LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama
Mahasiswa : Ahmad Marzuki
Nomor
Mahasiswa : 12350007
Nama
Percobaan : Penghantar Aerotymponal Dan Craniotymponal
Pada Pendengaran
Nomor
Percobaan : V
Nama
Pelaku Percobaan : Ahmad Marzuki
Tanggal
Percobaan : 21 Desember 2013
Tempat
Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran
Islam IAIN Raden Fatah Palembang
I.
Tujuan
Percobaan
Untuk
membuktikan terjadinya penghantaran aerotymponal dan craniotymponal pada
pendengaran manusia.
II.
Dasar
Teori
Suara
dibedakan tekanannya berkorelasi dengan gelombang sinus. Suara semacam itu
disebut nada murni (pure tone). Siklus gelombang menuju kompresi
dan ekspansi udara seperti suara gelombang yang selalu bergerak.
Keruda karakteristik utama gelombang seperti itu adalah frekuensi dan amplitudo.
Frekuensi diukur dengan jumlah getaran/detik, yaitu beberapa kali/detik
sampai siklus gelombang suara diulang. Unit Hertz (singkatan Hz)
digunakan untuk menunjukan siklus perdetik, yaitu suatu siklus perdetik sama
dengan satu Hz. Amplitudo berhubungan dengan jumlah kompresi dan ekspansi
udara, seperti digambarkan oleh panjangnya gelombang dimulai dari puncak
sampai dasar kurva. Frekuensi gelombang suara pada dasarnya merupakan
penyebab dari apa yang kita alami sebagai pitch (tingkatan nada). Namun pitch
sebuah nada dapat juga dipengaruhi oleh intensitas. Jadi, pitch-pun
hanya terkait pada satu atribusi fisik stimulus. Demikian pula loudness
(kerasnya suara) berkorelasi dengan kuat pada amplitudo gelombang
atau intensitas suara. Namun demikian, gelombang suara berfrekuensi
rendah yang mempunyai amplitudo sama dengan suara berfrekuensi tinggi
tidak selalu menghasilkan suara yang sama keras. Manusia dapat mendengar frekuensi
antara 20-20.000Hz. ketika garputala membuat 100x getaran/detik,
maka akan terdapat gelombang suara dengan 100 komprensi perdetik (yaitu
100Hz). Bunyi yang tekanannya terkorelasi dengan gelombang sinus disebut
nada murni, bentuk gelombang bunyi apapun (tidak peduli betapa
kompleksnya) dapat dipecah menjadi seragkaian gelombang sinus yang berbeda
dengan amplitudo yang sesuai. Bila gelombang sinus tersebut dirambahkan
lagi, hasilnya akan sama dengan bentuk gelombang aslinya.
Reseptor
pendengaran atau fotoreseptor dan keseimbangam terdapat didalam telinga.
Reseptor ini berupa sel-sel berbentuk rambut. Fungsi sel rambut adalah
menerima rangsangan yang berupa getaran dan mengubahnya menjadi impuls
sensorik dan selanjutnya di transmisikan ke pusat pendengaran di otak.
Telinga manusia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.
Telinga
Luar
Terdiri
dari daun telinga, saluran telinga luar dan bagian yang berbatasan
dengan telinga tengah atau disebut juga membran timpani (gendang
telinga).
2.
Telinga
Tengah
Berupa
rongga kecil yang berisi udara, terletak didalam tulang pelipis
dan dindingnya dilapisi sel epitel. Didalam rongga telinga tengah
terdapat tiga tulang yaitu tulang martil, tulang landasan dan tulang
sanggurdi. Ketiga tulang itu saling berhubungan melalui sendi yang
bergerak bebas. Kearah depan telinga tengah dihubungkan dengan tenggorokan oleh
saluran (tuba) esutachius. Saluran ini berfungsi
menyeimbangkan tekanan udara pada telinga luar dengan telinga tengah.
3.
Telinga
Dalam
Terdiri
dari labirin osea dan labirin membranasea. Labirin osea
adalah serangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum
berisi cairan perilimfe. Sedangkan labirin membranasea memiliki
bentuk yang sama dengan labirin osea, tetapi terletak dibagian yang
lebih dalam dan dilapisi sel epitel serta berisi cairan endolimfe.
Labririn osea terdiri dari tiga bagian yaitu kanalis semisirkularis
(saluran setengah lingkaran), vestibuli, dan koklea. Kanalis
semisirkularis dan vestibuli mengandung reseptor pendengaran.
Struktur koklea merupakan saluran spiral yang menyerupai rumah siput
tempat beradanya alat korti. Koklea ini terbagi atas tiga daerah
yaitu:
1)
Skala Vestibuli terletak dibagian dorsal (atas).
2)
Skala Media terletak dibagian tengah.
3)
Skala Timpani terletak dibagian ventral.
Saluran
pada koklea berisi ciran dan permukaan dalamnya merupakan tempat
bermuaranya ujung saraf yang amat peka terhadap getaran yang ditimbulkan
oleh cairan. Semua ujung saraf menyatu membentuk saraf
pendengaran, yang menghubungkan koklea dengan otak. Saluran selung
terdiri atas tiga saluran yang saling terkait, saluran ini berperan dalam
menjaga keseimbangan.
Telinga
sebagai Indera Keseimbangan merupakan indera khusus yang terletak di dalam
telinga. Indera keseimbangan secara struktural terletak dekat indera
pendengaran, yaitu dibagian belakang telinga dalam yang menbentuk struktur
utrikulus dan sakulus, serta kanalis semisirkualis. Struktur
tersebut berfungsi dalam pengaturan keseimbangan dari saraf otak. Dengan
demikian, saraf otak mengandung dua komponen yaitu komponen pendengaran
dan komponen keseimbangan. Bila suatu objek bergetar maka akan timbul suara. Getaran
objek tersebut akan ikut menggetarkan molekul udara sehingga timbul-lah
gelombang suara. Bila gelombang sampai ditelinga makan akan masuk melalui
telinga luar terus melalui saluran pendengaran akhirnya sampai membran
timpani. Hal ini akan menggetarkan membran timpani, terus ke tulang
martil, landasan, dan sanggurdi. Dari sanggurdi
getaran suara dilanjutkan ke tingkap bundar atau bulat. Getaran ini ikut
menggetarkan cairan pada rumah siput. Bila cairan pada rumah siput
bergetar akan menstimuli ujung saraf. Impuls dari ujung saraf
ini diteruskan ke pusat saraf pendengaran di otak. Otak besar akan
memproses dan menerjemahkan daan timbullah persepsi udara.
Bentuk
gangguan pendengaran adalah tuli dan kurang pendengaran. Tuli
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli
saraf. Tuli konduktif yaitu tuli karena gangguan transmisi suara kedalam koklea.
Penyebabnya antara lain kerusakkan tulang pendengaran, kotoran yang menumpuk
didalam saluran telinga luar, atau peradangan telinga tengah. Tuli saraf
terjadi jika ada kerusakan pada organon korti saraf ataupun korteks
otak daerah pendengaran.
III.
Alat
Yang Digunakan
1.
Garputala
IV.
Jalannya
Percobaan
1.
Percobaan
Dari Rine
a.
Garputala
ditempatkan dengan tangkainya pada puncak kepala PP sampai tidak kedengaran
lagi, kemudian garputala diletakan di muka lubang telinga PP.
b.
PP
mengambil sebuah garputala yang sedang bergetar dan ditempatkan dengan
tangkainya pada tulang belakang telinga sampai nadanya tidak kedengaran lagi.
Kemudian garputala diletakan di muka lubang telinga PP.
2.
Percobaan
Dari Weber
a.
Sebuah
garputala sedang bergetar, ditempatkan dengan tangkainya pada puncak kepala PP
kemudian satu lubang telinga PP ditutup.
V.
Hasil
Percobaan
1.
Percobaan
Dari Rine
a.
Ketika
garputala yang bergetar diletakan dikepala sampai tidak terdengar lagi,
kemudian diletakan di muka lubang telinga, maka akan terdengar bunyi getaran
dengan frekuensi kecil hingga beberapa detik saja.
b.
Garputala
yang bergetar, ditempatkan pada tulang belakang telinga terdengar suara getaran
yang lumayan besar dari getaran percobaan sebelumnya. Kemudian setelah berhenti
bergetar diletakan di muka lubang telinga juga terdengar bunyi getaran yang
mengecil hingga menghilang.
2.
Percobaan
Dari Weber
a.
Garputala
yang bergetar diletakan di atas kepala, kemudian sambil menutup satu telinga,
maka akan terasa bunyi getaran yang berdengung seperti terasa memenuhi rongga
kepala.
VI.
Kesimpulan
Manusia
dapat mendengar frekuensi antara 20-20.000Hz. Reseptor
pendengaran atau fotoreseptor dan keseimbangam terdapat didalam telinga.
Reseptor ini berupa sel-sel berbentuk rambut. Fungsi sel rambut adalah
menerima rangsangan yang berupa getaran dan mengubahnya menjadi impuls
sensorik dan selanjutnya di transmisikan ke pusat pendengaran di otak. Bentuk
gangguan pendengaran adalah tuli dan kurang pendengaran.
Palembang, 21
Desember 2013
|
Praktikan,
|
Ahmad Marzuki
|
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah, dkk.
2003. Biologi untuk kelas 2 SMU. Jakarta: Esis.
Pujianto, Sri. 2008.
Menjelajah Dunia Biologi 2. Jakarta: Tiga Serangkai.
M.W, Stefanus. 2010.
Laporan Praktikum Psikologi Faal.
Palembang: Universitas Bina Darma.
Syaifuddin. 2009. Anatomi
Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
http://iqbalali.com/2008/11/12/indera- pendengaram-dan-
keseimbangan/, diakses pada
23 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar