LAPORAN
PRAKTIKUM
PSIKOLOGI
FAAL
Nama
Mahasiswa : Ahmad Marzuki
Nomor
Mahasiswa : 12350007
Nama
Percobaan : Pengecapan
Nomor
Percobaan : VI
Nama
Orang Percobaan : Ahmad Marzuki
Nama
Pelaku Percobaan : Ahmad Marzuki
Tanggal
Percobaan : 22 Desember 2013
Tempat
Percobaan : Laboratorium Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran
Islam IAIN Raden Fatah Palembang
I.
Tujuan
Percobaan
Untuk
mengetahui bagaimana terjadinya pengecapan dan menentukan medulitas pengecapan
pada alat kecap.
II.
Dasar
Teori
Lidah merupakan organ yang tersusun atas otot. Sebagian besar
terdiri atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah, dan processus
styloideus di tulang pelipis. Di permukaan lidah banyak terdapat
tonjolan kecil yang biasanya disebut dengan papila lidah. Papila lidah
ini membuat lidah terkesan kasar. Pada papila lidah terdapat indera pangecap.
Terdapat tiga jenis papila lidah, yaitu:
1.
Papila
filiformis (fili=benang) Berbentuk seperti
benang halus.
2.
Papila
sirkumvalata (sirkum=bulat)
Berbentuk bulat, tersusun seperti V di belakang lidah.
3.
Papila
fungiformis (fungi=jamur)
Berbentuk seperti jamur.
Permukaan
lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar.
Selain itu, terdapat reseptor pengecap berupa kuncup pengecap. Kuncup
pengecap tersebut terdiri atas sekelompok sel sensori yang memiliki
tonjolan seperti rambut. Kuncup pengecap dapat membedakan empat macam rasa,
yaitu manis, pahit, asam dan asin. Letak kuncup pengecap tertentu lebih banyak
berkumpul pada daerah tertentu pada lidah. Misalnya rasa manis pada ujung
lidah, rasa pahit pada pangkal lidah, rasa asin pada tepi depan lidah, dan rasa
asam pada tepi belakang lidah.
Cita
rasa merujuk pada stimulasi bintil pengecap, reseptor yang ada pada lidah.
Ketika kita membicarakan tentang cita rasa makanan, umumnya yang kita maksud
adalah rasa makanan. Indra lain dalam konteks terpisah, tetapi akson pengecapan
dan penciuman bersatu pada sebuah sel di sebuah area yang disebut korteks
endopiriform.
Adanya
penggabungan tersebutlah yang memungkinkan pengecapan dan penciuman menyatukan
pengaruhnya dalam hal pemilihan makanan. Reseptor cita rasa bukanlah neuron
sejati, tetapi merupakan sel-sel kulit yang termodifikasi. Sama seperti neuron,
reseptor cita rasa memiliki membran yang dapat tereksitasi dan
melepaskan neurotransmitter untuk mengeksitasi neuron. Neuron
tersebutlah yang akan mengantarkan informasi ke otak. Seperti layaknya sel
kulit, reseptor cita rasa secara bertahap terkikis dan tergantikan, tiap reseptor
bertahan selama 10 hingga 14 hari.
Reseptor
cita rasa mamalia berada di dalam bintik pengecap yang terletak di papilla (papillae),
suatu struktur yang ada di permukaan lidah. Tiap papilla mengandung nol
hingga 10 atau bahkan lebih bintik pengecap dalam tiap bintik pengecap terdapat
sekitar 50 sel reseptor.
Pada
manusia dewasa, sebagian besar bintik pengecap terletak pada sepanjang sisi
luar tepian lidah, pada bagian tengah hanya terdapat sedikit bintik pengecap
atau tidak sama sekali.
Pengecap
merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun indera
pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur makanan
seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan
keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf
nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah
bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan
keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan substansi
nutrisi tertentu.
Indera
pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi,
beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel
pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis
dari sel disekitarnya, sehingga beberapa diantaranya adalah sel muda
dan lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan
akan segera terurai dan larut.
Sensasi
rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di ujung sel pengecap
(taste buds) yang terdapat di permukaan lidah dan palatum molle.
Sel pengecap tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi.
Proses ini bergantung pada pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut
dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap.
Rangsangan
kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor kimia (chemoreseptor).
Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah berupa tunas pengecap yang
terdapat pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan, zat itu harus larut dalam
kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup rasa atau tunas pengecap.
Kuncup rasa kebanyakan terdapat pada permukaan lidah. Ada juga beberapa yang
ditemukan pada langit-langit lunak di belakang mulut dan lengkung
langit-langit.
Walaupun
sejak dulu kita mengetahui bahwa manusia memiliki paling tidak empat jenis
rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya reseptor rasa kelima, yaitu rasa
cita rasa glutamat seperti yang ditemukan pada monosodium glutamate
(MSG). Para peneliti bahkan telah menemukan bahwa sebuah cita rasa
reseptor otak untuk neurotransmitter glutamate.
Cita
rasa glutamate menyerupai cita rasa kaldu ayam tanpa garam. Bahasa
Inggris tidak memiliki kata yang tepat untuk mewakili rasa tersebut, tetapi
bahasa Jepang meilikinya. Oleh sebab itu, peneliti berbahsa Inggris telah mengadaptasi
sebuah kata dalam bahasa Jepang, yaitu umami. Para peneliti telah
menemukan cita rasa lemak sebagai cita rasa yang keenam. Selain fakta bahwa
tiap-tiap zat kimia mengeksitasi reseptor yang berbeda, zat-zat kimia tersebut
juga menghasilkan ritme yang berbeda pula.
Reseptor
mendeteksi adanya natrium dan struktur reseptor tersebut hanya membuka kanal-kanal
ion natrium supaya dapat melintasi membran. Semakin tinggi
konsentrasi natrium pada lidah, maka semakin besar juga respon yang dihasilkan
oleh reseptor. Zati kimia seperti amilorida dapat menghalangi ion sodium
yang akan melintasi membran, sehingga mengurangi intensitas rasa asin. Cara
kerja asam sedikit berbeda. Ketika asam berkaitan dengan reseptor, maka asam
akan menutup kanal-kanal ion kalium sehingga mencegah keluarnya ion
kalium dari neuron. Hasilnya adalah peningkatan muatan positif di
dalam neuron yang menyebabkan depolarisasi membran.
Secara
kimiawi cita rasa manis, pahit dan umami memiliki kemiripan. Apabila ada sebuah
molekul yang berikatan dengan salah satu reseptor cita rasa tersebut, maka hal
tersebut akan mengaktivasi protein G yang melepaskan penyampai pesan dalam neuron.
III.
Alat
Yang Digunakan
1.
Saputangan
dan tisu
2.
Gula
yang kering
3.
Garam
kering
4.
Asam
jawa
IV.
Jalannya
Percobaan
PP
bertindak sekaligus sebagai OP mengeringkan lidah dengan kertas tisu kemudian
di atas lidah yang kering tersebut diletakan gula kering, garam dan asam jawa secara
bergantian.
V.
Hasil
Percobaan
Lidah
merespon rasa manis dari gula kering pada bagian ujung lidah, kemudian merespon
rasa asin pada bagian tepi depan lidah, dan merespon rasa asam dari asam jawa
pada bagian tepi belakang lidah.
VI.
Kesimpulan
Lidah
memberikan empat respon rasa pada bagian-bagian tertentu, ujung lidah merasakan
rasa manis, pangkal lidah merasakan rasa pahit, tepi depan lidah merasakan rasa
asin, tepi belakang lidah merasakan rasa asam.
Walaupun
sejak dulu kita mengetahui bahwa manusia memiliki paling tidak empat jenis
rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya reseptor rasa kelima, yaitu rasa
cita rasa glutamat seperti yang ditemukan pada monosodium glutamate
(MSG). Para peneliti bahkan telah menemukan bahwa sebuah cita rasa
reseptor otak untuk neurotransmitter glutamate. Kemudian Para peneliti
telah menemukan cita rasa lemak sebagai cita rasa yang keenam.
Reseptor
perasa sangat erat kaitannya dengan reseptor pembau. Bila salah satu reseptor
ada yang terganggu maka kedua reseptor tersebut tidak akan berfungsi maksimal.
Palembang, 22
Desember 2013
|
Praktikan,
|
|
|
|
Ahmad Marzuki
|
DAFTAR PUSTAKA
Ames W. 2010. Biopsikologi Edisi
9: terjemahkan oleh Dhamar Pramudito. Jakarta: Salemba.
John P.T. 2009. Biopsikologi
Edisi Ke-7:terjemahkan oleh Helly P Soetjipto dan Sri M Soetjipto.
Yogyakarta: Pustaka Pelopor.
Maryati, S., Srikini, Suharno,
Bambang, S. 2006. Biologi SMA Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Puspitawati, Ira. (1998). Psikologi
faal. Depok: Universitas Gunadarma.
Syamsuri, Istamar. 2008. Biologi
untuk SMA kelas XI semester 2. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar