Minggu, 21 Desember 2014

Makna Harga Diri Bagi Waria

MAKNA HARGA DIRI BAGI WARIA
(STUDI LEMABANG)

DISUSUN OLEH :
                                 AHMAD MARZUKI                12350007
                                 RAHMA ETY                          12350144
                                 RISDA MEILINA SARI          12350154
                                 RITA                                      12350157
                                 RIZKI ALVIANI1                   12350160
                                 SINTA                                     12350165
                                 SISWATI                                12350167


DOSEN PEMBIMBING:
ASLAM TAMISA, S.psi, MM

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

 2014

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..................................................................................      1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................      5
C.    Tujuan Penelitian ...............................................................................      5
D.    Manfaat Penelitian .............................................................................      5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Harga Diri ...........................................................................................      6
1.      Definisi Harga Diri ................................................................       6
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri ............................       7
3.      Ciri-ciri harga diri ...................................................................      8
4.      Aspek-aspek harga diri ...........................................................      10
B.     Waria ..................................................................................................      11
1.      Definisi Waria .......................................................................      11
2.      Faktor pendukung terjadinya waria .........................................       13
3.      Ciri-ciri waria .......................................................................      18
C.    Hubungan Harga Diri dengan Waria ..............................................           19
D.    Kerangka Konsep ..............................................................................        20
E.     Hipotesis ..............................................................................................      20
BAB III. METODE PENELITIAN
A.    Variable ..............................................................................................      21
1.      Harga Diri ............................................................................      21
2.      Waria ..................................................................................      22
B.     Metode Penelitian ...............................................................................      23
C.    Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................        25
BAB IV. PEMBAHASAN
A.    Biodata Sample ..................................................................................       26
B.     Pembahasan .......................................................................................      27
BAB V. PENUTUP ...............................................................................      28

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lain-lainnya. Manusia adalah satu-satunya ciptaan yang menjadi perhatian utama Allah.
Begitu mulianya manusia sehingga Allah memberikan tugas manusia sebagai khalifah di bumi. Dalam surat Al-Baqarah ayat 30, Allah mengatakan:

øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada para Malaikat, “Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi”. Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertsbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Khalifah artinya seseorang yang dijadikan pengganti atau seseorang yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai pengatur atau wakil Allah SWT.
Namun demikian, tugas khalifah tidak hanya bertumpu pada yang bersifat intelektual belaka, tetapi juga moral. Kekuasaan manusia di bumi tidak mutlak, karena dibatasi oleh hukum-hukum Allah SWT yang akan dipertanggung jawabkan kelak dihadapan-Nya.
Berdasarkan fungsi manusia diciptakan, maka manusia memiliki beban berat dalam menjalani kehidupannya di bumi ini. Dalam hal ini, manusia tidak hanya menjaga lingkungannya, tetapi juga menjaga harga dirinya agar bisa dipertanggung jawabkan atas apa yang telah ia jalani.
Harga diri adalah pandangan individu terhadap nilai dirinya atau bagaimana seseorang menilai, mengakui, menghargai, atau menyukai dirinya sendiri. Harga diri merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan prilaku individu.
Setiap orang menginginkan penghargaan yang positif terhadap dirinya sehingga seseorang akan merasa bahwa dirinya berguna atau berarti bagi orang lain, meskipun dirinya memiliki kelemahan baik secara fisik maupun mental. Terpenuhinya keperluan penghargaan diri akan menghasilkan sikap dan rasa percaya diri, rasa kuat menghadapi sakit, dan rasa damai. Namun sebaliknya apabila keperluan penghargaan diri ini tidak tepenuhi maka akan membuat seseorang individu memiliki mental yang lemah dan berfikiran negatif.
Kadang sebagian orang mengaitkan harga diri yang tinggi dengan kesombongan. Sebenarnya harga diri yang tinggi sama sekali bertolak belakang dengan kesombongan, justru orang yang sombong adalah orang terhina dan memiliki harga diri yang rendah.
Harga diri menunjukkan bagaimana keteguhan anda menghadapi naik turunnya hidup. Harga diri menunjukkan seberapa besar ketentraman hati dan kematangan jiwa yang anda miliki. Harga diri bagaikan sumber energi yang terpancar dalam diri yang menjadi generator dalam tingkah laku dan kebiasaan personal.
Akhmad Sudrajat mengatakan  bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan prilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan prilaku sosialnya, tampil dengan keyakinan diri dan  merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya.
Namun, yang menjadi titik permasalahannya banyak orang yang tidak menghargai apa yang telah Allah berikan pada dirinya, seperti waria. Hampir semua orang mengenal waria (wanita tapi pria). Waria adalah individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berprilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang perempuan. Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun demikian jumlah waria semakin hari semakin bertambah, terutama di kota-kota besar. Bagi penukis waria merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti karena dalam kenyataannya, tidak semua orang dapat mengetahui secara pasti dan memahami mengapa dan bagaimana prilaku waria dapat terbentuk (Gerald: 2010)
Prilaku waria tidak dapat dijelaskan dengan deskripsi yang sederhana. Konflik identitas jenis kelamin yang dialami waria tersebut hanya dapat dipahami melalui kajian tehadap setiap tahap perkembangan dalam hidupnya. Setiap manusia atau individu akan selalu berkembang, dari perkembangan tersebut individu akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat penting adalah peran jenis kelamin. Setiap individu diharapkan dapat memahami peran sesuai dengan peran harga diri jenis kelaminnya. Keberhasilan individu dalam pembentukan jenis kelamin ditentukan oleh berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan memahami prilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik atau gangguan identitas jenis kelamin. (Koeswinarno: 2004)
Berdasarkan observasi, saudara MF mengatakan “Saya seperti ini sejak kecil, waktu SMP saya masih Pria, tapi kemayuan. Lama-kelamaan jadi seperti ini karena keenakan sejak pertama kali main di Hotel”.
Melihat fenomena diatas, penulis menemukan titik permasalahan yang sangat kontras antara memaknai harga diri terhadap perubahan yang terjadi pada waria. Sehingga penulis berkeinginan menggali lebih dalam tentang Makna Harga Diri Bagi Waria (Studi Lemabang).

B.     Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana makna harga diri bagi waria?

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna harga diri bagi waria.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu psikologi. Penelitian ini juga memberikan pemahaman lebih dalam mengenai makna harga diri bagi waria, yang menjalani kerasnya kehidupan modern ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Harga Diri
1.      Definisi Harga Diri
Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan menerima dan menghargaidirinya sendiri apa adanya. Dalam harga diri tercakup evaluasi dan penghargaan terhadap diri sendiri dan menghasilkan penilaian tinggi atau rendah terhadap dirinya sendiri. Penilaian tinggi te rhadap diri sendiri adalah penilaian terhadap kondisidiri, menghargai kelebihan dan potensi diri, serta menerima kekurangan yang ada, sedangkan yang dimaksud dengan penilaian rendah terhadap diri sendiri adalah penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri sendiri, tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu yang selalukurang (Santrock, 1998).
Definisi lain dari harga diri adalah penilaian tinggi atau rendah terhadap diri sendiri yang menunjukkan sejauh mana individu itu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga yang berpengaruh dalam perilaku seseorang (Frey&Carlock, 1987).
Coopersmith (1967) menyatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan melalui suatu bentuk penilaian setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu meyakini drinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Harga diri seseorang dapat menentukan bagaimana cara seseorang berperilaku di dalam lingkungannya. Peran harga diri dalam menentukan perilaku ini dapat dilihat melalui proses berpikirnya,emosi, nilai, cita-cita, serta tujuan yang hendak dicapai seseorang. Bila seseorang mempunyai harga diri yang tinggi, maka perilakunya juga akan tinggi, sedangkan bila harga dirinya rendah, akan tercermin pada perilakunya yang negatif pula.
Dari beberapa definisi harga diri di atas, dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian tinggi atau rendahyang dibuat individu tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang menunjukkan sejauh mana individu menyukai dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga.

2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri
Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri, yaitu:
1)      Penghargaan dan Penerimaan dariOrang-orang yang Signifikan
Harga diri seseorang dipengaruhi oleh orang yangdianggap penting dalam  kehidupan individu yang bersangkutan. Orangtua dan keluarga merupakan contoh dari orang-orang yang signifikan. Keluarga merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali terjadi dalam kehidupan seseorang.



2)      Kelas Sosial dan Kesuksesan
Menurut Coopersmith (1967), kedudukan kelas sosial dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempattinggal. Individu yang memiliki pekarjaan yang lebih bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam lokasi rumah yang lebih besar dan mewah akan dipandang lebih sukses dimata masyarakat dan menerima keuntungan material dan budaya. Hal ini akan menyebabkan individu dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang lain.

3)      Nilai dan Inspirasi Individu dalam Menginterpretasi Pengalaman
Kesuksesan yang diterima oleh individu tidak mempengaruhi harga diri secara langsung melainkan disaring terlebih dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang oleh individu.

4)      Cara Individu dalam Menghadapi Devaluasi
Individu dapat meminimalisasi ancamanberupa evaluasi negatif yang datang dari luar dirinya. Mereka dapat menolak hak dari orang lain yang memberikan penilaian negatif terhadap diri mereka.

3.      Ciri-ciri harga diri
Coopersmith (1967) mengemukakan ciri-ciri individu  sesuai dengan tingkat harga dirinya:

1)      Harga Diri Tinggi
a.       Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga dan sama baiknya dengan orang lain yangsebaya dengan dirinya dan menghargai orang lain.
b.      Dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan dapat menerima kritik dengan baik.
c.       Menyukai tugas baru dan menantang serta tidak cepat bingung bila sesuatu berjalan di luar rencana.
d.      Berhasil atau berprestasi di bidang akademik, aktif dan dapat mengekpreskan dirinyan dengan baik.
e.       Tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi tahu keterbatasan diri dan mengharapkan adanya pertumbuhan dalam dirinya.
f.       Memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang realistis.
g.      Lebih bahagia dan efektif menghadapi tuntutan dari lingkungan

2)      Harga Diri Rendah
a.       Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini sering kali menyebabkan individu yang memiliki harga diri yang rendah, menolak dirinya sendiri dan tidak puas akan dirinya.
b.      Sulit mengontrol tindakan dan perilakunya tehadap dunia luar dirinya dan kurang dapat menerima saran dan kritikan dari orang lain.
c.       Tidak menyukai segala hal atau tugas yang baru, sehingga akan sulit baginya untuk menyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang belum jelas baginya.
d.      Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri sendiri sehingga kurang berhasil dalam prestasi akademis dan kurang dapat mengekspresikan dirinya dengan baik.
e.       Menganggap diri kurang sempurnadan segala sesuatu yang dikerjakannya akan selalu mendapat haslil yang buruk, walaupun dia telah berusaha keras, serta kurang dapat menerima segala perubahan dalam dirinya.
f.       Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang kurang realisitis.
g.      Selalu merasa khawatir dan ragu-ragudalam menghadapi tuntutan dari lingkungan.

4.      Aspek-aspek harga diri
Menurut Coopersmith (1967) aspek-aspek yang terkandung dalam harga diri ada tiga yaitu:
a.       Perasaan Berharga
Perasaan berharga merupakan perasaan yang dimiliki individu ketika individu tersebut merasa dirinya berharga dan dapat menghargai orang lain. Individu yang merasa dirinyaberharga cenderung dapat mengontrol tindakan-tindakannya terhadap dunia diluar dirinya. Selain itu individu tersebut juga dapat mengekspresikan dirinya dengan baik dan dapat menerima kritik dengan baik.
b.      Perasaan Mampu
Perasaan mampu merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu pada saat dia merasa mampu mencapai suatu hasil yang diharapkan. Individu yang memiliki perasaan mampu umumnya memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yangrealistis. Individu ini menyukai tugas baru yang menantang, aktif dan tidak cepat bingung bila segala sesuatu berjalan di luar rencana. Mereka tidak menganggap dirinya sempurna tetapi sadar akan keterbatasan diri dan berusaha agar ada perubahan dalam dirinya. Bila individu merasa telah mencapai tujuannya secara efisien maka individu akan menilai dirinya secara tinggi.

c.       Perasaan Diterima
Perasaan diterima merupakan perasaan yang dimiliki individu ketika ia dapat diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok. Ketika seseorang berada pada suatu kelompok dan diperlakukan sebagai bagian dari kelompok tersebut, maka ia akan merasa dirinya diterima serta dihargai oleh anggota kelompok itu.

B.     Waria
1.      Definisi Waria
Bastman dkk (2004 :168) mengatakan bahwa transsexual yaitu keinginan untuk hidup dan diterima sebagai anggota kelompok lain jenis, biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman atau tidak sesuai dengan jenis kelamin anatomisnya, dan menginginkan untuk membedah jenis kelamin serta menjalani terapi hormonal agar tubuhnya sepadan dengan jenis kelamin yang diinginkan.
Kartono (1989 : 226) mengatakan bahwa transseksual ialah gejala merasa memiliki seksualitas yang berlawanan dengan struktur fisiknya. Koeswinarno (2005 : 12) mengatakan bahwa transseksual secara psikis merasa dirinya tidak cocok dengan alat kelamin fisiknya sehingga mereka memakai pakaian atau atribut lain dari jenis kelamin yang lain.
Sue (1986 : 338) mengatakan bahwa transsexual yaitu seseorang yang merasa memiliki kelamin yang berlawanan dimana terdapat pertentangan antara identitas jenis dan jenis kelamin biologisnya.
Crooks (1983 :36) menjelaskan bahwa transsexual adalah seseorang yang mempunyai identitas jenis kelamin sendiri yang berlawanan dengan jenis kelamin biologisnya. Transsexual biasanya cenderung menunjukkan perselisihan dengan peran jenis kelamin diusia muda. Laki-laki yang memperlihatkan minat dan sifat-sifat yang dianggap veminim dan mereka sering kali disebut “banci” oleh teman-teman sebaya mereka. Seseorang yang cenderung menjadi transsexual biasanya lebih suka bermain dengan perempuan dan menghindari kegiatan yang kasar dan kacau.
Supratiknya (1995 : 96) mendefinisikan transsexual sebagai gangguan kelainan dimana penderita merasa bahwa dirinya tertangkap didalam lawan jenisnya,sedangkan Puspita Sari (2005 : 10) mendefinisikan transsexual sebagai seseorang yang secara jasmaniah jenis kelaminnya laki-laki namun secara psikis cenderung berpenampilan wanita. Danandjaja (puspitosari, 2005 : 11) menyatakan bahwa transsexual adalah kaum homo yang mengubah bentuk tubuhnya dapat menjadi serupa dengan lawan jenis. Jika yang jantan mengubah dadanya dengan membuang penis serta testisnya dan pembentuk vagina.
Dari berbagai pendapat diatas mengenai transsexual, maka dapat disimpulkan bahwa transsexual merupakan suatu kelainan dimana penderita merasa tidak nyaman dan tidak sesuai dengan jenis kelamin anatomisnya sehingga penderita ingin mengganti kelaminnya (dari laki-laki menjadi wanita) dan cenderung menyerupai wanita.

2.      Faktor Pendukung Terjadinya Waria
Sue, dkk (1986:339), faktor-faktor yang mendukung terjadinya transsexsual adalah:
a.       Orang selalu mendorong anak berperilaku seperti wanita dan tergantung dengan orang lain.
b.      Perhatian dan perlindungan yang berlebihan dari seorang ibu.
c.       Tidak adanya kakak laki-laki sebagi contoh.
d.      Tidak adanya figur ayah.
e.       Kurang mendapatkan teman bermain laki-laki.
f.       Dukungan pemakaian pakaian yang menyimpang.

Nadia (2005: 26) menyatakan bahwa secara umum faktor-faktor terjadinya waria (transsexual) karena:
a.       Susunan kepribadian seseorang dan perkembangan kepribadiannya, sejak ia berada dalam kandungan hingga mereka dianggap menyimpang.
b.      Menetapnya kebiasaan perilaku yang dianggap menyimpang.
c.       Sikap, pandangan dan persepsi seseorang terhadap gejala penyimpangan perilaku.
d.      Seberapa kuat perilaku menyimpang itu berada dalam dirinya dan dipertahankan.
e.       Kehadiran perilaku menyimpang lainnya yang biasanya ada secara paralel.

Menurut Tjahjono (1995: 99) mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya transsexual yaitu:
a.       Anak laki-laki yang dibesarkan tanpa ayah atau dibesarkan tanpa kehadiran ayah selama periode waktu yang panjang menunjukan minat-minat, sikap-sikap dan perilaku feminim.
b.      Hubungan yang terlalu dekat antara anak dengan orang tua yang berlawanan dengan jenis kelaminnya. Anak dan orangtuanya cenderung memiliki kontak yang sangat intim baik secara fisik maupun psikis. Dan orang tua sering melaoparkan adanya suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian anak hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk mengidentifikasi orang tua sama dengan jenis kelaminnya dan kurang mengembangkan perikalu-perilaku sesuai dengan peran jenisnya.
c.       Beberapa orang tua, menginginkan anak dengan jenis kelamin yang lain sehingga berusaha menjadikan anak perempuan bersikap seperti laki-laki yang tidak pernah dimilikinya atau sebaliknya.
d.      Seorang ibu yang membenci dan iri terhadap kejantanan bisa membentuk perilaku yang kurang jantan pada anak laki-lakinya. Ibu mungkin mengasosiasikan maskulinitas dengan kekerasan fisik dan agresif itas, penyalahgunaan seksual dan kekasaran. Ia lebih suka anak laki-lakinya lembut.
e.       Pengaruh-pengaruh genetik atau hormonal. Dari perspektif medis, pada waria ini terdapat kemungkinan disebabkan oleh presdisposisi hormonal, hormon faktor-faktor endokrin (kelenjar) konstitusi pembawaan, dan beberapa diantaranya basis biologis pada masa prenatal atau masa dalam kandungan (Nadia, 2005: 41).
                               
  Puspitosari (2005: 12) mengatakan bahwa faktor-faktor terjadinya transsexsual adalah:
a.       Disebabkan oleh faktor biologis yang dipengaruhi oleh hormon seksual dan genetik seseorang. Hermaya (Nadia, 2005: 29) berpendapat bahwa peta kelainan seksual dari lensa biologi dapat dibagi ke dalam dua penggolonagn besar yaitu:
1)      Kelainank seksual akibat kromosom dari kelompok in sesorang ada yang berfenotip wanita. Dimana pria dapat kelebihan kromosom X, bisa XXY, atau bahkan XXYY atau XXXYY. Diduga penyebab kelainan ini karena tidak berpisahnya kromosom seks pada saat meiosis (pembelahan sel) yang pertama dan yang kedua. Hal in dikarekan usia seorang ibu yang berpengaruh terhadap proses reproduksi. Artinya bahwa semakin tua seorang ibu maka akan semakin tidak baik proses pembelahan sel tersebut dan sebagai akibatnya semakin besar kemungkinan seks pada anaknya.
2)      Kelainan seksual yang buka karena kromosom menurut Moertiko (Nadi, 2005: 31) mengatakan bahwa dalam tinjauan medis secara garis besar kelainan perkembangan seksual telah dimulai sejak dalam kandungan ibu. Kelompok in dibagi menjadi empat jenis:
a)      Pseudofemale atau disebut juga sebagai wanita tersamar. Tubuhnya mengandung sel pria tetapi pada pemeriksaan gonat (alat yang mengeluarkan hormon dalam embirio) alat seks yang dimiliki adalah wanita ketika meranjak dewasa kemaluan dan payudaranya tetap kecil dan sering tidak bisa mengalami haid.
b)      Pseudomale atau disebut sebagai pria tersamar ia mempunyai sel wanita tetapi secara fisik ia adalah pria. Testisnya mengandung sedikit sperma atau sama sekali mandul. Menginjak dewasa payudaranya membesar sedangkan kumis dan jenggotnya berkurang.
c)      Female-psuedohermaprodite. Penderita ini pada dasarnya memiliki kromosom sebagai wanita (XX) tetapi perkembangan fisiknya cendurungan menjadi pria.
d)     Male-psuedohermaprodite. Penderita ini pada dasarnya memiliki kromosom pria (XY) namun perkembangan fisiknya cenderung wanita.

b.      Disebabkan oleh faktor psikologis, sosial budaya termasuk didalamnya pola asuh lingkunagn yang membesarkannya. Mempunyai pengalaman yang sangat hebat dengan lawan jenis sehingga mereka berkhayal dan memuja lawan jenis sebagai idola dan ingin menjadi seperti lawan jenis.

Ibis (Nadia, 2005: 27) mengatakan bahwa faktor-faktor terjadinya abnormalitas seksual dapat digolongkan kedalam dua bagian yaitu:
1)      Faktor internal, abnormalitas seksual yang disebabkan oleh dorongan seksual yang abnormal dan abnormalitas seksual yang dilakukan dengan cara-cara abnormal dalam pemuasan dorongan seksual.
2)      Faktor eksternal (sosial), abnormalitas seksual yang disebabkan oleh adanya pasangan seks yang abnormal. Kartono (1989: 263) mengatakan bahwa sebab uatama pola tingkah laku relasi seksual yang abnormal yaitu adanya rasa puas dalam relasi heteroseksual.

Berdasarkan uraian diatas, maka diambil kesimpulan bahwa seorang menjadi waria (transsexsual) disebabkan karena faktor-faktor:
a.       faktor biologis, yaitu kelainan yang dipengaruhi oleh hormon seksual dan genetik seseorang. Dimana secara garis besar kelainan perkembangan seksual dimulai sejak dalam kandungan.
b.      faktor psikologis, merupakan dorongan atau motivasi yang ada dari dalam individu itu sendiri untuk selalu berprilaku dan berpakaian seperti wanita, bermain dengan mainan serta teman-teman wanita. Selain itu, keluarga menjadi bagian yang sangat penting dalam sosialisasi primer, di mana seseorang pada masa kanak-kanak mulai dikenal dengan nilai-nilai tertentu dari sebuah kebudayaan. Di dalam keluarga, pola seseorang dibentuk oleh pola asuh dan akhirnya menciptakan suatu kepribadian tertentu. Dan tanpa disadari terbentuknya seorang waria dapat dipengaruhi oleh adanya perlakuan orang tua yang selalu mendorong anak bertingkah laku lembut dan berpakaian seperti wanita, tidak adanya figur ayah, adanya hubungan yang terlalu dekat antara anak dengan orang tua yang berlawanan jenis kelaminnya, tidak adanya kakak laki-laki sebagai contoh dan kurang menda

3.      Ciri-ciri Waria
Menurut Maslim (2003: 111), ciri-ciri transsexual adalah:
a.       identitas transsexual harus sudah menetap selama minimal 2tahun, dan harus bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain seperti skizofrenia, atau berkaitan dengan kelainan interseks, genetik, kromosom.
b.      Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, disertai perasaan risih atau tidak serasi dengan anatomi seksualnya.
c.       Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.

Tanda-tanda untuk mengetahui adanya masalah identitas dan peran jenis menurut Tjahjono (1995: 98), yaitu:
a.       Individu menampilkan identitas lawan jenisnya secara continue.
b.      Memiliki keinginan yang kuat berpakaian sesuai dengan lawan jenisnya.
c.       Minat-minat dan perilaku yang berlawanan dengan lawan jenisnya.
d.      Perilaku individu yang terganggu peran jenisnya seringkali menyebabkan ditolak dilingkungannya.
e.       Penampilan fisik hampir menyerupai lawan jenis kelaminnya
f.       Bahasa tubuh dan nada suara seperti lawan jenisnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri transsexual adalah:
a.       individu menampilkan identitas lawan jenisnya secara continue minimal dua tahun,
b.      memiliki keinginan yang kuat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari lawan jenisnya,
c.       mempunyai keinginan yang kuat untuk berpakaian dan berperilaku menyerupai lawan jenis kelaminya.

C.    Hubungan Harga Diri dengan Waria
Ketika seorang individu memberikan arti harga diri terhadap dirinya yang tinggi, maka ia akan menjadi sesorang yang normal. Namun ketika kebutuhan penghargaan diri tidak terpenuhi, seorang individu akan mencari jalan lain agar kebutuhan tersebut terpenuhi.



D.    Kerangka Konsep
Individu
Kerangka konseptual yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai beikut:
Harga Diri Rendah
Hidup Normal
Prilaku Waria (Transexual)
Harga Diri Tinggi
 








E.     Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah individu kurang memahami konsep harga diri sehingga menjadi prilaku transexual atau waria.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Variable
1.      Harga Diri
Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan melalui suatu bentuk penilaian setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu meyakini drinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Harga diri dapat diukur dengan skala harga diri yang disusun berdasarkan teori Coopersmith berdasarkan aspek-aspek harga diri yaitu:

a.       Perasaan Berharga
Perasaan berharga merupakan perasaan yang dimiliki individu ketika individu tersebut merasa dirinya berharga dan dapat menghargai orang lain. Individu yang merasa dirinyaberharga cenderung dapat mengontrol tindakan-tindakannya terhadap dunia diluar dirinya. Selain itu individu tersebut juga dapat mengekspresikan dirinya dengan baik dan dapat menerima kritik dengan baik.

b.      Perasaan Mampu
Perasaan mampu merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu pada saat dia merasa mampu mencapai suatu hasil yang diharapkan. Individu yang memiliki perasaan mampu umumnya memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yangrealistis. Individu ini menyukai tugas baru yang menantang, aktif dan tidak cepat bingung bila segala sesuatu berjalan di luar rencana. Mereka tidak menganggap dirinya sempurna tetapi sadar akan keterbatasan diri dan berusaha agar ada perubahan dalam dirinya. Bila individu merasa telah mencapai tujuannya secara efisien maka individu akan menilai dirinya secara tinggi.

c.       Perasaan Diterima
Perasaan diterima merupakan perasaan yang dimiliki individu ketika ia dapat diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok. Ketika seseorang berada pada suatu kelompok dan diperlakukan sebagai bagian dari kelompok tersebut, maka ia akan merasa dirinya diterima serta dihargai oleh anggota kelompok itu.

2.      Waria
Waria (transseksual) secara psikis merasa dirinya tidak cocok dengan alat kelamin fisiknya sehingga mereka memakai pakaian atau atribut lain dari jenis kelamin yang lain. Waria dapat diukur dengan menggunakan skala waria berdasarkan teori Maslim berdasarkan ciri-ciri waria (transexsual) yaitu:
a.       identitas transsexual harus sudah menetap selama minimal 2tahun, dan harus bukan merupakan gjala dari gangguan jiwa lain seperti skizofrenia, atau berkaitan dengan kelainan interseks, genetik, kromosom.
b.      Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, disertai perasaan risih atau tidak serasi dengan anatomi seksualnya.
c.       Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.

B.     Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap waria yang berada di Lemabang dan sekitarnya.
1.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebaga terjadi di lokasi tersebut, yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.

2.      Jenis Data dan Sumber Data
a.       Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang bersifat  menggambarkan, menjelaskan atau pemaparan tentang masalah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
b.      Sumber Data
Sumber data penelitian ini ada dua, yaitu primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh atau bersumber dari tangan pertama (sumber  pokok). Data  primer yaitu  data  yang  bersumber  dari lapangan, dalam  hal  ini  data  yang  diperoleh  dari waria yang biasa beraktifitas di Lemabang dan sekitarnya. Sedangkan data sekunder adalah data yang berfungsi sebagai penunjang yakni dari para pedagang kaki lima, ojek, dan lain-lain yang berada di sekitar daerah waria terebut biasa mangkal.

3.      Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui beberapa metode yaitu :
a.       Metode Observasi
Metode observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan langsung kelapangan terhadap objek yang diteliti melalui pengamatan atau penginderaan. Seperti mengetahui aktifitas waria ketika di malam hari.
b.      Wawancara (In depth Interview)
Metode ini digunakan untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka, dimana pihak  yang diajak wawancara diminta untuk menceritakan bagaimana ia mulai menjadi seorang waria.
c.       Metode Dokumentasi
Metode ini adalah metode yang dilakukan penulis dengan melakukan pengumpulan data terhadap hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu dalam  bentuk Recorder, Video dan lain-lain.



4.      Teknik Analisis Data
Analisis data  pada penelitian yaitu deskriptif  kualitatif,  artinya penelitian ini untuk memberikan gambaran  yang lebih jelas tentang makna harga diri bagi waria.
Dalam penelitian ini akan diketahui bagaimana seseorang bisa berubah menjadi waria karena kurang memahami bagaimana makna harga diri yang sesungguhnya.

C.    Waktu Dan Tempat Penelitian
Tempat            : Lemabang dan sekitarnya
Waktu                         : Pukul 18.00 s/d 06.00 WIB

 BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Biodata Sample
Nama lengkap : Muhammad firdaus
Nama samaran : Debora
Asal                 : Cirebon (asli Palembang)
Pindah ke palembang tahun 1991-sekarang
Subjek  mengatakan semenjak kecil ia sudah merasakan memiliki kelainan pada dirinya, dan tingkah lakunya  mulai terlihat kemayu saat ia menduduki sekolah tingkat SMP dan SMA. Subjek mengakui, ia sering melakukan pekerjaan rumah tangga seperti, mencuci piring, menyapu, dan lain sebagainya. Ia merasa tekanan batin dalam dirinya ketika ia mendapatkan perlakuan keras dan larangan keluar rumah.
Pengalaman pertama disodomi oleh rekan kerjanya yaitu  Erwin, saat ia bekerja di Hotel dan dia merasakan hasrat homo seksual.  Sosok rekan kerjanya tersebut sangatlah maco, kekar tetapi memiliki kelainan yaitu homo seksual.  “lama-kelamaan keenakan, keterusan” ujar Debora terus terang.  
Karena merasa terlanjur terjun di dunia yang kelam ‘waria’ dia menjadikan kesenangannya sebagai professi yang telah ia tekuni kurang lebih selama 10 tahun.  Pada mulanya ia mendapat tentangan yang keras dari pihak keluarga, dipukulin saat ketahuan berdandan ala wanita. Sejak saat itu dia merasa tidak nyaman atas tentangan tersebut  dan kabur-kaburan dari rumah.
B.     Pembahasan
Setiap orang pasti membutuhkan yang namanya penghargaan diri. Dengan harga diri ini seorang individu bisa mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan melalui bentuk penilaian. Ketika seseorang menerima penghargaan diri yang baik dari orang lain begitu juga dirinya menghargai dengan benar dirinya sendiri maka dia dia akan terus mengembangkan dirinya sesuai keadaan yang membuat dia nyaman tersebut. Begitu juga sebaliknya ketika penghargaan itu tidak dia dapatkan maka muncullah prilaku-prilaku yang kita nilai sekarang tidak benar, namun bagi mereka yang melakukannya itu suatu kebutuhan. Berikut hasil wawan cara langsung dengan subjek di lapangan.
Saudara MF menerangkan bahwa pertama saat kecil masih bersifat laki-laki, namun lama-kelamaan karena kerja di hotel dan sering mengerjakan aktivitas wanita, dia mulai merasakan bahwa itu membuat dia nyaman.
Dari sini kita bisa melihat bahwa sebuah penghargaan itu bisa didapat walaupun cuma sekedar rasa nyaman. Ditambah lagi rasa kebutuhan akan kenyamanan ini sedikit sekali yang memberikan, dari pihak keluarga pun tidak ada yang memberikan. Seperti yang diungkapkan saudara MF selanjutnya ketika dia berprilaku seperti itu, keluarga tidak ada yang menyetujui bahkan sang kakak pun kerap memukulinya ketika dia ketahuan berhias.
Namun, seperti apa yang telah kita bahas tadi, bahwa rasa nyaman yang membuat saudara MF tersebut sudah membuat dia ketagihan. Hal ini dirasanya memang mungkin suatu kodrat bagi dirinya untuk seperti itu.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Waria suatu gejala kejiwaan yang agak susah dicari awal, kapan serta dimana sejarah kebudayaan kaum waria itu muncul. Sebagaimana dalam sejarah belum pernah mencatat secara pasti awal mulanya perkembangan kaum waria, dikarenakan mereka belum masuk kedalam lingkungan peradaban manusia yang normal, karena apapun yang dilakukan seorang waria tidak dapat dipandang sebagai sebuah fenomena, sejarah kebudayaan dan peradaban. Dalam kenyataan kaum waria ada karena berbagai sebab: dari seni budaya daerah ataupun dari pengaruh modernisasi dan sebagainya.
Hampir semua mengenal waria (wanita tapi pria). Waria adalah individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki tetapi berprilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang perempuan. Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun demikian jumlah waria semakin hari semakin bertambah, terutama di kota-kota besar.
Kehidupan kaum waria seolah membentuk dunia baru, yang penuh kenikmatan dan kepuasan tersendiri bagi seorang waria serta pelanggan yan tak kunjung henti-hentinya datang dan pergi. Dengan semakin manjamurnya kaum waria maka semakin marak pula lelaki hidung belang yang memakai jasa waria dari beberapa segi:
a.       Hubungan seksual melalui anus.
b.      Mencari kepuasan laki-laki dengan laki-laki
c.       Hubungan seks pria dengan pria
Waria (wanita-pria) salah satu dari orang-orang yang menganut homoseksual, yakni suatu hubungan atau transaksi yang berkaitan dengan kepuasan, seksualitas yang menurut mereka dapat menghasilkan uang. Harga diri seorang waria bukanlah suatu priortas yang penting bagi mereka. ada beberapa faktor yang menjadi alasan bagi mereka untuk tidak terlaku memprioritaskan harga diri. Tak banyak sebenarnya yang dituntut oleh kaum waria itu. Hanya pengakuan akan keberadaan mereka dan kesetaraan akan segala hal yang berhubungan dengan kemanusiaan.

B.     Saran
Orang memiliki alasan tersendiri untuk menjadikan dirinya sebagai waria atau pun bukan. Entah itu karena faktor ekonomi, atau pun ia memang sudah ditakdirkan untuk menjadi orang yang memiliki orientasi sex yang berbeda. Kebanyakan para waria yang berada di jalanan, mereka adalah seratus persen laki-laki. Akan tetapi karena tuntutan ekonomi yang menghimpit, mereka merelakan harga dirinya jatuh untuk menjadi waria dan mengamen dijalanan demi untuk sesuap nasi. Sedangkan para waria yang tulen, ia memang memiliki orientasi sex yang berbeda. Mereka lebih menyukai kepada sesama jenis ketimbang lawan jenisnya. Hal ini tentu saja menjurus kepada hal yang negatif dan membutuhkan pembinaan dari kita. Sebagai seorang yang mempunyai hati nurani, hendaklah masyarakat tidak memandang sebelah mata kepada para waria. Mereka (waria) membutuhkan perhatian  kita. Pembinaan  mental dan spiritual sangat dibutuhkan, karena hal ini akan membuat mereka merasa diperhatikan dan tidak merasa dikucilkan.
Pembinaan mental akan membangun kepercayaan diri mereka sehingga mereka tidak merasa tersisihkan. Pembinaan spiritual akan membuat kaum waria lebih mengenal Tuhannya, sehingga mereka akan merenungi diri mereka dan menumbuhkan kesadaran, ke arah mana mereka akan menuju.
Banyak sisi positif yang harus kita lihat dari seorang waria. Mereka bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, walaupun itu membuat harga diri mereka terluka. Banyak diantara mereka pula yang taat pada agama. Menurut Kirana, yaitu ketua salah satu komunitas waria di Yogyakarta mengatakan bahwa walaupun pada saat ”jam kerja” mereka ber-make up ria, akan tetapi pada saat waktu shalat tiba mereka bersegera menghapus riasan dan shalat dengan mengenakan busana layaknya pria normal.
Tentu saja sebenarnya mereka menyadari akan kekeliruan mereka tersebut. Namun , untuk kembali kepada diri mereka yang sesungguhnya, tentu saja membutuhkan proses yang panjang. Pemerintah sudah banyak menyediakan tempat pembinaan untuk para waria seperti pesantren, dan lain sebagainya.
Di pesantren, waria tidak hanya diajarkan ilmu agama saja. Akan tetapi mereka dibina untuk bisa bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitar, serta dibekali ketrampilan khusus untuk pengembangan ekonomi di masa depan mereka. Dengan adanya perhatian dan pembinaan seperti ini, tentu saja akan membuat kehidupan waria akan membaik. Mereka tidak akan lagi mengamen dijalanan, serta melakukan berbagai hal negatif lainnya.
Buka mata hati kita. Waria juga manusia yang butuh rasa penghargaan. Rangkul mereka dalam kebersamaan. Berbeda bukanlah suatu penghalang untuk terus menyemaikan tali persaudaraan dan kebaikan. Pelangi itu indah karena mempunyai banyak warna yang berbeda. Begitupun dengan kita. Tuhan menciptakan kita berbeda-beda untuk saling mengenal dan memaknai suatu perbedaan dengan bijaksana untuk menebar cinta dan kasih di muka bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar