Minggu, 21 Desember 2014

Stereognosis

LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa                 : Ahmad Marzuki
Nomor Mahasiswa               : 12350007
Nama Percobaan                  : Stereognosis
Nomor Percobaan                : IV
Nama Orang Percobaan       : Acep Khoirudin
Nama Pelaku Percobaan      : Ahmad Marzuki
Tanggal Percobaan               : 14 Desember 2013
Tempat Percobaan                : Laboratorium Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang
 


       I.            Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki stereognosis yang baik atau tidak.

    II.            Dasar Teori
Stereognosis (haptic atau genosis taktil) adalah kemampuan untuk memahami dan mengenali bentuk objek menggunakan isyarat dari tekstur, ukuran, sifat spasial, dan suhu dengan menggunakan indera peraba. Pada manusia, pengertian ini, bersama dengan ketajaman spasial taktil, getaran persepsi, tekstur diskriminasi, dan proprioception, yang dimediasi oleh jalur lemnicus posterior medial kolom dari sistem saraf pusat.
Kita dapat membedakan benda-benda dengan reseptor panas, dingin, dan atau tekanan, tanpa melihat bendanya. Bentuk dan besar dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan. Akhirnya saraf yang mengelilingi foliculus rambut ialah reseptor taktil. Pada tempat-tempat dimana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan besar terhadap stimulus taktik. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dihantar oleh tractus spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktik halus dihantar melalui faciculus gracilis dan facicullus cunnaetus. Perasaan taktil ada dua macam yakni:

1.      Perasaan taktil yang halus
Kepekaan terhadap taktil halus dapat diketahui dengan menentukan jarak terdekat antara dua titik dikulit yang sekaligus stimulasi dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Impuls taktil ini dihantarkan melalui facicullus gracillis cunnaetus.

2.      Perasaan taktil kasar
Impuls taktil ini dihantarkan melalui tractus spinothalamicus anterior, sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran seiring digolongkan sebagai sensasi terpisah mereka semua dideteksi oleh jenis reseptor yang sama.

Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga akhiran saraf yang mengelilingi facicullus rambut adalah reseptor taktil. Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthasi.
Pada tempat dimana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat stimulus taktil, ternyata banyak corpuscullum tactus. Diduga bahwa miniscus tactus juga merupakan reseptor taktil yang berpengaruh pada daya stereognosis seseorang.

 III.            Alat Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan oleh pelaku dalam percobaan ini adalah benda-benda dari berbagai bentuk.

 IV.            Jalannya Percobaan
OP disuruh menutup matanya, diberikan kepadanya benda-benda dari berbagai bentuk, dan ditanyakan bentuk apa dari benda yang dirabanya itu.




    V.            Hasil Percobaan
No
Nama Bentuk
Jawaban OP
B
S
1
Balok
Balok
2
Tabung
Tabung
3
Kubus
Kubus
4
Limas
Limas
5
Segitiga
Segitiga







*ket. OP memberikan jawaban dengan benar dari setiap bentuk-bentuk yang diberikan PP.

 VI.            Kesimpulan
OP menjawab nama bentuk dengan benar yang diberikan oleh PP satu per satu. Ini membuktikan bahwa OP memiliki stereognosis yang baik.
Stereognosis adalah kemampuan untuk memahami dan mengenali bentuk objek menggunakan isyarat dari tekstur, ukuran, sifat spasial, dan suhu. Ini merupakan keterampilan penting bagi anak-anak untuk mengembangkan sehingga mereka dapat membuka atau menutup kancing baju, risleting dan pengencang lainnya pada pakaian mereka tanpa visual untuk memantau jari mereka.






Palembang, 14 Desember 2013
Praktikan,



Ahmad Marzuki
DAFTAR PUSTAKA

Gibson, Jhon. 1981. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http://kamuskesehatan.com/definisi/stereognosis. diakses pada 13 Desember 2013.


Reaksi Pupil

LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa                 : Ahmad Marzuki
Nomor Mahasiswa               : 12350007
Nama Percobaan                  : Reaksi Pupil
Nomor Percobaan                : I
Nama Orang Percobaan       : Abdul Daud
Nama Pelaku Percobaan      : Ahmad Marzuki
Tanggal Percobaan               : 30 November 2013
Tempat Percobaan                : Laboratorium Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang
 


       I.            Tujuan Percoban
Untuk mengetahui bagaimana reaksi pupil mata manusia, jika ada stimulus cahaya yang masuk ke mata.

    II.            Dasar Teori
Pupil merupakan celah yang berbentuk lingkaran yang terletak di tengah-tengah iris. Pupil berfungsi sebagai jalan pengatur keluar masuknya cahaya kedalam mata. Cahaya yang masuk kedalam mata melalui pupil diteruskan kedalam retina.
Jika berada ditempat yang gelap atau tempat yang intensitas cahayanya kurang, maka pupil akan membesar untuk memaksimalkan menangkap cahaya yang kurang. Jika kita berada di dalam tempat yang terang, pupil mata akan mengecil karena cahaya yang masuk terlalu berlebihan, sehingga untuk meminimalisir cahaya yang masuk, pupil mengecil. Jika dalam keadaan normal atau tidak terlalu terang maupun tidak terlalu gelap maka pupil mata normal  tidak mengecil tidak pula membesar.
Bagian yang sangat berperan pada saat reaksi pupil adalah kunica masculata yang terletak pada bagian-bagian yang berfungsi untuk meningkatkan cahaya terang. Kemampuan dalam berakomodasi dikarenakan adanya kerjasama antara muscllus allain, ligmen lentis dan lensa kristalina. Otot yang mengatur lentis dan lensa kristalina. Otot yang mengatur reaksi pupil itu adalah Muscllus Aillator Pupilae yaitu mengatur lebarnya pupil, geraknya disebut indriasi. Dan Muscllus Spinter Pappilae yaitu mengatur mengecilnya pupil, gerakkan mengecilnya dari otot yang melingkarinya.
Ketika seseorang melihat benda dari jarak dekat dengan refleks konvergensi-akomodasi yaitu mata berkonvergensi, pupil menjadi kontruksi, maka memfokuskan pada objek. Dibelakang masing-masing pupil terdapat lensa, yang memfokuskan cahaya yang datang dari retina. Ketika kita mengarahkan penglihatan kita kepada sesuatu yang bergerak dekat denga  kita, ketegangan pada ligamen-ligamen yang mempertahankan masing-masing lensa agar tetap ditempatnya disesuaikan oleh otot-otot siliaria, dan berbentuk silinder sesuai bentuk alamiahnya. Hal ini meningkatkan kemampuan lensa untuk merefraksi (membelokkan) cahaya untuk mendekatkan objek-objek ke fokus yang tajam. Ketika kita memfokuskan penglihatan pada objek yang tajam, lensa menjadi datar. Proses menyesuaikan konfigurasi lensa untuk memfokuskan gambar pada retina ini disebut akomodasi. Sedangkan konvergensi matasecara simultan, mata bergerak melihat objek.
Ukuran pupil tergantung beberapa faktor antara lain umur, tingkat kesadaran, kuatnya penyinaran, dan tingkat akomodasi.

 III.            Alat Yang Digunakan
1.      Senter (Flashlight)
2.      Cermin




 IV.            Jalannya Percobaan
1.      Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konvergensi.
a.       PP bertindak sekaligus sebagai OP menggunakan cermin, kemudian melihat jauh dalam cermin sekonyong-konyong, melihat bayangan dicermin.
b.      OP disuruh melihat jauh, kemudian sekonyong-konyong melihat jari PP yang ditempatkan kira-kira 20 cm dimuka OP.

2.      Mengecilnya pupil oleh karena cahaya.
a.       OP disuruh melihat ketempat yang terang, kemudian disuruh menutup matanya, setelah menunggu sebentar, kemudian disuruh membuka matanya sehingga akan terlihat pupilnya akan mengecil.
b.      Pupil disuruh melihat ketempat yang terang dan satu mata ditutup dengan tangan, setelah ditutup kemudian dibuka.
c.       PP menyinari mata OP dengan senter (Flashlight) kemudian lihat perubahan pupil.

    V.            Hasil Percobaan
1.      Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konvergensi
a.       Ketika pupil berjarak normal (±20cm) dari cermin, pupil normal, tidak membesar tidak pula mengecil. Ketika pupil jauh dari cermin maka pupil membesar, dan ketika pupil didekatkan dengan cermin maka pupil mengecil.
b.      Ketika pupil melihat jauh, maka pupil membesar. Kemudian ketika diperlihatkan jari pada jarak 20cm maka pupil kembali normal. Ketika jari dijauhkan, pupil membesar, dan ketika jari didekatan, pupil maka mengecil.




2.      Mengecilnya pupil oleh karena cahaya
a.       Pupil mata mengecil saat melihat ketempat yang terang, karena cahaya yang masuk terlalu berlebihan, sehingga untuk meminimalisir cahaya yang masuk maka pupil mata mengecil.
b.      Pupil mata mengecil, karena pupil menyesuaikan diri dalam keadaan yang terang.
c.       Pupil mengecil ketika disinari dengan senter.

 VI.            Kesimpulan
Pupil membesar ketika melihat ketempat yang gelap atau redup (Intensitas cahaya rendah), mengecil pada tempat yang terang (Intensitas cahaya tinggi) dan pupil normal kembali ketika berada ditempat yang tidak terlalu terang tidak juga terlalu gelap.
Pupil akan mengalami peristiwa refleks pupil jika diberikan rangsangan cahaya baik intensitasnya tinggi ataupun rendah.










Palembang, 30 November 2013
Praktikan,



Ahmad Marzuki
DAFTAR PUSTAKA

Appleton, A.B dkk. 1958. Surface and Radiological Anatomy. Inggris: The Williams and Walkins.
Puspitawati, Ira. 2012. Psikologi Faal. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Surya, Yohanes. 2010. Optika. Tanggerang: PT. Kandel.