Sabtu, 30 Mei 2015

Manusia Sebagai Makhluk Individual

MAKALAH MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDUAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Psikologi Sosial Semester 3 (Tiga)








Disusun oleh :
Kelompok 1
AFIF YANTO                                                  12350003
AHMAD MARZUKI                                       12350007
AILI MUSTIKA                                               12350008
ALAL QOLBI                                                  12350010
ANNISYA FITRI                                             12350017
ARISYA ZHORIF FADHURRAHMAN          12350023
ASEP FILMANSYAH                                      12350025
ATIKA DWI WULANDARI                            12350026
AZLINA RAHMI                                             12350028
BARIAH                                                          12350029

Dosen Pembimbing : Rosyida Umpu M. S.Psi., M.Si.
PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
IAIN RADEN FATAH PALEMBANG
PROVINSI SUMATERA SELATAN
2013


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat tiada terkira, dan shalawat teriring salam senantiasa penulis haturkan kepada Rasulullah saw., keluarga, sahabat Beliau, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Manusia sebagai Makhluk Individual” sebagai salah satu syarat guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan untuk membuat tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah Manusia sebagai Makhluk Individual ini tentu tidak lepas dari kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan bagi semua pihak.
                                                                                 
                                                          Palembang,   01 Desember 2013

                                                         
    Penulis






 BAB I
PENDAHULUAN

            A. Latar Belakang
Memahami Manusia Sebagai Makhluk Individul manusia sebagai mahluk individu sebaiknya perlu dipahami arti kata individu itu sendiri. Kata “Individu” berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tidak terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat. Dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hakikat  Manusia sebagai makhluk individual ?
2. Bagaimana Peranan mannusia sebagai makhluk individu ?
3. Apa yang dimaksud dengan Konsep Diri ?
4. Bagaimana kaitan Antara Kepentingan Individu Dan Kepentingan Masyarakat ?
5. Hakikat Manusia sebagai Pandangan Islam

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Sosial yang membahas mengenai Manusia sebagai makhluk individual. Tujuannya adalah agar kita bisa mengetahui bagaimana hakikat manusia sebagai makhluk individual dalam kaitannya dengan tingkah laku dan kelompok sosial. Dan memahami bagaimana pendapat ahli dalam Psikologi Individual, serta beberapa pembahasan dari Al-Qur’an mengenai pandangan manusia sebagai makhluk individual.




BAB I
PEMBAHASAN
  1. Hakikat  Manusia sebagai makhluk individual
            Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak berbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan fisik tidak berbeda dengan makhluk hewani, namun,secara rohani ia sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan jiwa dan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas dan kegiatan. Kegiatan manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaniah. Manusia mengerahkan seuruh jiwa raganya untuk  berkegiatan dalam hidupnya.
            Dalam perkembangannya, manusia sebagai mahluk individu tidaak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya. Termasuk kemampuan kecakapannya. Dengan demikian, manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan yang memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu adalah bersifat nyata, berbeda dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan ciri khas tertentu yang berupaya merealisasikan potensi dirinya.
            Setiap manusia memliki perbedaan hal itu di karenakan manusia memiliki karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan, dan cita-cita yang berbeda satu sama yang lainnya. Setiap manusia diciptakan oleh tuhan dengan ciri dan karakteristik yang unik satu sama lain berbeda. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk individu adalah unik. Setiap orang berbeda bahkan orang yang dikatakan kembar pun pasti ada perbedaan. Jadi, meskipun banyak persamaan hakiki antara individu, tetap tidak ada dua individu yang sama.pertumbuhan dan  perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi dalam waktu sekejap. Melainkan terentang sebagai kesinambungan perkembangan sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai tua. Istilah pertumbuhan lebih bertuju pada segi fisik atau biologis individu, sedangkan perkembangan tertuju pada segi mental psikologis individu.
  1. Psikologi Individual
            Psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif dalam memahami individu dan dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Individual psychology atau psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikutnya antara lain adalah Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer. Alfred Adler selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda dari Freud. Adler telah menjadi dokter praktek. Ketika bergabung dengan Freud dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Adler keluar dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna dan pada tahun 1911 Adler mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu.
            Aliran Psikologi Individual dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Adler mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari teori psikologi individual.
            Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari konseling psikologi individual ini adalah agar seorang konselor dapat mengetahui model-model konseling dan bagaimana menerapkan berbagai teori dalam proses konseling. 
Prinsip Dasar
            Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial.
            Untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia rela terjun dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial seperti organisasi sosial dan mengahabiskan hampir seluruh hidupnya di sana. Mereka merasa puas dengan melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban perang, kelaparan dan lain sebagainya. Itulah kebutuhan sosial yang dimaksud oleh Adler. Kebutuhan-kebutuhan sosial ini merupakan bawaan sejak lahir, perkembangan diri individu sejak masa kanak-kanak akan sangat menentukan cara individu berperan dalam lingkungan sosialnya.
  1. Peranan mannusia sebagai makhluk individu
            Sebagai individu, manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia. Setiap manusia dilahirkan sama dengan harkat dan martabat yang sama pula. Perbedaan yang ada seperti berbeda keyakinan, tempat tinggal, ras, suku, dan golongan tidak meniadakan persamaan akan harkat dan martabat manusia.oleh karena itu, pengakuan dan penghargaan manusia sebagai manusia mutlak diperlukan. Pengakuan dan penghargaan itu di wujudkan dengan pengakuan akan jaminan atas hak-hak asasi manusia. Seorang individu pastilah tidak mau harkat dan martabatnya di rendahkan, bahkan di injak-injak oleh individu lain.
            Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi jasmani maupun potensi rohani. Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakkannya adalah untuk memnuhi kebutuhan hidupnya yang meliputi kebutuhan jasmani dan rohani. Penekanan pada kepentingan diri memunculkan sifat individualistik dalam diri pribadi yang bersangkutan. Disamping itu, faktor pemenuhan atas kepentningan diri tersebut juga menjadikan individu akan saling bersaing untuk hal tersebut.
            Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu, dapat diketahui bahwa manusia memiliki harkat dan martabat, manusia memiliki hak-hak dasar, setiap manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Dengan uraian di atas, manusia sebagai makhluk individu berperan untuk mewujudkan hal-hal tersebut. Manusia sebagai individu akan berusaha:
a. menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.
b. mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia.
c. merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani.
d. memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan dirinya.
            Dalam hidup bermasyarakat, individu memberikan fungsi-fungsi positif sebagai berikut:
1.perlu dihargainya harkat dan martabat diri seseorang manusia
2.adanya jaminan akan hak dasar setiap manusia
3.berkembangnya potensi-potensi diri yang kreatif dan inovatif.
            Namun demikian, dalam hidup kemasyarakatan, individu bisa menghasilkan fungsi-fungsi negatif. Misalnya unsur pemenuhan kepentingan diri menjadikan orang perorang memiliki sifat individualistik dan egois. Akibatnya masyarakat akan tidak tertib penuh persaingan, perseteruan dan pemaksaan masing-masing kehendak.
  1. Konsep Diri

Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri terhadap diri sendiri yang terorganisir. Dengan kata lain, konsep diri tersebut bekerja sebagai skema dasar. Diri memberikan sebuah kerangka berfikir yang menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendir, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya. Kita bekerja keras untuk melindungi citra diri kita dari informasi yang mengancam, untuk mempertahankan konsisten diri dan untuk menemukan alasan pada setiap inkonsisten.
Maka, orang cendrung menolak perubahan dan salah pemahaman atau berusaha meluruskan informasi yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka. Sedikides dan Skowronski (1997) menyatakan bahwa diri berevolusi sebagai sebuah karakteristik adaptif. Aspek pertama yang muncul adalah kesadaran diri. Hal ini melibatkan kemampuan organisme untuk membedakan dirinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Kesadaran diri objektif yaitu, kapasitas organisme untuk menjadi objek perhatiannya diri, menyadari keadaan fikirannya sendiri dan mengetahui bahwa dia tahu, mengingat bahwa ia ingat.

Sikap Individual
Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi seorang. Objeknya pun bukan objek sosial. Misalnya, sikap yang berupa kesenangan atas salah satu jenis makanan atau salah satu jenis tumbuh-tumbuhan.
Disamping pembagian sikap atas sosial dan individual, dikap dibedakan yaitu:
a.       Sikap positif
Sikap yang menunjukan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
b.      Sikap negatif
Sikap yang menunjukan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Sikap positif atau negatif ini tentu saja berhubungan dengan norma. Orang tidak akan tahu apakah sikap orang itu positif atau negatif tanpa mengetahui norma yang berlaku. Oleh karena itu, untuk menentukan apa sikap itu positif atau negatif perlu dikonsultasikan dengan norma yang berlaku disitu. Disamping itu, masing-masing kelompok atau kesatuan sosial memiliki norma sendiri-sendiri yang mungkin saling berbeda atau bertentangan. Sikap yang diperlihatkan individu dalam kelompok A dianggap atau dinilai sebagai sikap yang negatif, belum tentu sikap yang sama diperlihatkan oleh kelompok B juga dinilai sebagai sikap negatif. Mungkin dinilai oleh kelompok B sebagai sikap positif atau sikap yang lainnya lagi. Masalah positif dan negatif selalu berurusan atau berhubungan dengan norma yang berlaku.

Pendapat dan Sikap
Berbicara tentang pendapat dan sikap orang tak akan lepas dari persoalan mengenai:
1.      Soal kerja
Pekerjaan seseorang akan mempunyai pengaruh tersendiri terhadap pendapat dan sikapnya. Konkritnya cara berfikir seseorang berbeda-beda karena kerjaannya yang berbeda.
2.      Masalah etnis
Dalam hal ini kita banyak bicara tentang sistem kebudayaan masyarakat pada suatu tempat dan waktu tertentu. Masalah etnis merupakan satu ketentuan untuk mengahadapi golongan yang satu dengan golongan lain.
3.      Kelas
Pendapat dan sikap ditentukan oleh kelas, sosial ekonomis. Misalnya dalam pemilihan wakil-wakil, siapa yang memilih, partai apa yang dipilih, sudah begitu mendalam kelas ini. Sikap dan pendapat seseornag sesuai dnegan kelas yang mereka pilih.
4.      Sejarah
Pengaruh sejarah pendapat seseorang, misalnya pembuatan candi borobudur, borobudur dulu dianggap suatu lambang kemegahan raja yang besar, tapi interpretasi orang sekarang ada yang menyatakan, borobudur adalah lambang penindasan pada rakyat. Jadi pendapat tidak selalu sama sepanjang sejarah mengenai suatu kejadian.


Pembentukan dan Perubahan Sikap Individual

Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan, misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat-istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan sikap putra-putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seorang tidak selamnya tetap. ia dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan timbal balik. Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku. Orang kadang-kadang menampakan diri dalam keadaan “diam” saja.
Ini bukan berarti orang yang tidak bersikap. Ia bersikap juga hanya bentuknya: diam. Misalnya: seorang ayah sedang enak-enak membaca koran. Tiba-tiba datang putranya laki-laki yang berusia 5 tahun sambil menangis melaporkan bahwa ia habis berkelahi dengan temannya. Melihat hal semacam ini, ayah itu “diam” saja. Hal ini tidak berarti bahwa ayah tidak bersikap. Ayah itu telah bersikap, hanya berwujud sikapnya diam. Memang dalam kasus ini ada 2 kemungkinan:

1)      Ayah itu diam-diam dengan alasan kalau guru-guru anak itu dilerai, akan menimbulkan kebiasaan yang tidak baik.
2)      Ayah itu akan cepat-cepat bertindak misalnya menggendong atau membelikan kembang gula dan sebagainya agar anak itu cepat berhenti menangis.

Kedua kemungkinan ini, keduanuya merupakan sikap si sush, bsik ysng bertingkah laku maupun yang tidak.

  1. Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Kepentingan Masyarakat
Pandangan Individualisme
Individualisnme berpangkal dari konsep dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah mahluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai mahluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Manusia sebagai individu adalah bebas, karna itu ia memiliki hak-hak yang tidak boleh dihalangi oleh siapa pun. Masyarakat hanyalah kumpulan dari individu-individu. Jika individu-individu itu hidupnya bahagi dan sejahtera maka masyarakat pun akan sejahtera.
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan yang tertinggi yang harus diperjuangkan melalui persamaan dan kebebasan. Jadi, yang menjadi  senteral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikandirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme, paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau mardeka. Liberalisma adalah suatu paham yang ditegakkanya kebebasan setiap individu serta memandang setiap individu berada pada posisi yang sederajat dalam kemardekaan dan hak-hak miliknya. Liberalisme memberi kebebasan manusia untuk beraktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.  
Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut:
a.       Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosisl.
b.      Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
c.       Pemberian kebebasan penuh pada individu. Individu adalah primer, sedangkan masyaraka adalah sekunder.
d.      Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masinmasing.
Liberalisme dalam bidang politik menghasilkan demokrasi politik, kebebasan bicara, berpendapat, berserikat dan perluhnya jaminan hak asasi manusia.Liberallisme dalam bidang ekonomi menghasilkan kapatalisme pasar bebas. Sedangkan liberallisme dalam bidang sosial budaya adalah kebebasan individu untuk mengepresikan sikap,perilaku,sen,dan budayanya.kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antarindividu.Menurut paham liberallisme,kebebasan antarindividu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi negara, yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.
              Paham individualaime liberal dan sosialisme sama-sama tumbuh di Eropa barat pada abat ke-18-19.individualisme dipelopori oleh para tokoh. Antara lain Jeremy Betham, Jhon Stuart Mill, Thomas Hobbes, Jhon Locke, Roseau, dan Montesquieu. Sedangakan pemikiran sosialis ditokohi oleh Robert Owen dari iggris ( 1771-1858), Lousi Blanc, dan proudhon. Ideologi marxisme termasuk dalam varian sosialisme. Ajaran marxisme dipelopolori oleh karl Mark ( 1818-1883)
             Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalan memamandang hakikat manusia. Dalam Declaration of independence Amerika serikat 1776. Orientasinya lebih ditekankan pada hakekat manusia sebagai mahkluk individu yanh bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai mahkluk sosial semata.
Alasan Individu Bergabung di dalam Kelompok
            Adanya berbagai kelompok disekitar individu membuat individu bisa tergabung dalam lebih dari satu kelompok dengan berbagai alasan. Vaughan dan Hogg (2005) mengemukakan beberapa alasan individu menjadi anggota suatu kelompok :
1.      Proksimitas yaitu individu cenderung bergabung dengan individu lain yang berdekatan. Misalnya, mahasiswa-mahasiswa yang tempat tinggalnya di Bogor akan berkelompok untuk pulang bareng.
2.      Kesamaan minat, sikap, atau keyakinan. Yaitu individu-individu yang punya minat atau keyakinan yang sama cenderung berkelompok. Misalnya, para mahasiswa muslim bergabung di dalam kelompok mahasiswa lainnya.
3.      Saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Misalnya, para mahasiswa yang ingin supaya harga BBM di turunkan akan bergabung dalam demonstrasi menentang keputusan pemerintah menaikkan harga BBM.
4.      Dukungan timbale balik yang positif dan kenikmatan berafiliasi. Kelompok bisa member dukungan yang positif kepada individu serta individu merasa memiliki afiliasi. Hal ini dapat menghindarkan individu dari kesepian. Misalnya, seorang mahasiswi yang tidak masuk kuliah akan memperoleh informasi tentang tugas dari teman sekelompoknya.
5.      Dukungan emosional. Kelompok juga bisa memberi dukungan emosional untuk para anggotanya. Misalnya, seorang mahasiswa yang diputuskan oleh pacarnya akan dihibur oleh teman-temannya di dalam kelompoknya dan bisa sejenak melupakan masalahnya.
6.      Identitas sosial. Keanggotaan individu di dalam kelompok membuat individu memliki identitas. Individu tahu siapa dirinya karena ia anggota satu kelompok. Misalnya, mahasiswa IAIN, karyawan Garuda Indonesia, anggota jamaah tabligh, dan anggota geng motor.

Manfaat Kelompok bagi Individu
            meski kelompok bisa membatasi independensi  individu, namun individu dimanapun tetap saja menjadi anggota kelompok tertentu. Ini karena kelompok memberikan manfaat bagi individu . menurut Burn (2004), kelompok memiliki tiga manfaat, yaitu :
1.      Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan dimiliki. Adanya kelompok membuat individu tidak merasa sendirian, ada orang lain yang membutuhkan dan menyayangi.
2.      Kelompok sebagai sumber identitas diri. Individu yang tergabung dalam kelompok bisa mendefinisikan dirinya, ia mengenali diriya sebagai anggota suatu kelompok, dan bertingkah laku sesuai norma kelompok  itu.
3.      Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia, dan tentang diri kita. Adanya orang lain, dalam hal ini kelompok, bisa memberi kita informasi tentng banyak hal, termasuk tentang siapa diri kita.

  1. Hakikat Manusia dalam Pandangan Islam
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja.  Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

Sebenarnya maniusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1.    Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2.    Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3.    Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan)
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.

Fungsi dan Peran Manusia sebagai Individu
   Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antaranya adalah:
Ø  Belajar
Ø  Mengajarkan ilmu
Ø  Membudayakan ilmu

Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri (individu), pada masyarakat, pada Allah SWT.

Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT.
Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).

Hakikat Manusia
            Hakikat manusia adalah sebagai berikut : 
1)  Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi    kebutuhan-kebutuhannya.

2)  Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.

3)  Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

4)   Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.

5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.

6)  Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Individu berasal dari bahasa latin “individuum yang artinya tak terbagi. Jadi merupakan suatu sebutan bagi seseorang yang digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan hidup yang istimewa yang tak seberapa dalam mempengaruhi kehidupan manusia. Dapat disimpulkan bahwa individu adalah sesseorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik yang ada pada kepribadian dirinya, yang menjadi karakteristik dirinya.
            Manusia sebagai makhluk individu selalu berada ditengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi tetapi dalam hal tersebut terdapat beberapa hal yang menghambat dalam mencapat tujannya. Biasanya,manusia individu bersikap tertutup terhadap lingkungan luar, hanya mau berinteraksi dengan orang-orang yang ia kenal saja dan mereka menghabiskan waktunya dengan berdiam diri. Sebenarnya orang yang berkepribadian seperti ini membutuhkan perhatian khusus dari orang yang sudah mengenal karakter individu ini untuk mengembangkan diri dan pola pikirnya terhadap dunia luar dengan menerapkan suatu kehidupan sosial dalam bersikap.
Manusia lahir merupakan sebagai makhluk individual yang makna tidak terbagi atau tidak terpisah antara jiwa dan raga. Setiap manusia pasti mempunyai berbagai perbedaan misalnya pada sifat atau tingkah lakunya, bentuk fisik dan lain sebagainya. Suatu individu pasti menyadari setiap perbedaan yang ada pada dirinya dan orang lain/individu yang lain. Walaupun berbagai macam perbedaan tetapi setiap manusia tampil sebagai individulitas dan memerlukan perlakuan yang layak atau sama dengna indidu yang lain. Dalam pandangan islam di dalam Al-Quran, manusia disebut antara lain dengan bani Adam (Q.S. Al-Isra‟:70), basyar (Q.S. Al-Kahfi:10), Al-Insan (Al-Insan:1) , An-Nas (114):1). Berbagai rumusan tentang manusia pun telah diberikan orang. Salah satu diantaranya, berdasarkan studi isi Al-Quran dan Al-Hadist, berbunyi sebagai berikut: Al-Insan (manusia) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman (kepada Allah), dengan menggunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak (N.A Rasyid , 1983:19).
DAFTAR PUSTAKA

W.Sarwono , Sarlito dan Eko A. Meinarno.2009. Psikologi Sosial.Jakarta: Salemba Humanika
A. Baron, Robert.2003. Psikologi Sosial.Jakarta: Erlangga
Ahmadi, Abu.1991. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka cipta
Hermintodan Winarno.2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta Timur: PT. bumi Aksara
J.Feist, Gregory. 2009. Teori Kepribadian (Theories of Personality).Jakarta Selatan: Penebit      Salemba Humanika
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia Sebagai Makhluk Individu. Diakses pada tanggal  5 November 2013.

                  .








1 komentar: