Minggu, 21 Desember 2014

Pembauan

LAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa                 : Ahmad Marzuki
Nomor Mahasiswa               : 12350007
Nama Percobaan                  : Pembauan
Nomor Percobaan                : VII
Nama Orang Percobaan       : Ahmad Marzuki
Nama Pelaku Percobaan      : Ahmad Marzuki
Tanggal Percobaan               : 22 Desember 2013
Tempat Percobaan                : Laboratorium Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang
 


       I.            Tujuan Percobaan
Untuk membuktikan apakah indera pembau lebih peka  terhadap zat yang berupa gas daripada zat padat.

    II.            Dasar Teori
Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar dengan mudah hanya dengan mencium aroma makanan tersebut. Saat baru lahir, indera penciuman bayi lebih kuat dari manusia dewasa karena dengan indera ini bayi dapat mengenali ibunya. Indera penciuman manusia dapat mendetekesi 2000-4000 bau yang berbeda.
Indera penciuman merupakan alat visera (alat dalam rongga badan) yang erat hubungannya dengan gastrointestinalis. Reseptor penciuman merupakan kemoreseptor yang dirangsang oleh molekul larutan di dalam mukus. Reseptor penciuman juga merupakan reseptor jauh (telereseptor). Olfaktori adalah organ pendeteksi bau yang berasal dari makanan. Daerah sensitif indera pembau terletak di bagian atas rongga hidung. Struktur indera pembau terdiri dari sel penyokong yang berupa sel epitel dan sel pembau yang berupa neuron sebagai reseptor. Sel pembau memiliki tonjolan ujung dendrit berupa rambut yang terletak pada selaput lendir hidung. Yang lainnya berupa tonjolan akson membentuk berkas yang disebut saraf otak I (nervus olfaktorius/saraf olfaktori). Saraf ini akan menembus tulang tapis, masuk ke dalam otak, kemudian bersinaps dengan neuron traktus olfaktorius pada bulbus olfaktori.
Hidung dibagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang disebut dengan nostril. Dinding pemisah disebut septum, yang terbuat dari tulang yang sangat tipis. Rongga hidung dilapisi dengan rambut dan membran yang mensekresi lendir lengket. Rongga hidung (nasal cavity) berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke tenggorokan menuju paru-paru. Rongga hidung ini dihubungkan dengan bagian belakang tenggorokan. Rongga hidung dipisahkan oleh langit-langit mulut kita yang disebut dengan polate. Mucous membran berfungsi menghangatkan udara dan melembabkannya. Bagian ini membuat lendir/ingus yang berguna untuk menangkap debu, bakteri, dan partikel lainnya yang membahayakan paru-paru. Reseptor olfaktorius terletak di bagian khusus mukosa hidung dan berpigmen kekuning-kuningan. Tiap reseptor olfaktorius merupakan satu neuron. Membran mukosa olfaktorius merupakan tempat di dalam badan dengan susunan saraf terdekat ke dunia luar. Neuron mempunyai dendrit pendek dan tebal dengan ujung yang membesar dinamakan batang olfaktorius. Dari batang ini, silia diproyeksikan ke permukaan mukus. Silia merupakan prosesus yang tidak bermielin. Membran mukosa olfaktorius selalu ditutupi oleh mukus yang dihasilkan oleh glandula bowman yang berada di bawah lamina basalis.
Zat yang memiliki sifat bau berupa uap atau gas mencapai reseptor bau. Zat ini dapat larut dalam lendir pada selaput lendir hidung sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit. Kemudian timbul implus yang dijalarkan dari saraf olfaktori ke olfaktorius, lalu menuju otak untuk:
1.      Diinterpretasikan di korteks otak pada daerah pembau primer.
2.      Dihubungkan dengan pusat lainnya (misal, dengan pusat muntah)
3.      Disimpan di korteks otak sebagai memori.
Target implus yang disampaikan di otak adalah:
1.      Membedakan bau pada korteks olfaktori primer dan area asosiasi olfaktori.
2.      Sistem limbik dimana implus (sinyal olfaktori) mengaktifkan emosi/perilaku yang berhubungan dengan bau.
3.      Pusat hipotalamik, pengatur makanan, reseptor otonom, dan kontrol hormon terutama hormon reproduksi.
4.      Formasi retikular.

Sel-sel reseptor untuk penciuman adalah sel-sel saraf bipolar yang berasal dari susunan saraf pusat sensori . Dendritnya tidak berupa serabut, tetapi berupa batang pendek yang sama lebarnya dengan somasel . Ujung dendrit ini agak melebar dan terdapat rambut-rambut atau silia. Diantara sel-sel saraf indera ini ada sel-sel saraf penyokong yang pada ujungnya terdapat mikrovili. Diantara sel-sel tersebut ada muara kelenjar getah sel-sel penyokong dan getah kelenjar itu ditutupi sel saraf indera tersebut ialah substansi yang dapat larut didalam zat cair yang menutupi sikia sel tersebut.
Substansi yang berbau biasanya mempunyai 3–4 sampai 18–20 atom ( molekul–molekul ) dengan jumlah atom yang sama tetapi dengan rumus bangun yang berbeda juga berbeda baunya.

 III.            Alat Yang Digunakan
1.      Tempat membakar kemenyan
2.      Sebutir kemenyan

 IV.            Jalannya Percobaan
PP sekaligus sebagai OP membaui sebutir kemenyan yang belum dibakar, lalu kemenyan tersebut dibakar ternyata OP dapat membaui kemenyan yang telah dibakar tersebut. Dan ternyata kemenyan yang telah dibakar baunya lebih menyengatkan dibandingkan dengan yang belum dibakar.

    V.            Hasil Percobaan
PP sekaligus sebagai OP membaui sebutir kemenyan yang belum dibakar. Lalu, kemenyan tersebut dibakar dan OP diminta  apakah dapat membaui kemenyan yang telah dibakar tersebut. Adakah perbedaannya antara  sebelum dan sesudah dibakar. Hasilnya, ada perbedaan dalam bau kemenyan tersebut. Kemenyan yang dibakar lebih menyengat daripada kemenyan yang belum dibakar.

 VI.            Kesimpulan
Pada saat kita bernafas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk kedalam hidung kita. Zat kimia yang merupakan sumber bau akan dilarutkan oleh selaput lendir. Kemudian akan merangsang rambut-rambut halus pada sel pembau. Sel pembau akan meneruskan rangsangan ini ke otak dan akan diolah sehingga kita bisa mengetahui jenis bau dari zat kimia tersebut.
Karena itu ada beberapa syarat agar kita dapat mencium bau:
1.      Zat harus menguap sehingga dapat masuk ke dalam hidung.
2.      Zat harus sedikit larut ke dalam air sehingga dapat melalui muscus dan ke olfaktaria.
3.      Zat harus larut dalam lipid, karena rambut-rambut olfaktoria dan ujung sel utama terdiri dari zat-zat lipid.

Setiap zat penimbul bau hanya merangsang satu reseptor saja. Sehingga otak dapat membedakan berbagai bau.


Palembang, 22 Desember 2013
Praktikan,



Ahmad Marzuki
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, diah, dkk. 2007. Biologi untuk Kelas 2 SMU. Jakarta: Esis.
Bevelander, Gerrit & Judith A. Ramaley. 1988. Dasar- Dasar Histologi. Ed ke-8 Terjemahan Wisnu Gunarso. Jakarta: Erlangga.
Champbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
http:// biologi.itey.blogspot.com/2010/01/hidung- indera-penciuman.html. diakses pada 23 Desember 2013.
Wijaya, Jati. 2007. Aktif Biologi 2A. Jakarta : Penerbit Ganeca Exact.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar