom x mengandung
faktor buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna. Sel
saraf di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap
warna lainnya. Buta warna terjadi ketika saraf reseptor cahaya di retina
mengalami perubahan, terutama sel kerucut. Untuk melihat warna,
terdapat dua teori yaitu:
1.
Teori
komponen
Merupakan
teori yang diusulkan oleh Thomas Young (1802), kemudian disempurnakan oleh
Hermann von Helmholtz. Teori ini mengatakan bahwa terdapat tiga macam reseptor
kerucut warna.
Ada
satu kondisi dimana ketika seseorang tidak dapat melihat warna sama sekali.
Cacat tersebut dinamakan buta warna total maupun buta warna sebagian yang
mempengaruhi individu untuk membedakan warna. Variasi dari buta warna yang
dibawa sejak lahir cukup nyata. Buta warna dapat diklasifikasikan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1)
Trikomasi
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna
dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna
inilah yang sering dialami orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada
trikomasi:
a.
Protanomali,
apabila yang rusak atau lemah adalah bagian mata yang sensitif
warna merah.
b.
Deuteromali,
apabila yang rusak atau lemah adalah bagian mata yang sensitif
warna hijau.
c.
Tritanomai
(low blue), apabila yang
rusak atau le ah adalah bagian mata yang sensitif terhadap warna biru.
2)
Dikromasi
Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada.
Ada tiga klasifikasi turunannya, yaitu:
a.
Protanopia,
apabila sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat
kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang.
b.
Deuteranopia,
apabila retina tidak memiliki sel kerucut yang peka
terhadap warna hijau.
c.
Tritanopia,
tidak adanya sel kerucut biru.
3)
Monokramasi
Buta warna oleh orang umum, ditandai dengan retina mata
mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih
yang mampu diterima retina.
2.
Teori
oponen
Teori
ini dikemukakan oleh Ewald Hering (1887). Menurut Hering, buta warna sebagian
terjadi karena orang-orang tersebut tidak mempunyai substansi warna
merah-hijau. Umumnya orang menderita buta warna merah-hijau. Sedangkan buta
warna kuning-hitam jarang terjadi.
Karakteristik
paling penting dalam penglihatan warna adalah konstansi warna yang merupakan
kecendrungan suatu objek untuk memiliki warna yang sama meskipun terjadi
perubahan yang tajam dalam panjang gelombang yang dipantulkan. Konstansi warna
dapat meningkatkan kemampuan kita untuk memilih berbagai objek dengan cara yang
mudah di ingat sehingga dapat meresponnya dengan tepat.
Dalam
golongan yang besar dalam masalah buta warna terdapat dua golongan, yakni:
1.
Buta
warna total
Adalah
suatu kondisi diana seseorang tidak dapat melihat warna sama sekali. Cacat
tersebut dinamakan buta warna total. Penderita tidak dapat membedakan
warna-warna yang dilihatnya. Hal ini disebabkan karena dalam retina tidak
terdapat sel kerucut, yang ada hanya basiles saja yan berfungsi
membedakan gelap dan terang saja. Variasi dari buta warna yang dibawa sejak
lahir, yaitu akromatisme kebutaan warna total dimana semua warna dilihat
sebagai tingkatan warna abu-abu dan juga diakromatisme kebutaan campuran
dimana tidak mampu membedakan warna-warna merah dan hijau.
2.
Buta
warna partial
Disebabkan
karena orang tidak mempunyai substansi-substansi warna.
Buta
warna dapat di tes dengan tes ishihara, dimana lingkaran-lingkaran
berwarna yang beberapa diantaranya adalah dirancang agar ada tulisan tertentu
yang hanya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat oleh penderita buta warna.
III.
Alat
Yang Digunakan
1.
Buku
tes buta warna dari Ishihara dan Stelling
2.
Blanko
jawaban
IV.
Jalannya
Percobaan
1)
Pemeriksaan
gambar dilakukan ditempat yang terang.
2)
Jarak
mata OP dengan buku 0,5-1 Meter.
3)
OP
diminta menyebutkan gambar dengan urutan nomor 1, 2, 9, 11, 14, sedangkan pada
nomor 11, 14, OP diminta menunjukan dengan tangan mengikuti jalur yang ada di
gambar, dan untuk nomor 9 OP diminta untuk menyebutkan gambar yang terlihat
dengan waktu 10 detik.
V.
Hasil
Percobaan
No
|
Nama
gambar/huruf/angka yang terlihat
|
Hasil
|
|
N
|
BW
|
||
1
|
12
|
√
|
−
|
2
|
8
|
√
|
−
|
9
|
8
|
√
|
−
|
11
|
Dapat
menghubungkan titik x-x
|
√
|
−
|
14
|
Dapat
menghubungkan titik x-x
|
√
|
−
|
*Persentase kesalahan:
0% (normal)
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan maka dapt ditarik kesimpulan bahwa:
1)
Pengujian
tes buta warna dapat dilakukan dengan menggunakan buku Ishihara test, dimana
pada buku ini tertera angka, huruf maupun gambar pada titik-titik warna.
2)
OP
tidak mengalami buta warna, karena OP menjawab dengan benar buku Ishihara test.
Palembang, 07
Desember 2013
|
Praktikan,
|
|
|
|
Ahmad Marzuki
|
DAFTAR PUSTAKA
http://annisasolihati86.blogspot.com/2013/05/praktikum-psychology-faal-html?m=1. Diakses pada 13 Desember 2013.
Puapitawati, Ira. 2012. Psikologi
Faal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryo. 2005. Genetika Manusia. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.