Minggu, 21 September 2014

Psikologi Umum "Pembinaan Moral Remaja"

PEMBINAAN MORAL REMAJA

DI SUSUN OLEH :

NAMA                        : Ahmad Marzuki
NIM                            : 12350007
KELAS                       : PI 1 (Satu)
MATA KULIAH        : Psikologi Umum 1

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH PALEMBANG 2012


PEMBAHASAN

Masalah besar umat hari ini memasuki era globalisasi terjadinya interaksi dan ekspansi kebudayaan secara meluas melalui media massa yang di tandai dengan semakin berkembangnya pengaruh budaya pengagungan materia secara berlebihan (materialistik), pemisahan kehidupan duniawi dari supremasi agama (sekularistik), dan pemujaan kesenangan indera mengejar kenikmatan badani (hedonistik). Gejala ini merupakan penyimpangan jauh dari budaya luhur turun temurun serta merta telah memunculkan berbagai bentuk Kriminalitas, Sadisme, Krisis moral secara meluas.

Dunia pendidikan akhir-akhir ini digoncangkan oleh fenomena kurang menggembirakan terlihat dari banyaknya terjadi tawuran pelajar, pergaulan a-susila dikalangan pelajar dan mahasiswa, kecabulan pornografi tak terbendung, sebagian cendekiawan berminat tinggi terhadap kehidupan non-science asyik mencari kekuatan gaib belajar sihir, mencari jawaban dari paranormal menguasai kekuatan jin, bertapa ketempat angker menyelami black-magic dan mempercayai mistik.  Diperparah oleh limbah budaya barat berbentuk kebudayaan inderawi (sensate-culture) yang selalu bertalian dengan hedonistik dengan orientasi hiburan selera rendah dan gaya hidup rakus, boros, cinta mode, pergaulan bebas sex ittiba’ syahawat (runtutan hobi nafsu syahawat).

Prilaku sedemikian banyak melahirkan split personalities, pribadi yang terbelah “too much science too little faith”, lebih banyak ilmu dengan tipisnya kepercayaan keyakinan agama, berkembangnya paham nihilisme budaya senang lenang (culture contenment).

Kalangan remaja dijangkiti kebiasaan bolos sekolah, minuman keras, kecanduan ectasy (XTC), budak kokain dan morfin, kesukaan judi dalam budaya popular kekota (urban popular culture), gaya hidup global, world-wide sing (Michael Jackson dll), dan sejenisnya. Pada hakekatnya semua prilaku a-moral (tidak bermoral) tersebut lahir karena lepas kendali dari nilai-nilai agama dan menyimpang jauh terbawa arus deras keluar dari alur budaya luhur bangsa. Kondisi seperti itu telah memberikan penilaian buruk terhadap dunia pendidikan pada umumnya.

Remaja akan menjadi aktor utama dalam pentas kesejagatan, karena itu generasi muda (remaja) harus dibina dengan budaya yang kuat berintikan nilai-nilai dinamik (bebas bergerak) yang relevan dengan realiti kemajuan di era globalisasi. Budaya adalah wahana kebangkitan bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kekuatan budayanya. Keutuhan budaya bertumpu kepada individu dan himpunan institusi masyarakat yang memiliki kapasitas berkemampuan dalam mempersatukan seluruh potensi yang ada.

Perkembangan kedepan banyak ditentukan oleh peranan remaja sebagai generasi penerus dan pewaris dengan kepemilikan  ruang interaksi yang jelas menjadi agen sosialisasi guna menggerakkan kelanjutan  survival kehidupan kedepan. Kecemasan atas penyimpangan prilaku kemunduran moral dan akhlak, kehilangan kendali para remaja, sepatutnya menjadi kerisauan semua pihak. Ketahanan bangsa akan lenyap dengan lemahnya remaja. Saya tidak senang menggeneralisasi kenakalan remaja terjerumus kedalam lembah dekadensi (kemunduran) moral dan kenakalan remaja. Analisa realitas objektif (kenyataan yang sebenarnya) menunjukkan bahwa tidak seluruhnya remaja rusak. Dengan berpikiran positif tidak pula harus ditunggu setelah semua remaja terpuruk kedalam lumpur a-moral barulah upaya perbaikannya dilaksanakan dengan intensif (sungguh-sungguh).

Kenakalan remaja lebih banyak disebabkan rusaknya sistim, pola dan politik pendidikan. Kerusakan diperparah oleh hilangnya tokoh panutan, berkembangnya kejahatan orang tua, luputnya tanggung jawab institusi lingkungan masyarakat, impotensi dikalangan pemangku adat, hilangnya wibawa ulama, bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi lembaga bisnis, dan profesi guru dilecehkan.

Aqidah umat memang sudah bertauhid namun akhlaknya tidak mencerminkan akhlak Islami, ekonominya bersistim Yahudi, muamalahnya tidak sesuai dengan muamalah yang diajarkan Islam, politiknya, budayanya hedonistik, materialistik dan sekularistik. Mengatasi penyakit kronis umat perlu gerakan jihad.

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sungguh-sungguh. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (QS. Al-Hajj : 78)

Proses pembinaan umat dengan mengukuhkan kecintaan kepada negeri, memperkaya potensi percaya diri dan menjauhkan isolasi (pengasingan) diri, dan memupuk kemandirian sesuai bimbingan agama, amar makruf nahi munkar.

Generasi kedepan wajib digiring menjadi taat hukum dimulai dari lembaga keluarga dan rumah tangga dengan memperkokoh peran orang tua dan unsur masyarakat secara efektif dalam menularkan ilmu pengetahuan yang segar dengan tradisi luhur dan aqidah shahih kepada generasi pelanjut bertumpu kepada cita rasa patah tumbuh hilang berganti. Apabila sains dipisah dari aqidah syariah dan akhlaq akan melahirkan saintis tak bermoral agama, akibatnya ilmu banyak dengan sedikit kepedulian.

Menanamkan kesadaran tanggung jawab terhadap hak dan kewajiban asasi individu secara amanah, penyayang dan adil dalam memelihara hubungan harmonis dengan alam, memperkaya warisan budaya dengan setia mengikuti dan mempertahankan, istiqamah pada agama yang dianaut, teguh politik, kukuh ekonomi, melazimkan musyawarah dengan disiplin dan bijak memilih prioritas pada yang hak sebagai nilai puncak budaya Islam  yang benar. Sesuatu akan selalu indah selama benar. Ketahanan umat bangsa terletak pada kekuatan ruhaniyah keyakinan agama dengan iman taqwa dan siasah kebudayaan. Bila penduduk negeri beriman dan bertaqwa dibukakan untuk mereka keberkatan langit dan bumi.

Lembaga-lembaga (institusi) di tuntut adil, demokratis, persamaan dan usaha ilmiah sistematis yang mampu merumuskan epistemologi (teori pengetahuan) dan aksiologi (nilai-nilai etika) dengan memberikan penekanan kepada :

1)      Rumusan ulang arah acuan orientasi pengembangan pendidikan agama. Fenomena dimasa Orde Baru pengembangan pendidikan terlihat arahnya ke barat, kebebasan, dan akibat terasa mengikis karakteristik asli pendidikan agama yaitu akhlak.
2)      Revitalisasi pendidikan agama, diajarkan oleh seluruh komponen masyarakat, muatan pendididkan agama terlihat pada seluruh mata pelajaran memaparkan apa adanya dan membimbing kepada yang seharusnya berdasarkan paradigma tauhid membentuk suatu iklim pendidikan agama terasa pada seluruh lembaga sekolah, masyarakat, rumah tangga.
3)      Kewajiban perguruan tinggi memikul beban moral intelektual sebagai bangsa berkomunitas muslim terbesar.
4)      Buku dasar pegangan mesti memiliki kesamaan visi dan misi mengacu kepada platform yang sama.
5)      Tujuan pendidikan yang akan dikembangkan adalah pendidikan akhlak, budi pekerti. Akhlak merupakan jiwa pendidikan, inti ajaran agama dan buah dari keimanan. Maka akhlak karimah (budi pekerti sempurna) adalah tujuan sesungguhnya dari proses pendidikan, dan menjadi wadah diri dalam menerima ilmu-ilmu lainnya. Ilmu yang benar membimbing umat kearah amal karya, kreasi, inovasi, motivasi yang shaleh (baik).

Remaja masa depan (era globalisasi) yang diminta lahir dengan budaya luhur yang berpaksikan tauhidik, kreatif dan dinamik, memiliki ilmu berasaskan epistemologi Islam yang jelas, tasawuf yang integratik dan ummatik sifatnya (bermanfaat untuk semua, terbuka dan jelas).

Pendidikan moral generasi berpaksikan tauhid, akhlak, penghormatan terhadap orang tua, mengenal kehidupan duniawi yang bertaraf perbedaan, adab percakapan ditengah pergaulan, keteguhan memilih dan mengamalkan nilai-nilai amar makruf nahi munkar, yang akan menjadi kekuatan moral. Kuatnya iman dan teraturnya ibadah generasi muda menjadi awal langkah menuju ketahanan bangsa. Hendaknya generasi kedepan tidak menjadi generasi umat yahudi masa lalu yang selalu mengangap ajaran Rasul itu salah bahkan memperolok-olokkan agama.

Model yang dikembangkan pemurnian wawasan fikir,  kekuatan zikir, ketajaman visi, perubahan melalui ishlah dengan mengembangkan keteladanan uswah hasanah, sabar benar kasih sayang melalui pengamalan warisan spiritual religi.

Upaya ini memerlukan keserasian pergaulan bijak memilih ungkapan baik, tepat dalam memberi idea informasi, yang teramat penting bersatunya hati dan hati dengan keimanan dan taqwa.

”Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka (dengan iman dan taqwa). Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS. Al- Anfal : 63)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar