LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama
Mahasiswa : Ahmad Marzuki
Nomor
Mahasiswa : 12350007
Nama
Percobaan : Stereognosis
Nomor
Percobaan : IV
Nama
Orang Percobaan : Acep Khoirudin
Nama
Pelaku Percobaan : Ahmad Marzuki
Tanggal
Percobaan : 14 Desember 2013
Tempat
Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran
Islam IAIN Raden Fatah Palembang
I.
Tujuan
Percobaan
Untuk
mengetahui apakah seseorang memiliki stereognosis yang baik atau tidak.
II.
Dasar
Teori
Stereognosis
(haptic atau genosis taktil) adalah kemampuan untuk memahami dan
mengenali bentuk objek menggunakan isyarat dari tekstur, ukuran, sifat spasial,
dan suhu dengan menggunakan indera peraba. Pada manusia, pengertian ini,
bersama dengan ketajaman spasial taktil, getaran persepsi, tekstur
diskriminasi, dan proprioception, yang dimediasi oleh jalur lemnicus
posterior medial kolom dari sistem saraf pusat.
Kita
dapat membedakan benda-benda dengan reseptor panas, dingin, dan atau
tekanan, tanpa melihat bendanya. Bentuk dan besar dapat dibedakan dengan reseptor
tekanan yang digeserkan. Akhirnya saraf yang mengelilingi foliculus
rambut ialah reseptor taktil. Pada tempat-tempat dimana tidak ada
rambut, tetapi dengan kepekaan besar terhadap stimulus taktik. Perasaan taktil
dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dihantar oleh tractus
spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktik halus dihantar
melalui faciculus gracilis dan facicullus cunnaetus. Perasaan taktil
ada dua macam yakni:
1.
Perasaan
taktil yang halus
Kepekaan
terhadap taktil halus dapat diketahui dengan menentukan jarak terdekat
antara dua titik dikulit yang sekaligus stimulasi dan masih dapat
dibedakan sebagai dua titik. Impuls taktil ini dihantarkan melalui facicullus
gracillis cunnaetus.
2.
Perasaan
taktil kasar
Impuls
taktil ini dihantarkan melalui tractus
spinothalamicus anterior, sensasi taktil yang terdiri dari raba,
tekanan dan getaran seiring digolongkan sebagai sensasi terpisah mereka semua
dideteksi oleh jenis reseptor yang sama.
Kepekaan
kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga akhiran saraf yang
mengelilingi facicullus rambut adalah reseptor taktil. Disini
yang berperan adalah reseptor kinaesthasi.
Pada
tempat dimana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat stimulus
taktil, ternyata banyak corpuscullum tactus. Diduga bahwa miniscus
tactus juga merupakan reseptor taktil yang berpengaruh pada daya stereognosis
seseorang.
III.
Alat
Yang Digunakan
Alat-alat
yang digunakan oleh pelaku dalam percobaan ini adalah benda-benda dari berbagai
bentuk.
IV.
Jalannya
Percobaan
OP
disuruh menutup matanya, diberikan kepadanya benda-benda dari berbagai bentuk,
dan ditanyakan bentuk apa dari benda yang dirabanya itu.
V.
Hasil
Percobaan
No
|
Nama Bentuk
|
Jawaban OP
|
B
|
S
|
1
|
Balok
|
Balok
|
√
|
−
|
2
|
Tabung
|
Tabung
|
√
|
−
|
3
|
Kubus
|
Kubus
|
√
|
−
|
4
|
Limas
|
Limas
|
√
|
−
|
5
|
Segitiga
|
Segitiga
|
√
|
−
|
*ket. OP memberikan jawaban dengan benar dari setiap bentuk-bentuk
yang diberikan PP.
VI.
Kesimpulan
OP
menjawab nama bentuk dengan benar yang diberikan oleh PP satu per satu. Ini
membuktikan bahwa OP memiliki stereognosis yang baik.
Stereognosis
adalah kemampuan untuk memahami dan mengenali bentuk objek
menggunakan isyarat dari tekstur, ukuran, sifat spasial, dan suhu. Ini
merupakan keterampilan penting bagi anak-anak untuk mengembangkan sehingga
mereka dapat membuka atau menutup kancing baju, risleting dan pengencang
lainnya pada pakaian mereka tanpa visual untuk memantau jari mereka.
Palembang, 14
Desember 2013
|
Praktikan,
|
|
|
|
Ahmad Marzuki
|
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Jhon. 1981. Fisiologi dan
Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http://kamuskesehatan.com/definisi/stereognosis. diakses pada 13 Desember 2013.
http://riichaacha.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-faal-stereognosis.html?m=1. Diakses pada 13 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar