Sabtu, 19 Desember 2015

Raymond Bernard Cattel

A.    Sejarah
Raymond Bernard Cattell dilahirkan di Inggris tanggal 20 Maret 1905 dan dibesarkan di sebuah kota di tepi pantai bernama Devonshire. Cattell adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Masa kecilnya dihabiskan di luar rumah, berlayar, berenang, menelusuri gua, dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjukkan kecintaannya akan laut. Ketika Cattel berusia 9 tahun, di Inggris sedang terjadi Perang Dunia I. Rumah besar di dekat rumahnya diubah menjadi Rumah Sakit, dan Cattell melihat banyak kereta muatan berisi tentara-tentara yang terluka kembali dari medan perang. Pengalaman itu membuatnya menjadi lebih sadar betapa singkatnya hidup seseorang dan kebutuhan untuk melengkapinya selama masih bisa.
Ketika usianya beranjak 16 tahun, ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di University of London, jurusan fisika dan kimia. Ia lulus tiga tahun kemudian dengan menyandang gelas B.Sc. Namun ia menyadari, kemampuannya di bidang sains ternyata tidak membantunya dalam bersosialisasi hingga ia memutuskan untuk mempelajari human-mind, melalui ilmu psikologi.
Setelah ia mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1929, ia bekerja sama dengan Charles Spearman dan mengembangkan teknik analisis faktor. Ia juga menjadi dosen di Exeter University dan membangun sebuah klinik psikologi di Leicester pada tahun 1932.
Pada tahun 1937, Edward L. Thorndike mengundang Cattell untuk membantu penelitiannya di Columbia University di New York. Tahun berikutnya, Cattell menjadi Professor Psikologi di Clark University di Worcester, Massachussets dan pada tahun 1941 ia pindah ke Harvard University. Pada tahun 1945, ia pindah ke University of Illinois sebagai seorang Professor penelitian disana.
Setelah pensiun dari University of Illinois pada tahun 1973, ia membangun Institute for Research on Morality and Adjusment in Boulder di Colorado. Pada yahun 1978, ia pindah ke Hawaii dan mengajar di University of Hawaii School of Professional Psychology. Pada tangga 2 Februari 1998, Cattell wafat di rumahnya, di Honolulu, Hawaii.
B.     Teori
Cattell berpendapat bahwa inteligensi atau general (g) intelligence terdiri dari dua faktor, yaitu fluid intelligence (gf) yang merupakan faktor bawaan biologis dan crystallized intelligence (gc) yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan kebudayaan dalam diri seseorang.
Crystallized intelligence (gc) dapat merupakan produk dari pendidikan dan pengalaman seseorang dalam interaksinya dengan fluid intelligence (gf). Hal ini membuat crystallized intelligence (gc) pada umumnya akan berkembang sesuai dengan pertambahan usia serta pengalaman seseorang. Dengan kata lain, tugas-tugas kognitif dimana keterampilan-keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan telah mengkristal akibat dari pengalaman sebelumnya, seperti kekayaan kosa kata, pengetahuan, kebiasaan penalaran, dan semacamnya, semua akan meningkatkan inteligensi seseorang tersebut. Pada umumnya,bila kita mengatakan inteligensi sebagai kemampuan umum dalam menyelesaikan masalah maka itu berarti crystallized intelligence (gc).
Pada sisi lain, fluid intelligence (gf) lebih merupakan kemampuan bawaan yang diperoleh sejak kelahiran dan lepas dari pengaruh pendidikan dan pengalaman seperti kapasitas seseorang untuk berpikir secara logis dan menyelesaikan masalah dalam situasi yang baru, dan mandiri dalam mengumpulkan pengetahuan yang dibutuhkan. Termasuk kemampuan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan baru, mengidentifikasi pola-pola dan hubungan-hubungan antar masalah, serta membuat perhitungan secara logis. Termasuk didalam fluid intelligence (gf) yaitu kemampuan untuk menggunakan gaya berfikir deduktif maupun induktif.
Fluid intelligence (gf) dapat dipandang sebagai faktor yang tak terbentuk, yang mengalir kedalam berbagai variasi kemampuan intelektual. Fluid intelligence (gf) sangat penting artinya guna keberhasilan melakukan tugas-tugas yang menuntut kemampuan adaptasi atau penyesuaian pada situasi-situasi baru dimana crystallized intelligence (gc) tidak begitu berperan.
Fluid intelligence (gf) cendrung tidak berubah setelah usia 14 tahun atau 15 tahun, sedangkan crystallized intelligence (gc) masih dapat terus berkembang sampai usia 30 – 40 tahunan, bahkan lebih. Hal ini dapat dimaklumi karena perkembangan crystallized intelligence (gc) memang banyak tergantung pada bertambahnya pengalaman dan pengetahuan sehingga peningkatan usia yang berarti peningkatan pengalaman akan terus berpengaruh terhadap perkembangan crystallized intelligence (gc).
Meskipun berbeda, akan tetapi fluid intelligence (gf) dan crystallized intelligence (gc) dapat tampak serupa. Pada umumnya, fluid intelligence (gf) dan crystallized intelligence (gc) menunjukkan korelasi yang tinggi satu sama lain. Misalnya, kita dapat menganggap perbedaan ini ada dalam kemampuan kita untuk belajar, bernalar dan memperoleh informasi atau pengetahuan baru itulah yang dimaksud fluid intelligence (gf) sedangkan mempresentasikan pemahaman dan pengetahuan yang telah kita peroleh itulah yang dimaksud crystallized intelligence (gc).
Dari pandangannya mengenai inteligensi, Cattell juga mengembangkan tes inteligensi yang disebut Culture Fair Intelligence Test, atau disingkat CFIT. Cattell menyebutkan bahwa CFIT terdiri dari tiga jenis tes atau skala, yaitu skala 1, skala 2, dan skala 3. Skala 1 dipergunakan untuk mengukur inteligensi kecerdasan anak-anak berumur empat sampai dengan delapan tahun dan orang-orang yang lebih tua namun memiliki kesulitan belajar. Skala 2 dipergunakan untuk mengukur inteligensi anak-anak yang berusia delapan sampai empatbelas tahun dan orang dewasa yang memiliki kecerdasan normal. Skala 3 dipergunakan untuk mengukur inteligensi orang berusia empatbelas tahun keatas dan orang dewasa yang memiliki taraf kecerdasan superior. Skala CFIT 2 dan sala CFIT 3 memiliki bentuk pararelnya, yaitu form A dan form B. Hal ini membuat CFIT 2 terdiri dari CFIT 2A dan 2B, sedangkan skala CFIT 3 terdiri dari CFIT 3A dan 3B.
CFIT disebut sebagai tes yang culture fair atau adil budaya, karena CFIT relatif bebas dari pengaruh tingkat pendidikan dan budaya dari testee. Hal ini membuat CFIT relatif lebih mudah digunakan di berbagai Negara yang memiliki budaya berbeda-beda tanpa harus melakukan adaptasi budaya terlebih dahulu. Kondisi ini menjadi kelebihan yang dimiliki oleh CFIT. Kelebihan tersebut tidak dimiliki oleh tes inteligensi yang dikemukakan oleh Wechsler.

C.    Kritik
Teori yang dikemukakan oleh Cattell ini memiliki beberapa kelemahan seperti:
1)      Cattell beranggapan fluid intelligence (gf) itu dapat diukur. Hal ini yang membuat pendapatnya berbeda dengan rekannya Donald Olding Hebb yang beranggapan bahwa fluid intelligence (gf) itu tidak dapat diukur.
Sampai saat ini belum ditemukan dasar yang berhubungan jelas dengan inteligensi, karena sukar sekali memisahkan hasil belajar dan budaya dari struktur biologis yang diduga mempengaruhinya.

2 komentar: