Minggu, 21 Desember 2014

Pengecapan

LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa                 : Ahmad Marzuki
Nomor Mahasiswa               : 12350007
Nama Percobaan                  : Pengecapan
Nomor Percobaan                : VI
Nama Orang Percobaan       : Ahmad Marzuki
Nama Pelaku Percobaan      : Ahmad Marzuki
Tanggal Percobaan               : 22 Desember 2013
Tempat Percobaan                : Laboratorium Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang
 


       I.            Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya pengecapan dan menentukan medulitas pengecapan pada alat kecap.

    II.            Dasar Teori
Lidah merupakan organ yang tersusun atas otot. Sebagian besar terdiri atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah, dan processus styloideus di tulang pelipis. Di permukaan lidah banyak terdapat tonjolan kecil yang biasanya disebut dengan papila lidah. Papila lidah ini membuat lidah terkesan kasar. Pada papila lidah terdapat indera pangecap. Terdapat tiga jenis papila lidah, yaitu:
1.      Papila filiformis (fili=benang) Berbentuk seperti benang halus.
2.      Papila sirkumvalata (sirkum=bulat) Berbentuk bulat, tersusun seperti V di belakang lidah.
3.      Papila fungiformis (fungi=jamur) Berbentuk seperti jamur.

Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar. Selain itu, terdapat reseptor pengecap berupa kuncup pengecap. Kuncup pengecap tersebut terdiri atas sekelompok sel sensori yang memiliki tonjolan seperti rambut. Kuncup pengecap dapat membedakan empat macam rasa, yaitu manis, pahit, asam dan asin. Letak kuncup pengecap tertentu lebih banyak berkumpul pada daerah tertentu pada lidah. Misalnya rasa manis pada ujung lidah, rasa pahit pada pangkal lidah, rasa asin pada tepi depan lidah, dan rasa asam pada tepi belakang lidah.
Cita rasa merujuk pada stimulasi bintil pengecap, reseptor yang ada pada lidah. Ketika kita membicarakan tentang cita rasa makanan, umumnya yang kita maksud adalah rasa makanan. Indra lain dalam konteks terpisah, tetapi akson pengecapan dan penciuman bersatu pada sebuah sel di sebuah area yang disebut korteks endopiriform.
Adanya penggabungan tersebutlah yang memungkinkan pengecapan dan penciuman menyatukan pengaruhnya dalam hal pemilihan makanan. Reseptor cita rasa bukanlah neuron sejati, tetapi merupakan sel-sel kulit yang termodifikasi. Sama seperti neuron, reseptor cita rasa memiliki membran yang dapat tereksitasi dan melepaskan neurotransmitter untuk mengeksitasi neuron. Neuron tersebutlah yang akan mengantarkan informasi ke otak. Seperti layaknya sel kulit, reseptor cita rasa secara bertahap terkikis dan tergantikan, tiap reseptor bertahan selama 10 hingga 14 hari.
Reseptor cita rasa mamalia berada di dalam bintik pengecap yang terletak di papilla (papillae), suatu struktur yang ada di permukaan lidah. Tiap papilla mengandung nol hingga 10 atau bahkan lebih bintik pengecap dalam tiap bintik pengecap terdapat sekitar 50 sel reseptor.
Pada manusia dewasa, sebagian besar bintik pengecap terletak pada sepanjang sisi luar tepian lidah, pada bagian tengah hanya terdapat sedikit bintik pengecap atau tidak sama sekali.
Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur makanan seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan substansi nutrisi tertentu.
Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi, beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel disekitarnya, sehingga beberapa diantaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan larut.
Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung pada pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap.
Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor kimia (chemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah berupa tunas pengecap yang terdapat pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan, zat itu harus larut dalam kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup rasa atau tunas pengecap. Kuncup rasa kebanyakan terdapat pada permukaan lidah. Ada juga beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di belakang mulut dan lengkung langit-langit.
Walaupun sejak dulu kita mengetahui bahwa manusia memiliki paling tidak empat jenis rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya reseptor rasa kelima, yaitu rasa cita rasa glutamat seperti yang ditemukan pada monosodium glutamate (MSG). Para peneliti bahkan telah menemukan bahwa sebuah cita rasa reseptor otak untuk neurotransmitter glutamate.
Cita rasa glutamate menyerupai cita rasa kaldu ayam tanpa garam. Bahasa Inggris tidak memiliki kata yang tepat untuk mewakili rasa tersebut, tetapi bahasa Jepang meilikinya. Oleh sebab itu, peneliti berbahsa Inggris telah mengadaptasi sebuah kata dalam bahasa Jepang, yaitu umami. Para peneliti telah menemukan cita rasa lemak sebagai cita rasa yang keenam. Selain fakta bahwa tiap-tiap zat kimia mengeksitasi reseptor yang berbeda, zat-zat kimia tersebut juga menghasilkan ritme yang berbeda pula.
Reseptor mendeteksi adanya natrium dan struktur reseptor tersebut hanya membuka kanal-kanal ion natrium supaya dapat melintasi membran. Semakin tinggi konsentrasi natrium pada lidah, maka semakin besar juga respon yang dihasilkan oleh reseptor. Zati kimia seperti amilorida dapat menghalangi ion sodium yang akan melintasi membran, sehingga mengurangi intensitas rasa asin. Cara kerja asam sedikit berbeda. Ketika asam berkaitan dengan reseptor, maka asam akan menutup kanal-kanal ion kalium sehingga mencegah keluarnya ion kalium dari neuron. Hasilnya adalah peningkatan muatan positif di dalam neuron yang menyebabkan depolarisasi membran.
Secara kimiawi cita rasa manis, pahit dan umami memiliki kemiripan. Apabila ada sebuah molekul yang berikatan dengan salah satu reseptor cita rasa tersebut, maka hal tersebut akan mengaktivasi protein G yang melepaskan penyampai pesan dalam neuron.

 III.            Alat Yang Digunakan
1.      Saputangan dan tisu
2.      Gula yang kering
3.      Garam kering
4.      Asam jawa

 IV.            Jalannya Percobaan
PP bertindak sekaligus sebagai OP mengeringkan lidah dengan kertas tisu kemudian di atas lidah yang kering tersebut diletakan gula kering, garam dan asam jawa secara bergantian.

    V.            Hasil Percobaan
Lidah merespon rasa manis dari gula kering pada bagian ujung lidah, kemudian merespon rasa asin pada bagian tepi depan lidah, dan merespon rasa asam dari asam jawa pada bagian tepi belakang lidah.
 VI.            Kesimpulan
Lidah memberikan empat respon rasa pada bagian-bagian tertentu, ujung lidah merasakan rasa manis, pangkal lidah merasakan rasa pahit, tepi depan lidah merasakan rasa asin, tepi belakang lidah merasakan rasa asam.
Walaupun sejak dulu kita mengetahui bahwa manusia memiliki paling tidak empat jenis rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya reseptor rasa kelima, yaitu rasa cita rasa glutamat seperti yang ditemukan pada monosodium glutamate (MSG). Para peneliti bahkan telah menemukan bahwa sebuah cita rasa reseptor otak untuk neurotransmitter glutamate. Kemudian Para peneliti telah menemukan cita rasa lemak sebagai cita rasa yang keenam.
Reseptor perasa sangat erat kaitannya dengan reseptor pembau. Bila salah satu reseptor ada yang terganggu maka kedua reseptor tersebut tidak akan berfungsi maksimal.












Palembang, 22 Desember 2013
Praktikan,



Ahmad Marzuki
DAFTAR PUSTAKA

Ames W. 2010. Biopsikologi Edisi 9: terjemahkan oleh Dhamar Pramudito. Jakarta: Salemba.
John P.T. 2009. Biopsikologi Edisi Ke-7:terjemahkan oleh Helly P Soetjipto dan Sri M Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelopor.
Maryati, S., Srikini, Suharno, Bambang, S. 2006. Biologi SMA Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Puspitawati, Ira. (1998). Psikologi faal. Depok: Universitas Gunadarma.

Syamsuri, Istamar. 2008. Biologi untuk SMA kelas XI semester 2. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar