Minggu, 21 Desember 2014

Laporan Observasi Kelompok

LAPORAN OBSERVASI KELOMPOK
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEDAGANG DI KANTIN FAKULTAS TARBIYAH UIN RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN 2014


Disusun Oleh :
          
                                  AHMAD MARZUKI                                 12350007
                                  AISYACH ROHMAWATI                       12350009
                                  ALVIA MAULANI                                    12350012

Dosen Pengampu :
MITA OCTARINA, S.Psi, M.Psi




JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG

2014


       I.            Nama Observasi
Komunikasi Interpersonal Pedagang Di Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang Tahun 2014

    II.            Identitas Observer dan Observee
1.      Identitas Observer
Nama : Afif Yanto                  12350002
             Ahmad Marzuki         12350007
             Aisyach Rohmawati   12350009
             Alvia Maulani            12350012
2.      Identitas Observee
Ketika observasi berlangsung, observer mengetahui nama observee dari setiap pelanggan yang ingin memesan makanan dan minuman dengan inisial “E”.

 III.            Latar Belakang
Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup memerlukan interaksi dan komunikasi satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Interaksi dan komunikasi ini sangat diperlukan karena manusia ditakdirkan menjadi makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia akan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam menjalankan kehidupannya, manusia tidak pernah lepas dari bantuan orang lain, oleh karena itu manusia saling membutuhkan sesamanya untuk dapat saling melengkapi dan berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan hidup satu sama lainnya.
Manusia selalu berkomunikasi dengan makhluk hidup lainnya, baik secara verbal maupun nonverbal, langsung ataupun tidak langsung. Manusia selalu merasa ingin menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, dengan komunikasi manusia mampu mengubah sikap dan keyakinan serta prilaku atau menggerakkan tindakan, serta menghibur. Karena fungsi dari komunikasi itu sendiri untuk menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence). Jadi, bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan aspek yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Komunikasi yang baik diperlukan untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat agar terwujudnya keserasian dan keharmonisan hubungan dalam lingkungan massyarakat. Makna dari interaksi sosial itu sendiri merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.[1] Menurut Schramm komunikasi dan masyarakat adalah dua kata  kembar yang tidak dapat dipisahkan. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat, maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi.[2]
Menurut Rogers bersama D. Lawrence Kincaid komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.[3] Dari berbagai jenis komunikasi, komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, karena ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya mampu dipenuhi dan dipuaskan melalui komunikasi dengan sesamanya. Deddy Mulyana memberikan definisi komunikasi interpersonal atau antarpribadi sebagai komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal.[4] Hubungan yang terjalin antara para pedagang kantin dan pelanggannya merupakan salah satu jenis komunikasi interpersonal.
Pedagang kantin merupakan para pedagang yang berjualan di tempat yang telah disediakan, dan menetap disana tanpa berpindah-pindah tempat lokasi. Namun seiring perkembangan zaman, semakin banyak muncul persaingan antara pedagang. Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang misalnya, observer melihat betapa luar biasanya hubungan yang diciptakan oleh pedagang terhadap pelanggan kantinnya. Maka pada observasi kali ini, observer bermaksud melakukan pembahasan mengenai “Komunikasi Interpersonal Pedagang di Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang Tahun 2014”.

 IV.            Tujuan Observasi
Tujuan observasi yang dilakukan pada kali ini adalah untuk mengetahui komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Pedagang di Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang Tahun 2014.

    V.            Dasar Teori
1.      Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merujuk pada komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang. Konteks interpersonal membahas tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan.[5]
Menurut Deddy Mulyana, komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non- verbal.[6]
Selain itu, menurut Onong Uchjana pentingnya situasi komunikasi interpersonal adalah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya saling pengertian (Mutual Understanding) dan empati.
Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan. Misalnya, ketika pembeli berkata “mau beli itu” (lisan) sekaligus menunjuk barang yang ingin dibeli kepada pedagang (verbal). Komunikasi interpersonal dengan masing-masing orang berbeda tingkat kedalaman komunikasinya.

2.      Tujuan Komunikasi Interpersonal
Adapun tujuan dari komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito antara lain:[7]
a.       To Learn (mempelajari)
“To learn : acquire knowledge of oneself, other the world, acquire skills, interpersonal communication enables you to learn about yourself”. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, orang tersebut belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain, kenyataannya, persepsi dari seseorang sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah dipelajari tentang diri sendiri dan orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi. Pedagang dapat mengetahui bagaimana karakteristik pembeli melalui komunikasi.
b.      To relate (untuk berhubungan)
“To relate : establishe and maintain interpersonal relationship”. Dengan komunikasi interpersonal dapat membantu kita untuk berhubungan terutama memelihara hubungan sosial yang telah terjadi sebelumnya.
c.       To Influence (untuk mempengaruhi)
“To influence : control, direct”. Dalam perjumpaan sehari-hari seseorang berusaha mengajak orang lain melakukan sesuatu, meyakini bahwa sesuatu itu benar atau salah, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu dan sebagainya.
d.      To Play (untuk bermain)
“To play : escape from work, enjoy oneself”. Berarti komunikasi sebagi permainan dimaksudkan sebagai kesenangan jalan keluar dan relaksasi.
e.       To Help (untuk membantu)
“To help : minister to needs others, console”. Membantu seseorang untuk mengkritik, menyatakan sebuah empati, mendengarkan dan mendukung orang lain pada saat berbicara. Misalnya, ketika pembeli bercerita tentang masalah keuangan yang dimilikinya, pedagang mendengarkan dengan penuh empati. Kemudian pedagang memberikan hutang (pembayaran yang dibayar kemudian) kepada pembeli sebagai wujud rasa toleransi dan empati.

3.      Tahap-tahap dalam Komunikasi Interpersonal
Hubungan interpersonal merupakan hubungan yang berkembang, ada enam tahap dalam pengembangan hubungan, tahap-tahap tersebut adalah:[8]
a)      Contact (Kontak)
“Contact : First Impression. Perceptual contact-see, hear, read message from or perhaps smell the person”. Pada tahap pertama ini kita membuat kontak. Perceptual contact atau persepsi pada kontak awal yang memberikan gambaran tentang penampilan fisik dan mental. Seperti jenis kelamin, perkiraan umur, kepercayaan, dan sebagainya. Pada tahap inilah penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati secara mudah sehingga menimbulkan kesan pertama. Dalam empati menit pertama dari interaksi awal, seseorang akan memutuskan apakah ingin melanjutkan hubungan atau tidak. Setelah persepsi ini, biasanya ada kontak interaksional (interactional contact). Disini terjadi pertukaran informasi dasar awal untuk keterlibatan lebih intens, kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkat pada tahap ini.
b)      Involment (Keterlibatan)
“involvement : a sense of mutuality, of being connected develops, try to learn more about the other person, a kind of testing goes on and intensifying”. Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. Pada tahap ini kita mencoba mengetahui banyak hal tentang orang lain.
c)      Intimacy (Keakraban)
“Intimacy : commit yourself still futher to the other person and establish a relationship”. Pada tahap keakraban terbagi menjadi dua fase. Fase komitmen interpersonal (interpersonal commitment phase) adalah fase dimana diantara mereka saling berkomitmen satu sama lain dengan cara pribadi. Sedangkan fase kedua yaitu ikatan sosial (social bonding) merupakan fase komitmen yang dibuat oleh publik. Mungkin ke keluarga dan teman atau ke masyarakat luas. Kita akan mengikat diri lebih jauh pada orang lain, sehingga terbina hubungan primer (primary relationship), dimana orang ini menjadi sahabat baik atau kekasih. Pedagang dan pembeli saling mengikat diri yang memungkinkan terbina primary relationship.
d)     Deterioration (Perusakan)
“Deteriotation: a weakening of the relationhip, dissatisfication”. Ketika ikatan diantara kedua belah pihak melemah. Fase pertama dalam perusakan adalah interpersonal dissatisfication adanya ketidakpuasan dalam berinteraksi. Jika rasa ketidakpuasan semakin tumbuh, kemudian masuk pada fase interpersonal deterioriation. Pada fase perusakan, anda mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang anda pikirkan sebelumnya. Anda berdua semakin jauh. Semakin sedikit waktu senggang yang anda lalui bersama dan bila anda berdua bertemu, anda saling berdiam diri, tidak lagi banyak mengungkap diri. Jika tahap perusakan ini berlanjut anda memasuki tahap pemutusan.
e)      Repair (Perbaikan)
“repair : changing behavior or changing expectations”. Pada fase pertama, yaitu intrapersonal repair dimana mulai menganalisis permasalahan dan mempertimbangkan jalan untuk penyelesaian masalah (pertimbangan untuk merubah kebiasaan dan merubah harapan). Fase kedua yaitu interpersonal repair dengan berdikusi saling berbicara dan bernegosiasi untuk dapat saling memperbaiki hubungan.
f)       Dissolution (Pemutusan)
“Dissolution : the bonds between the individuals are broken”. Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Tahap ini diawali dengan interpersonal separation, dengan saling memisahkan diri satu sama lain, seperti tinggal di tempat yang berbeda dan hidup masing-masing. Berikutnya adalah fase social dissolution adalah berakhirnya sebuah hubungan yang sudah terjalin sebelumnya karena ada masalah, faktor lingkungan, atau faktor-faktor lain yang menghambat jalannya suatu hubungan.

4.      Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam Komunikasi Interpersonal
Pola-pola komunikasi interpesonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal, makin sering orang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan mereka, yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan. Tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Berikut adalahfaktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik:[9]
1.      Percaya (trust). Percaya menentukan efektivitas komunikasi. Karena dengan percaya akan membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang komunikator untuk mencapai maksudnya. Dengan saling mempercayai, pedagang dan pembeli tak lagi enggan untuk bercerita tentang masalah-masalah seputar kehidupan pribadi mereka.
2.      Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam sebuah komunikasi. Orang-orang yang bersikap defensif adalah orang yang tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Orang yang bersikap defensif cenderung lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
3.      Sikap terbuka. Dengan sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal, kepada kepada kedua pihak yang menjalin hubungan.

 VI.            Pembahasan
Obsrver menilai mengenai pakaian yang dikenakan observee pada kali ini, dengan anggapan bahwa observee memakai kaos panjang, bercelana jeans hitam adalah upaya dari observee untuk membaur dengan mahasiswa yang notabenya ingin berpenampilan simpel. Dilain sisi, dengan penampilan yang tidak terlalu rumit ini memudahkan observee untuk memberikan pelayanan terbaiknya kepada para pelanggan-pelanggannya. Hal ini tentu selaras dengan teori yang observer gunakan yakni teori komunikasi interpersonal dimana untuk membentuk komunikasi interpersonal, hal pertama yang dilakukan mulai dari membuat kontak. Dari membuat kontak ini, observee memberikan gambaran mengenai fisik dan mental. Karena dengan penampilan yang simple ini semakin membuat observee merasa bersahabat dengan pelanggan-pelanggannya.
Kemudian dilihat dari interaksi serta penggunaan bahasa yang observee gunakan, observer menilai bahwa observee sedang membangun rasa percaya terhadap pelanggannya. Observee tidak sungkan untuk bercanda tawa dengan salah satu pelanggan yang sedang berbelanja di kantinnya tersebut. Hal ini seperti yang dujelaskan dalam teori komunikasi, tentang bagaimana menumbuhkan hubungan interpersonal yakni Trust (Percaya).
Kedisiplinan observee dalam menjaga kebersihan kantinnya merupakan salah satu bentuk upaya membuat nyaman pelanggan yang berbelanja di kantinnya. Ditambah dengan penggunaan sound system untuk mengatur suasana yang menyenangkan untuk berkumpul bersama dengan teman-teman. Sehingga para pelanggan dari observee ini sudah merasakan keakraban yang tidak didapatkan dari tempat kantin lainnya sehingga mereka selalu menjadi pembeli langganan di kantin tempat berdagang observee tersebut.
Kemudian yang terakhir dilihat dari kemauan observee untuk tetap berdiri di samping meja penyiapan pesanan, sambil memegang dagu dan melihat sekitarnya, namun dengan pandangan yang penuh empati. Hal ini tentu saja ada maksud tersendiri dari observee, yakni kesediaan observee untuk siap siaga jika ada pelanggan yang membutuhkan hal-hal lain, seperti memesan makanan tambahan dan sebagainya. Dengan melakukan hal tersebut, otomatis pelanggan merasakan saling keterbukaan antara pedagang dan pembeli, sehingga oembeli tidak sungkan mengatakan hal apa yang ia butuhkan, seperti ketika salah satu pelanggan maju kedepan untuk mengambil cabe tambahan.

VII.            Metode Pencatatan
Dalam pengambilan data, observer hanya mengamati dan kemudian menceritakan hasil observasi secara Anecdotal Record atau sama dengan daftar riwayat kelakuan yaitu berisi catatan mengenai prilaku-prilaku luar biasa yang dianggap penting secara mendetail mengenai tugas tertentu yang memiliki keunikan.
Kemudian, observer juga menggunakan Mechanical Devices yang merupakan alat mekanik yang digunakan untuk memotret peristiwa- peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh observee.

VIII.            Waktu, Tempat, Setting
Selama melakukan observasi, observer melakukan pengamatan hanya satu kali, yaitu mengenai komunikasi interpersonal yang digunakan pedagang, dengan setting alamiah yang dilakukan pada:
Hari / Tanggal                :  Selasa, 9 Desember 2014
Tempat                           :  Kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang
Waktu                            :  Jam 10.00-12.00 WIB

 IX.            Hasil Observasi
1.      Rangkuman Hasil Observasi
Pada hari selasa tepat pada tanggal 9 desember 2014, observer mengamati pedagang di kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukannya kepada pembeli. Pedagang ini adalah seorang wanita yang masih berumuran dewasa dini sekitar 22 tahun, wanita ini kami inisialkan dengan sebutan “E”. E menjual berbagai macam makanan dan minuman seperti Mie Instan, Roti, Bakso Bakar, Es, Kopi dan lain-lain. E menggunakan kaos panjang berwarna merah, jilbab hitam, bercelana jeans berwarna hitam, memakai kacamata lensa bening, memakain sendal jepit dan tidak memakai aksesoris apapun seperti jam, gelang dan lainnya.
Dalam menjalankan aktivitasnya, E menunjukkan orang yang disiplin dan sigap. Hal ini terlihat ketika E sedang dalam keadaan tidak ada pembeli, selalu ada hal yang ia lakukan pada saat itu, seperti mencuci piring, menyiapkan air dari galon, membersikan tempat ia memasak, serta mengelap meja tempat ia menyiapkan makanan serta minuman untuk pembeli.
Ketika ada mahasiswi yang ingin memesan makanan dan minuman, dengan cerianya E menanyakan “mau pesan apa mbak”, sambil mengeluarkan senyuman tipis, setelah tau apa yang dipesan dari mahasiwi tersebut ia dengan segera menyiapkannya, serta mengantarkan ke tempat meja mahasiswi tadi.
Kemudian, setelah ia selesai mengantarkan pesanan ke meja pembeli tadi, E langsung kembali ketempatnya, dan melakukan aktivitas seperti sebelumnya yaitu membersikan tempat memasak dan meja penyiapan pesanan.
Merasa pesanan sudah lengkap, pembeli membayar kepada si E, dan E-pun memberikan senyuman dan ucapan terima kasih. Setelah pembeli pergi dari tempat ia berdagang, ia dengan segera membersihkan tempat meja pelanggannya tersebut dengan lap dan membawa piring dan gelas kotor ketempat penyuciannya yang berada disamping kantin kanan tempat ia berdagang.
Selama 1 jam observasi, observer melihat bahwa tempat berdagang E ini selalu dipenuhi mahasiswa dan mahasiswi. Mereka bergantian untuk duduk ditempat yang telah disediakan. Meskipun ramai, namun terlihat jelas tidak ada suasana keramaian yang bising karena ditempat E berdagang juga ada Sound System untu memutar lagu, sehingga suasana menjadi menyenangkan.
Ketika pembeli masih menikmati makanan dan minumannya, E terlihat berdiri disamping meja berdagangnya, sambil memegang dagu, mata melihat ke kiri dan kekanan, sesekali melirik ke arah jam yanga da di kantinnya sambil menunggu apakah pelanggannya tadi membutuhkan hal-hal yang lain.
Kemudian ketika akan memasuki jam istirahat, E mulai kembali mempersiapkan barang dagangannya, seperti merapikan roti, mengelap meja dan lain-lain. Observer selalu melihat E menggunakan bahasa yang lembut kepada pelanggannya, dan tidak jarang juga E bercanda dengan salah satu pelanggannya tadi.
E mempersilahkan mahasiswa yang ingin menambah air minum atau cabe untuk bakso bakar jika masih kurang. Ketika berdagang juga E nampaknya dibantu oleh orang lain untuk menyiapkan makanan dan minuman yang pelanggannya pesan.

2.      Laporan Verbatim
Baris ke
Uraian
Tema
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
Pada hari selasa tepat pada tanggal 9 desember 2014, observer mengamati pedagang di kantin Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukannya kepada pembeli. Pedagang ini adalah seorang wanita yang masih berumuran dewasa dini sekitar 22 tahun, wanita ini kami inisialkan dengan sebutan “E”.
E menjual berbagai macam makanan dan minuman seperti Mie Instan, Roti, Bakso Bakar, Es, Kopi dan lain-lain. E menggunakan kaos panjang berwarna merah, jilbab hitam, bercelana jeans dengan warna hitam, memakai kacamata lensa bening, memakain sendal jepit dan tidak memakai aksesoris apapun seperti jam, gelang dan lainnya. Dalam menjalankan aktivitasnya, E menunjukkan orang yang disiplin dan sigap. Hal ini terlihat ketika E sedang dalam keadaan tidak ada pembeli, selalu ada hal yang ia lakukan pada saat itu, seperti mencuci piring, menyiapkan air dari galon, membersikan tempat ia memasak, serta mengelap meja tempat ia menyiapkan makanan serta minuman untuk pembeli. Ketika ada mahasiswi yang ingin memesan makanan dan minuman, dengan cerianya E menanyakan “mau pesan apa mbak”, sambil mengeluarkan senyuman tipis, setelah tau apa yang dipesan dari mahasiwi tersebut ia dengan segera menyiapkannya, serta mengantarkan ke tempat meja mahasiswi tadi. Setelah ia selesai mengantarkan pesanan ke meja pembeli tadi, E langsung kembali ketempatnya, kemudian membersikan tempat memasak dan meja penyiapan pesanan. Pembeli membayar kepada si E, dan E-pun memberikan senyuman dan ucapan terima kasih. Setelah pembeli pergi dari tempat ia berdagang, ia dengan segera membersihkan tempat meja pelanggannya tersebut dengan lap dan membawa piring dan gelas kotor ketempat penyuciannya yang berada disamping kantin kanan tempat ia berdagang. Tempat berdagang E ini selalu dipenuhi mahasiswa dan mahasiswi. Mereka bergantian untuk duduk ditempat yang telah disediakan. Meskipun ramai, namun terlihat jelas tidak ada suasana keramaian yang bising karena ditempat E berdagang juga ada Sound System untu memutar lagu, sehingga suasana menjadi menyenangkan. E terlihat berdiri disamping meja berdagangnya, sambil memegang dagu, mata melihat ke kiri dan kekanan, sesekali melirik ke arah jam yang ada di dinding kantinya  sambil menunggu apakah pelanggannya tadi membutuhkan hal-hal yang lain. E mulai kembali mempersiapkan barang dagangannya, seperti merapikan roti, mengelap meja dan lain-lain. Observer selalu melihat E menggunakan bahasa yang lembut kepada pelanggannya, dan tidak jarang juga E bercanda dengan salah satu pelanggannya tadi. E mempersilahkan mahasiswa yang ingin menambah air minum atau cabe untuk bakso bakar jika masih kurang. Ketika berdagang juga E nampaknya dibantu oleh orang lain untuk menyiapkan makanan dan minuman yang pelanggannya pesan.
Fokus Pengamatan terhadap pedagang kantin (1-8)





Barang-barang yang dijual (9-10)

Ciri-ciri observee (11-16)



Aktivitas observee ketika tidak ada pelanggan (17-24)




Komunikasi dan Interaksi Observee (25-31)




Bersih-bersih dalam kantin (32-35)



Senyum kepada pembeli (36-37)


Bersih-bersih diluar kantin (38-42)


Suasana Kantin (43-50)



Berdiri, menunggu pelanggan (51-55)



Mempersiapkan dagangan (56-58)



Berbahasa sopan dan lembut (59-61)


Pelayanan kepada pelanggan (62-67)



    X.            Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil observasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa seorang pedagang kantin di fakultas tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang mekalukan sebuah komunikasi interpersonal, karena dengan komunikasi interpersonal, akan menciptakan suatu hubungan yang erat antara pedagang dan pembeli.

 XI.            Rekomendasi
Komunikasi interpersonal akan membuat hubungan yang semakin erat antara pedagang dan pembeli. Dengan komunikasi interpersonal, seorang pembeli merasakan sikap saling keterbukaan antara dirinya dengan pedagang. Namun, semakin berkembangnya zaman, persaingan antara pedagang semakin besar. Jadi, kami mencoba menyampaikan pendapat agar seseorang yang ingin berdagang harusnya memahami bagaimana komunikasi interpersonal ini terlebih dahulu, supaya menjadi pedagang yang disenangi oleh pembeli langganannya karena kepuasannya terhadap pedagang.


DAFTAR PUSTAKA

A. Devito, Joseph. 2009. The Interpersonal Communication Book.USA: Pearson Education.
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Hafied, Cangara. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sihabudin, Rahmi. 2008. Komunikasi Antar Manusia. Serang: PSIK FISIP UNTIRTA.
West, Tuner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.


Lampiran

  
   



[1] Burhan Bungin, 2008, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, Hlm. 55
[2] Rahmi Sihabudin, 2008, Komunikasi Antar Manusia, Serang: PSIK FISIP UNTIRTA, Hlm. 13
[3] Cangara Hafied, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grafindo, Hlm. 19
[4] Deddy Mulyana, 2007, Ilmu Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, Hlm. 81
[5] Tuner West, 2008, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Humanika, Hlm. 36
[6] Deddy Mulyana, Ibi,. Hlm. 81
[7] Joseph A. Devito, 2009, The Interpersonal Communication Boo,USA: Pearson Education, Hlm. 17
[8] Joseph A. Devito, Ibid, Hlm. 211
[9] Jalaluddin Rakhmat, 2004, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, Hlm. 129

1 komentar:

  1. Casino Bonus Codes - December 2021
    No deposit poormansguidetocasinogambling bonus casino promotions. We หารายได้เสริม recommend 2021 casino bonus codes 1xbet app and promos for new septcasino.com players. We also list new casino bonuses 바카라 for December 2021.

    BalasHapus