I.
Judul
Pengaruh Proses Pembelajaran Terhadap
Kecepatan Waktu Dan Jumlah Kesalahan Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang
Yang Mengambil Mata Kuliah Psikologi Eksperimen Hari Selasa Pukul 08.00 WIB
Tahun 2014
II.
Profil
Subjek dan Teknik Sampling
1.
Profil Subjek
No
|
Nama
|
Jenis
Kelamin
|
Umur
|
1
|
Ahmad Marzuki
|
Laki-laki
|
20 tahun 4 bulan
|
2
|
Ayu Wandira N. R.
|
Perempuan
|
20 tahun 5 bulan
|
3
|
Ardi Novrian
|
Laki-laki
|
20 tahun 1 bulan
|
4
|
Aisyach Rohmawati
|
Perempuan
|
21 tahun 5 bulan
|
5
|
Abdul Daud
|
Laki-laki
|
20 tahun 10 bulan
|
6
|
Alvia Maulani
|
Perempuan
|
20 tahun 1 bulan
|
7
|
Alhadid Mukaroma
|
Laki-laki
|
20 tahun 8 bulan
|
8
|
Acep Khoirudin
|
Laki-laki
|
21 tahun 7 bulan
|
9
|
Apriza Fitriyanti
|
Perempuan
|
20 tahun 8 bulan
|
10
|
Annisya Fitri
|
Perempuan
|
19 tahun 9 bulan
|
2. Teknik
Sampling
Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan Simple Random Sampling.[1]
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.
III.
Desain
Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain satu
kelompok dengan jenis One-Group Pretest-Posttest Design.[2]
Desain ini sering disebut juga before-after design. Pada desain ini, di
awalm penelitian, dilakukan pengukuran terhadap VT yang telah dimiliki subjek.
Setelah diberikan manipulasi, dilakukan pengukuran kembali terhadap VT dengan
alat ukur yang sama. Simbol desain ini adalah:
Pengukuran
(O1) à Manipulasi (X) à
Pengukuran (O2)
|
IV.
Treatment
A. Material
Alat ini terdiri dari 4 unit, yaitu :
·
Two Arms
Coordination Test
·
Pendoman
Praktikum Psikologi Eksperimen
·
Lembar Pencatat
data
·
Alat Tulis
B. Definisi
Alat
Two Arms Coordination Test digunakan
untuk mengukur kemampuan “Motor Memory” seseorang, dengan melibatkan
koordinasi antara kedua tangan, lengan dan mata. Namun, dalam bahasa yang lebih
sederhana two arms coordination test ini digunakan untuk mengukur
kecepatan dan ketepatan koordinasi kedua tangan seseorang.
Alat ini dirancang untuk menguji
kemampuan koordinasi motorik antara kedua tangan dan mata didalam melakukan
sebuah pekerjaan. Terdapat dua buah lengan gerak, untuk menggerakkan stimulant
menelusuri lintasan tertentu, yaitu bintang enam yang terbuat dari metal.
Disediakan papan panel yang akan mencatat waktu yang diperlukan untuk
menelusuri lintasan dengan kendali koordinasi dua tangan dan mata, serta
mencatat jumlah kesalahan jika ujung oena keluar dari jalur lintasan yang telah
di tentukan.
C. Prosedur
Pelaksanaan :
1. Tekan
tombol ON untuk mengaktifkan alat two arms coordination test, dan tombol
reset untuk mengatur kembali display pencatat jumlah kesalahan
dan waktu.
2. Subjek
duduk di depan alat two arms coordination test
3. Eksperimenter
duduk di sisi kanan alat, dan menghadap display pencatat jumlah error
dan waktu
4. Subjek
dipersilahkan menggerakkan pena penelusur searah dengan jarum jam, dengan
menggunakan kedua tangan dan duduk pada posisi tegap tanpa memiringkan badan.
Pena penelusur tersebut digerakan dari garis start sampai ke finish dengan
pola segi enam. Apabila pena penelusur mengenai garis, maka akan tercatat dalam
akurasi kesalahan. Dan subjek tidak diperbolehkan untuk mengangkat pena
penelusurnya.
5. Jika
sudah selesai, eksperimenter akan mencatat jumlah kesalahan dan waktu yang
diperlukan dari subjek untuk melewati pola segi enam tersebut ke lembar
pencatat data, kemudian eksperimenter menekan tombol reset kembali untuk
memulai tes pada subjek berikutnya.
6. Setelah
semua subjek telah selesai melakukan percobaan, eksperimenter memberikan
manipulasi yang berupa sebuah pembelajaran bagi subjek dengan cara subjek disuruh mengelilingi, dan melihat 5
orang lain yang akan mencoba menggunakan alat two arms coordination ini.
Setelah 5 orang itu selesai, maka dilakukan pengukuran yang kedua kalinya
terhadap subjek.
D. Penilaian
Penilaian yang diberikan adalah jumlah
waktu dan kesalahan dari subjek untuk menggerakkan pena penelusur sesuai dengan
pola pada alat two arms coordination.
·
Kecepatan:
HIGH = 0-70; AVG =
71-100; LOW = 101-200
·
Akurasi:
HIGH = 0-1; AVG = 2-5;
LOW = 6-20
V.
Pelaksanaan
Treatment
Hari/Tanggal : Jum’at,
11 Desember 2014
Waktu : 10.00-11.45 WIB
Tempat : Laboratorium Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin
dan Pemikiran Islam Universitas Negeri Islam Raden Fatah Palembang
Nama Eksperimenter : Lavenda
Ridho
VI.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan pada
penelitian ditas adalah penelitian kuantitatif-eksperimen, berupa angka yang
akan dianalisis secara statistik, dapat dilakukan pada situasi lapangan maupun
laboratorium. Penelitian eksperimen adalah observasi yang objektif terhadap
suatu fenomena yang dibuat agar terjadi dalam suatu kondisi yang terkontrol
ketat, dimana satu atau lebih factor divariasikan dan factor yang lain dibuat
konstan. Menurut Solso dan Macklin, memberikan definisi mengenai penelitian
eksperimen, yaitu penyelidikan dimana minimal salah satu variable dimanipulasi
untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. [3]
VII.
Dasar
Teori
Teori
Koneksionisme (Connectionism Theory) memandang belajar adalah
pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus dan respons. Teori
koneksionisme ini merupakan rumusan deduktif Thorndike setelah ia melakukan
percobaan pada seekor kucing muda. Thorndike menyimpulkan bahwa proses belajar
melalui dua bentuk, yaitu trial and error dan law of effect. Law
of effect mengandung arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan
suatu keadaan yang memuaskan akan diingat dan dipelajari sebaik-baiknya. Adapun
tingkah laku yang mengakibatkan ketidaksenangan akan diabaikan dan dilupakan.[4]
Tingkah laku ini terjadi secara otomatis. Otomatisme dalam belajar itu dapat
dilatih dengan syarat-syarat tertentu.
Thorndike
melihat bahwa organisme (juga manusia) sebagai mekanismus hanya bergerak
atau bertindak jika ada perangsang yang mempengaruhi dirinya. Terjadinya otomatisme dalam belaja menurut
Thorndike disebabkan adanya law of effect itu.[5]
Karena adanya law
of effect terjadilah hubungan (connection) atau asosiasi antara tingkah
laku atau reaksi yang dapat mendatangkan sesuatu dengan hasilnya (effect).
Karena adanya koneksi antara reaksi dengan hasilnya itu maka teori Thorndike
ini disebut teori connectionism.
Kemudian dari
hubungan stimulus dan respon yang dikatakan Thorndike, terbagi dalam dua hukum
besar:[6]
1.
Hukum Pokok
a.
Law of readness
v Bila sudah ada kecendrungan bertindak pada
seseorang, lalu ia bertindak, akan timbul kepuasan. Tidak akan ada tindakan
lain untuk mengubah kondisi itu.
v Bila sudah ada kecendrungan bertindak pada
seseorang, tetapi ia tidak bertinak, akan timbul ketidakpuasan. Hal ini akan
menimbulkan respons lain untuk menghilangkan ketidakpuasan.
v Apabila belum ada kecendrungan bertindak, lalu
dipaksa bertindak,akan timbul ketidakpuasan. Untuk menghilangkan ketidakpuasan
tersebut, muncul tindakan lain.
b.
Law of exercise
Hubungan
antara stimulus dan respons akan bertambah kuat apabila sering digunakan atau
sering diulang-ulang (law of use). Sebaliknya, hubungan itu akan
berkurang, bahkan lenyap sama sekali, jika jarang digunakan atau tidak pernah
sama sekali (law of disuse). Namun pengulangan akan berhasil apabila
dibarengi dengan hadiah atau hukuman.
c.
Law of effect
Hubungan
stimulus dengan respons akan bertambah kuat apabila hubungan tersebut diikuti
oleh keadaan yang memuaskan daripada keadaan sebaliknya. Oleh karena itu,
hadiah lebih diutamakan daripada hukuman.
2.
Hukum Subsidier
a.
Law of multiple respons
Dalam keadaan problematis,
seseorang siswa tidak dapat segera memilih dan menentukan respons yang tepat.
Kemungkinan ia akan mencoba bermacam-macam respons. Respons pertama, kedua, dan
ketiga mungkin semuanya salah. Namun, akhirnya ia menemukan respons yang benar.
Proses ini disebut trial and error. Inilah kesimpulan Thorndike dari
respons kucingnya yang dijadikan uji cobanya.
b.
Law of attitude
Stimulus yang
sama tidak senantiasa memunculkan respons yang sama. Sikap juga memegang
peranan penting dalam menentukan respons. Apa dan bagaimana cara memberikan
respons terhadap stimulus dipengaruhi oleh sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perhatian berperan besar dalam menentukan respons.
c.
Law of partial activity
Hukum ketiga
ini terkadang disebut law protency element. Dalam situasi tertentu,
individu bereaksi secara selektif. Ia akan memilih mana yang lebih penting dan
mana yang kurang penting. Hal ini hanya mungkin terjadi bila individu mempunyai
kemampuan pengertian dan pemahaman yang cukup.
d.
Law of response by analogy
Apabila
individu berhadapan dengan situasi baru yang berbeda dengan situasi lama yang
pernah dikenalnya, namun mempunyai unsur-unsur yang sama atau hampir sama, ia
dapat menyesuaikan diri atau memberi respons yang sesuai dengan situasi yang
baru.
e.
Law of associative shifting
Apabila suatu
respons dapat dipertahankan berlaku dalam serangkaian perubahan, dalam situasi
yang merangsang, respons itu dapat diberikan kepada situasi yang sama sekali
baru.
VIII.
Hipotesis
Ada pengaruh proses pembelajaran
terhadap kecepatan waktu dan jumlah kesalahan pada mahasiswa UIN Raden Fatah
Palembang yang mengambil mata kuliah Psikologi Eksperimen hari selasa pukul
08.00 wib tahun 2014
IX.
Hasil
Penelitian
Tabel
Hasil Percobaan Pretest dan Posttet
No
|
Nama
|
JK
|
Umur
|
Pretest
|
Posttest
|
||
Jk
|
Kw
|
Jk
|
Kw
|
||||
1
|
Ahmad
Marzuki
|
L
|
20,
4 bln
|
0
|
116
|
5
|
119
|
2
|
Ayu
Wandira N. R.
|
P
|
20,
5 bln
|
95
|
116
|
45
|
83
|
3
|
Ardi
Novrian
|
L
|
20,
1 bln
|
35
|
149
|
50
|
138
|
4
|
Aisyach
Rohmawati
|
P
|
21,
5 bln
|
11
|
144
|
10
|
86
|
5
|
Abdul
Daud
|
L
|
20,
10 bln
|
11
|
66
|
6
|
67
|
6
|
Alvia
Maulani
|
P
|
20,
1 bln
|
17
|
117
|
9
|
78
|
7
|
Alhadid
Mukaroma
|
L
|
20,
8 bln
|
19
|
66
|
3
|
46
|
8
|
Acep
Khoirudin
|
L
|
21,
7 bln
|
33
|
54
|
8
|
45
|
9
|
Apriza
Fitriyanti
|
P
|
20,
8 bln
|
212
|
99
|
149
|
114
|
10
|
Annisya
Fitri
|
P
|
19,
9 bln
|
153
|
123
|
57
|
98
|
X.
Analisis
Hasil Penelitian
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui normalitas sebaran data penelitian, yaitu “jika taraf signifikan
lebih dari 0,05 (p > 0,05) berarti data berdistribusi normal. Sebaliknya,
jika taraf signifikan kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka data distribusi tidak
normal”.
Berdasarkan
analisis menggunakan One Sample Kolmogorov-Semirnov Test dapat
diterangkan bahwa:
a.
Hasil uji normalitas terhadap Jumlah Kesalahan Pretest diperoleh
F= 0,329; P= 0,003. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa P= 0,003
< 0,005 sehingga dapat dinyatakan bahwa data Jumlah Kesalahan Pretest berdistribusi
tidak normal.
b.
Hasil uji normalitas terhadap Kecepatan Waktu Pretest diperoleh F=
0,230; P= 0,142. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa P= 0,142 >
0,005 sehingga dapat dinyatakan bahwa data Kecepatan Waktu Pretest berdistribusi
normal.
c.
Hasil uji normalitas terhadap Jumlah Kesalahan Posttest diperoleh
F=0,303; P=0,10. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa P= 0,10 <
0,005 sehingga dapat dinyatakan bahwa data Jumlah Kesalahan Posttest berdistribusi
tidak normal.
d.
Hasil uji normalitas terhadap Kecepatan Waktu Posttest diperoleh
F= 0,118; P= 0,200. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa P= 0,200
> 0,005 sehingga dapat dinyatakan bahwa data Kecepatan Waktu Posttest berdistribusi
normal.
2.
Uji Hipotesis
Hasil dari Output Paired Samples T
Test, menunjukkan nilai t = 3,286; P= 0,004. Berdasarkan data
tersebut dapat dikatakan bahwa P= 0,004 < 0,005, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini diterima bahwa “ada pengaruh proses pembelajaran
terhadap kecepatan waktu dan jumlah kesalahan pada mahasiswa UIN Raden Fatah
Palembang yang mengambil mata kuliah Psikologi Eksperimen hari selasa pukul
08.00 wib tahun 2014”.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan.
Seniati, Liche dkk. 2011. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT.
Indeks
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar